KETERAMPILAN
MEMIMPIN DISKUSI DAN KELOMPOK KECIL
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Microteaching
Dosen Pengampu: Dra. Miswari, M.
Ag.
Disusun oleh:
Hilmi Sahab (113211024)
Iip Kasipul
Qulub (113211025)
Khairun Niam (113211026)
Muh. Syafiul Umam (113211028)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
Keterampilan
Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
I.
PENDAHULUAN
Sebagai calon seorang
guru,hendaknya mahasiswa perlu menyiapkan mental yang kuat sebelum praktik
pembelajaran disekolah.Persiapan mental berkenaan dengan segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar baik persiapan, pelaksanaan,
evaluasi, maupun tindak lanjut kegiatan belajar mengajar.
Agar calon guru memperoleh kesiapan mental yang memadai serta membentuk pribadi
calon guru yang semakin baik, maka perlu dilaksanakan pengajaran mikro secara
kontinyu.Oleh karena itu pengajaran mikro harus dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai keadaan kelas yang sesungguhnya.Tanpa dan proses pelatihan yang
secara terus menerus tidak akan memperoleh kesiapan mental yang memadai.Karena
tanpa kesiapan mental mahasiswa akan menemui kesulitan ketika praktik
pembelajaran didepan kelas yang sesunggguhnya.
Di dalam pengajaran
Mikro terdapat beberapa keterampilan yang harus dikuasai dan dipraktikan
mahasiswa, salah satu diantaranya adalah keterampilan memimpin diskusi dan
kelompok kecil. Dalam kesempatan kali ini kami sebagai pemakalah akan
menjelaskan mengenai keterampilan memimpin diskusi dan kelompok kecil ini.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa
pengertian diskusi kelompok kecil?
B.
Apa
saja komponen keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil?
C.
Apa
hal-hal yang perlu diperhatikan dan dihindari dalam keterampilan memimpin
diskusi kelompok kecil?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian diskusi kelompok kecil
Diskusi merupakan suatu metode yang diterapkan oleh guru saat
mengajar dikelas dimana dalam penerapannya adanya kerjasama antara murid dan
guru itu sendiri. Diskusi adalah suatu percakapan yang dilakukan oleh dua, tiga
orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk memecahkan masalah.
Diskusi kelompok kecil merupakan suatu proses yang teratur dengan
melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi yang kooperatif yang optimal dengan
tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan
suatu masalah.[1]
Diskusi kelompok kecil dapat dipandang sebagai sebuah variasi dari pola interaksi
yang penting dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Variasi proses belajar
mengajar dengan cara diskusi kelompok kecil dapat menumbuhkembangkan pemikiran
peserta didik untuk berpikir lebih kritis dan lebih rasional.
Tidak
semua pembicaraan yang dilakukan oleh sekelompok kecil orang dapat disebut
sebagai diskusi. Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil,
syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1) Melibatkan
kelompok yang anggotanya berkisar antara 3-9 orang.
2) Berlangsung
dalam situasi tatap muka yang informal.
3) Mempunyai
tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama untuk
mencapainya.
4) Berlangsung
menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya tujuan kelompok.[2]
Diskusi
kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
1) Mengembangkan
kemampuan berpikir dan berkomunikasi
2) Meningkatkan
disiplin
3) Meningkatkan
motivasi belajar
4) Mengembangkan
sikap saling membantu, dan
5) Meningkatkan
pemahaman.[3]
Ada beberapa prinsip membimbing diskusi kelompok kecil yang harus
diperhatikan oleh seorang pendidik jika ingin memakai variasi diskusi kelompok
kecil dalam kelasnya:
1)
Laksanakan
diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2)
Berikan
waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3)
Rencanakan
diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4)
Bimbinglah
dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi.[4]
B.
Komponen yang terkait dengan keterampilan memimpin diskusi kelompok
kecil
Ada 6 (enam) komponen keterampilan penting yang harus dimiliki oleh
seorang pendidik terkait membimbing diskusi kelompok kecil, yaitu:
1.
Memusatkan perhatian
Selama diskusi berlangsung dari awal sampai akhir guru harus selalu
berusaha memusatkan perhatian siswa pada tujuan atau topik diskusi. Tidak
tercapainya tujuan disebabkan oleh penyimpangan topik. untuk mengatasi hal
tersebut, hal harus dilakukan oleh guru adalah:
a)
Merumuskan
tujuan pada awal diskusi serta mengenalkan topik.
b)
Menyatakan
masalah-masalah khusus dan menyatakan kembali bila terjadi penyimpangan.
c)
Menandai
dengan cermat perubahan-perubahan yang tidak relevan yang menyimpang dari
diskusi dan tujuannya atau masalah khusus yang sedang dibicarakan. Bila hal itu
terjadi, guru segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didahului dengan
komentar yang memaksa dan mengembalikan siswa untuk mempertimbangkan pengarahan
dari pertanyaan hingga diskusi kembali ke arah semula.
2.
Memperjelas masalah urunan pendapat
Selama diskusi belangsung, sering terjadi, penyampaian ide yang
kurang jelas, hingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok. Untuk menhindari
hal itu, guru haruslah memperjelas penyampaian ide tersebut. Memperjelas dapat
dilakukan dengan cara:
a)
Menguraikan
kembali atau merangkum urunan tersebut hingga menjadi jelas.
b)
Meminta
komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka
memperjelas ataupun mengembangkan ide tersebut.
c)
Menguraikan
gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan atau contoh yang sesuai,
hingga kelompok memperoleh pengertian yang jelas.
3.
Menganalisis pandangan siswa
Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat di antara anggota
kelompok. Guru diharapkan mampu menganalisis alasan perbedaan tersebut.
a)
Meneliti
apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat.
b)
Memperjelas
hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
4.
Meningkatkan urunan siswa
Berbagai cara dapat dilakukan untuk meningkatkan urunan pikiran,
yaitu:
a)
Mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir karena pertanyaan tersebut
merupakan tantangan bagi ide atau kepercayaan.
b)
Memberikan
contoh baik verbal maupun nonverbal yang sesuai pada saat yang tepat.
c)
menghangatkan
suasana dengan mengajukan pertanyaan yang mengundang perbedaan pendapat.
d)
Memberi
dukungan terhadap urunan siswa dengan jalan mendengarkan dengan penuh
perhatian, memberi komentar yang positif/mimik yang memberikan dorongan serta
sikap yang bersahabat.
e)
Memberi
waktu yang cukup untuk berpikir tanpa diganggu dengan komentar guru.
5.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Agar hasil diskusi dapat dikatakan sebagai hasil kelompok dan agar
setiap anggota kelompok merasa terlibat mendapat kepuasan dalam diskusi
tersebut, kesempatan berpartisipasi perlu sebarkan. Dengan demikian guru perlu
memiliki keterampilan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi para siswa
dalam berpartisipasi.
Penyebaran kesempatan berpartisipasi ini dapat dilakukan dengan
cara-cara berikut:
a) Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi dengan
mengarahkan pertanyaan secara bijak.
b) Mencegah terjadinya
pembicaraan yang serentak, dengan memberi giliran pada siswa yang pendiam
terlebih dahulu.
c) Mencegah secara bijaksana
siswa yang suka memonopoli pembicaraan
d) Mendorong siswa untuk
mengomentari urunan temannya hingga interaksi antar siswa dapat ditingkatkan
e) Meminta persetujuan
siswa untuk melanjutkan diskusi dengan mengambil salah satu pendapat/jalan
tengah yang dianggap sesuai oleh guru, apabila diskusi menemui jalan buntu.
6.
Menutup diskusi
Keterampilan terakhir yang harus dikuasai guru adalah menutup
diskusi.[5]
Keterampilan menutup diskusi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a)
Membuat
rangkuman secara jelas dan singkat tentang butir-butir yang penting.
b)
Memberitahukan
langkah tindak lanjut hasil diskusi.
c)
Mengajak
siswa menilai hasil dan proses diskusi.[6]
C.
Hal-hal yang perlu diperhatiakan dan dihindari dalam keterampilan
memimpin diskusi kelompok kecil
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam diskusi kelompok kecil
agar dapat efektif dan efisien adalah guru harus sering menjalankan fungsinya
sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing, yang harus diperhatikan guru adalah
sebagai berikut:
1.
Diskusi
Harus Dilakukan dalam Suasana Terbuka
Diskusi yang baik harus dilaksanakan dalam suasana bebas terpimpin,
suasana intim yang ditandai dengan kehangatan antar pribadi, kesediaan menerima
pendapat orang lain, menghargai pendapat orang, antusias terhadap topik
diskusi, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi, dan menikmati diskusi.
2.
Perlunya
Perencanaan yang Meliputi:
a)
Pemilihan
topik atau masalah yang akan didiskusikan. Untuk ini tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, adalah: (1) minat anak didik, (2) kemampuan anak didik, dan
(3) bermakna.
b)
Dapat
memastikan bahwa guru dan anak didik telah memiliki latar belakang informasi
untuk mendiskusikan topik secara baik. Pada permulaan diskusi, kelompok dapat
menentukan apa yang dapat dihasilkan dari diskusi, dan dapat memecahkan topik
menjadi subtopik untuk diteliti sebelumnya.
c)
Diskusi
kelompok kecil harus dipersiapkan secara baik; diperlukan narasumber,
pertanyaan kunci dan bahan yang tepat untuk mengatur sikuen diskusi, yang
bertujuan membimbing dan memberi stimulasi pada tanggapan anak didik.
d)
Dalam
mempersiapkan diskusi, ditetapkan dulu besarnya kelompok. Dalam hal ini tidak
ada ketentuan yang pasti berapa besar anggota kelompok. Semuanya dapat
dipengaruhi oleh pengalaman, kedewasaan, keterampilan anggota, intensitas minat
dalam diskusi, latar belakang pengetahuan topik, tingkat keserasian kelompok,
pemahaman, dan keterampilan guru dalam memimpin diskusi kelompok kecil.
e)
Pengaturan
tempat duduk. Untuk meningkatkan perhatian dan partisipasi, anak didik harus
duduk saling berhadapan sehingga dapat saling melihat atau memandang.[7]
Selain hal-hal yang perlu diperhatikan di atas, guru juga harus
memperhatikan hal-hal yang perlu dihindari dalam memimpin diskusi kelompok
kecil, yaitu:
1)
Menyelenggarakan
diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat dan latar belakang
pengetahuan anak didik.
2)
Mendominasi
diskusi melalui pertanyaan yang terlalu banyak, dan menyediakan jawaban yang
terlalu banyak juga, sehingga anak didik tidak diberi kesempatan.
3)
Membiarkan
anak didik tertentu memonopoli diskusi.
4)
Gagal
berdiskusi karena rendahnya sumbangan pikiran anggota dalam artian membiarkan
peserta didik tidak aktif.
5)
Membiarkan
diskusi menyimpang jauh dari topik pembicaraan.
6)
Tergesa-gesa
meminta respons siswa atau mengisi waktu dengan terus berbicara, sehingga siswa
tak sempat berpikir.
7)
Mengabaikan
anak didik untuk mengklasifikasi, untuk memperbaiki, memperluas, dan menyumbangkan
pikiran mereka.
8)
Gagal
mengakhiri diskusi secara produktif dengan rangkuman yang baik dan menutup
secara efisien.[8]
IV.
KESIMPULAN
Diskusi kelompok kecil
merupakan suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam
interaksi yang kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau
pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.
Dalam memimpin diskusi kelompok
kecil seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam membimbing diskusi
kecil, yaitu:
1.
Laksanakan
diskusi dengan suasana yang menyenangkan.
2.
Berikan
waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan.
3.
Rencanakan
diskusi kelompok kecil dengan sistematis.
4.
Bimbinglah
dan posisikan diri guru sebagai teman dalam diskusi.
Dalam memimpin diskusi kelompok
kecil, terdapat 6 (enam) komponen keterampilan yang harus dimiliki seorang
guru, yaitu:
1.
Memusatkan
perhatian
2.
Memperjelas
masalah urunan pendapat
3.
Menganalisis
pandangan siswa
4.
Meningkatkan
urunan siswa
5.
Menyebarkan
kesempatan berpartisipasi
6.
Menutup
diskusi
Selain itu juga seorang guru harus
memahami hal-hal yang harus diperhatikan dan hal-hal yang harus dihindari dalam
memimpin diskusi sebagaimana yang tertera diatas.
V.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami sampaikan. Dengan harapan semoga dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi
kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmadi, Hamid, Kemampuan Dasar
Mengajar, Bandung: Alfabeta, 2009.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan
Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Hasibuan, J.J dan Moedjiono, Proses
Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
Helmiati, Micro Teaching Melatih
Keterampilan Dasar Mengajar, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013.
Mufarrokah, Anissatul, Strategi
Belajar Mengajar, Yogyakarta: Teras, 2009.
Winatapura, Udin S. dkk, Strategi
Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
[1] Hasibuan dan
Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.
88.
[2] Udin S.
Winatapura, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2002), hlm. 20-21.
[3] Hamid Darmadi,
Kemampuan Dasar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 23.
[4] Anissatul
Mufarrokah, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 173.
[5] Helmiati, Micro
Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar, (Yogyakarta: Aswaja
Pressindo, 2013), hlm. 85-88.
[6] Hasibuan dan
Moedjiono, Op.Cit., hlm. 91.
[7] Syaiful Bahri
Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 159-160.
[8] Ibid, hlm.
163.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar