Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Minggu, 06 April 2014

Keterampilan Memimpin Diskusi dan Kelompok Kecil

KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI DAN KELOMPOK KECIL

MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Microteaching
Dosen Pengampu: Dra. Miswari, M. Ag.
 




  Disusun oleh:
Hilmi Sahab                            (113211024)
Iip Kasipul Qulub                   (113211025)
Khairun Niam                         (113211026)
Muh. Syafiul Umam                (113211028)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG

2014

Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
I.                   PENDAHULUAN
Sebagai calon seorang guru,hendaknya mahasiswa perlu menyiapkan mental yang kuat sebelum praktik pembelajaran disekolah.Persiapan mental berkenaan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan proses belajar mengajar  baik persiapan, pelaksanaan, evaluasi, maupun tindak lanjut kegiatan belajar mengajar.
Agar calon guru memperoleh kesiapan mental yang memadai serta membentuk pribadi calon guru yang semakin baik, maka perlu dilaksanakan pengajaran mikro secara kontinyu.Oleh karena itu pengajaran mikro harus dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai keadaan kelas yang sesungguhnya.Tanpa dan proses pelatihan yang secara terus menerus tidak akan memperoleh kesiapan mental yang memadai.Karena tanpa kesiapan mental mahasiswa akan menemui kesulitan ketika praktik pembelajaran didepan kelas yang sesunggguhnya.
Di dalam pengajaran Mikro terdapat beberapa keterampilan yang harus dikuasai dan dipraktikan mahasiswa, salah satu diantaranya adalah keterampilan memimpin diskusi dan kelompok kecil. Dalam kesempatan kali ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan mengenai keterampilan memimpin diskusi dan kelompok kecil ini.

II.                RUMUSAN MASALAH
A.    Apa pengertian diskusi kelompok kecil?
B.     Apa saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil?
C.     Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil?

III.             PEMBAHASAN
A.    Pengertian diskusi kelompok kecil
Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat mengajar dikelas dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan guru itu sendiri. Diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh dua, tiga orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.[1] Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai sebuah variasi dari pola interaksi yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Variasi proses belajar mengajar dengan cara diskusi kelompok kecil dapat menumbuhkembangkan pemikiran peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan lebih rasional.
Tidak semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1)      Melibatkan kelompok yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2)      Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal.
3)      Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk mencapainya.
4)      Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok.[2]
Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1)      Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2)      Meningkatkan disiplin
3)      Meningkatkan motivasi belajar
4)      Mengembangkan sikap saling membantu, dan
5)      Meningkatkan pemahaman.[3]
Ada beberapa prinsip membimbing diskusi kelompok kecil yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik jika ingin memakai variasi diskusi kelompok kecil dalam kelasnya:
1)      Laksanakan diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2)      Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3)      Rencanakan diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4)      Bimbinglah dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi.[4]

B.     Komponen yang terkait dengan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Ada 6 (enam) komponen keterampilan penting yang harus dimiliki oleh seorang pendidik terkait membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
1.      Memusatkan perhatian
Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu berusaha memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Tidak tercapainya tujuan disebabkan oleh penyimpangan topik. untuk mengatasi hal tersebut, hal harus dilakukan oleh guru adalah:
a)      Merumuskan tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topik.
b)      Menyatakan masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi penyimpangan.
c)      Menandai dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang menyimpang dari diskusi dan tujuannya atau masalah khusus yang sedang dibicarakan. Bila hal itu terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didahului dengan komentar yang memaksa dan mengembalikan siswa untuk mempertimbangkan pengarahan dari pertanyaan hingga diskusi kembali ke arah semula.
2.      Memperjelas masalah urunan pendapat
Selama diskusi belangsung, sering terjadi, penyampaian ide yang kurang jelas, hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok. Untuk menhindari hal itu, guru haruslah memperjelas penyampaian ide tersebut. Memperjelas dapat dilakukan dengan cara:
a)      Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas.
b)      Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas ataupun mengembangkan ide tersebut.
c)      Menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh yang sesuai, hingga kelompok memperoleh pengertian yang jelas.


3.      Menganalisis pandangan siswa
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota kelompok. Guru diharapkan mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut.
a)      Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
b)      Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
4.      Meningkatkan urunan siswa
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan urunan pikiran, yaitu:
a)      Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir karena pertanyaan tersebut merupakan tantangan bagi ide atau kepercayaan.
b)      Memberikan contoh baik verbal maupun nonverbal yang sesuai pada saat yang tepat.
c)      menghangatkan suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat.
d)     Memberi dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh perhatian, memberi komentar yang positif/mimik yang memberikan dorongan serta sikap yang bersahabat.
e)      Memberi waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu dengan komentar guru.
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Agar hasil diskusi dapat dikatakan sebagai hasil kelompok dan agar setiap anggota kelompok merasa terlibat mendapat kepuasan dalam diskusi tersebut, kesempatan berpartisipasi perlu sebarkan. Dengan demikian guru perlu memiliki keterampilan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para siswa dalam berpartisipasi.
Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
a) Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan mengarahkan pertanyaan secara bijak.
b)  Mencegah terjadinya pembicaraan yang serentak, dengan memberi giliran pada siswa yang pendiam terlebih dahulu.
c)  Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan
d)  Mendorong siswa untuk mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
e)   Meminta persetujuan siswa untuk melanjutkan diskusi dengan mengambil salah satu pendapat/jalan tengah yang dianggap sesuai oleh guru, apabila diskusi menemui jalan buntu.
6.      Menutup diskusi
Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup diskusi.[5] Keterampilan menutup diskusi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a)      Membuat rangkuman secara jelas dan singkat tentang butir-butir yang penting.
b)      Memberitahukan langkah tindak lanjut hasil diskusi.
c)      Mengajak siswa menilai hasil dan proses diskusi.[6]

C.    Hal-hal yang perlu diperhatiakan dan dihindari dalam keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok kecil agar dapat efektif dan efisien adalah guru harus sering menjalankan fungsinya sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, yang harus diperhatikan guru adalah sebagai berikut:
1.      Diskusi Harus Dilakukan dalam Suasana Terbuka
Diskusi yang baik harus dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin, suasana intim yang ditandai dengan kehangatan antar pribadi, kesediaan menerima pendapat orang lain, menghargai pendapat orang, antusias terhadap topik diskusi, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
2.      Perlunya Perencanaan yang Meliputi:
a)      Pemilihan topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal yang perlu dipertimbangkan, adalah: (1) minat anak didik, (2) kemampuan anak didik, dan (3) bermakna.
b)      Dapat memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang informasi untuk mendiskusikan topik secara baik. Pada permulaan diskusi, kelompok dapat menentukan apa yang dapat dihasilkan dari diskusi, dan dapat memecahkan topik menjadi subtopik untuk diteliti sebelumnya.
c)      Diskusi kelompok kecil harus dipersiapkan secara baik; diperlukan narasumber, pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi, yang bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan anak didik.
d)     Dalam mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa besar anggota kelompok. Semuanya dapat dipengaruhi oleh pengalaman, kedewasaan, keterampilan anggota, intensitas minat dalam diskusi, latar belakang pengetahuan topik, tingkat keserasian kelompok, pemahaman, dan keterampilan guru dalam memimpin diskusi kelompok kecil.
e)      Pengaturan tempat duduk. Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, anak didik harus duduk saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau memandang.[7]
Selain hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, guru juga harus memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari dalam memimpin diskusi kelompok kecil, yaitu:
1)      Menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang pengetahuan anak didik.
2)      Mendominasi diskusi melalui pertanyaan yang terlalu banyak, dan menyediakan jawaban yang terlalu banyak juga, sehingga anak didik tidak diberi kesempatan.
3)      Membiarkan anak didik tertentu memonopoli diskusi.
4)      Gagal berdiskusi karena rendahnya sumbangan pikiran anggota dalam artian membiarkan peserta didik tidak aktif.
5)      Membiarkan diskusi menyimpang jauh dari topik pembicaraan.
6)      Tergesa-gesa meminta respons siswa atau mengisi waktu dengan terus berbicara, sehingga siswa tak sempat berpikir.
7)      Mengabaikan anak didik untuk mengklasifikasi, untuk memperbaiki, memperluas, dan menyumbangkan pikiran mereka.
8)      Gagal mengakhiri diskusi secara produktif dengan rangkuman yang baik dan menutup secara efisien.[8]

IV.             KESIMPULAN
Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Dalam memimpin diskusi kelompok kecil seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam membimbing diskusi kecil, yaitu:
1.      Laksanakan diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2.      Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3.      Rencanakan diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4.      Bimbinglah dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi.
Dalam memimpin diskusi kelompok kecil, terdapat 6 (enam) komponen keterampilan yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1.      Memusatkan perhatian
2.      Memperjelas masalah urunan pendapat
3.      Menganalisis pandangan siswa
4.      Meningkatkan urunan siswa
5.      Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6.      Menutup diskusi
Selain itu juga seorang guru harus memahami hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang harus dihindari dalam memimpin diskusi sebagaimana yang tertera diatas.

V.                PENUTUP
Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya.


DAFTAR PUSTAKA
Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hasibuan, J.J dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Helmiati, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013.
Mufarrokah, Anissatul, Strategi Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009.
Winatapura, Udin S. dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.


[1] Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 88.
[2] Udin S. Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hlm. 20-21.
[3] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 23.
[4] Anissatul Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 173.
[5] Helmiati, Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm. 85-88.
[6] Hasibuan dan Moedjiono, Op.Cit., hlm. 91.
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 159-160.
[8] Ibid, hlm. 163. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar