PENTINGNYA MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM
MAKALAH
Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Hadits
Dosen Pengampu:
------------------------------
Oleh:
--------------------------------------------------
FAKULTASTARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2013
- PENDAHULUAN
Islam
diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu.
Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan
berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Islam
mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menunjukkan betapa pentingnya
menuntut ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi hamba Allah yang
beriman dan beramal shaleh, dengan ilmu pula manusia mampu mengolah kekayaan
alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian , manusia juga mampu menjadi
hambaNya yang bersyukur, dan hal itu memudahkan menuju surga.
Di sisi
lain, manusia yang berilmu memiliki kedudukan yang mulia tidak hanya disisi
manusia, tetapi juga disisi Allah. Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam firman
Allah dalam Q.S. Al-Mujadilah : 11, yang artinya “Allah akan meninggikan
orang-orang
yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat”.
Oleh karena itu, Islam memandang bahwa menuntut ilmu itu sangat penting bagi
kehidupan dunia maupun akhirat.
Pada
makalah ini dalam pembahasannya akan memaparkan penafsiran-penafsiran tentang hadits-hadits mengenai
pentingya menuntut ilmu dalam Islam,
diantaranya hadits-hadits tentang hukum menuntut ilmu, hadits tentang anjuran
menjaga ilmu, hadits tentang keutamaan menuntut ilmu, dan hadits tentang peran
ilmu dalam pendidikan.
- HADITS dan
TERJEMAH
A.
Hadits tentang hukum menuntut ilmu
وَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : طَلَبِ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ
وَضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ اَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيْرِ الْجَوْهَرَ
وَ للُّؤْلُؤَ وَ الذَّهَبَ. (رواه ابن مجاه)
“dan
Rosulullah Saw. Telah bersabda : Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim
dan orang yang meletakkan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya (orang yang
enggan untuk menerimanya dan orang yang menertawakan ilmu agama) seperti orang
yang mengalungi beberapa babi dengan beberapa permata, dan emas. (H.R. Ibnu
Majah,Al-Baihaqi,Anas bin Malik dan lain lain serta Al-Mundiri 28/1)
Tafsir
mufrodat hadits tentang hukum menuntut ilmu
ووضع العلم
: dan orang yang meletakkan ilmu, maksudnya orang yang menempatkan ilmu
عند غير اهله
: kepada orang yang bukan ahlinya, orang yang bukan faknya
كمقلد الخنازير
: seperti babi yang dikalungi emas( sesuatu yang tidak pantas untuk dilakukan
dan akhirnya tidak ada gunanya )
B.
Hadits tentang anjuran menjaga ilmu
حديث عبد الله بن عمر بن العاص رضي
الله عنه قال: سمعت رسول الله ص.م. يقول: ان الله و يقبض العلم انتزاعا ينتزعه من
الناس و لكن يقبض العلم بقبض العلماء حتى اذا لم يترك عالما اتخذ الناس رءوسا
جهالا فسئلو فأفتو بغير علم فضلو و اضلو (متفق عليه)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru
bin Ash. Katanya : aku pernah mendengar Rosulullah bersabda : Allah tidak
mengambil ilmu islam itu dengan cara mencabutnya dari manusia sebaliknya Allah
mengambilnya dengan mengambil para ulama sehingga tidak tertinggal walaupun
seorang. Manusia melantik orang jahil menjadi pemimpin, menyebabkan apabila
mereka ditanya mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan kepada ilmu pengetahuan ,
akhirnya mereka sesat dan menyesatkan orang lain pula (H.R. Bukhori – Muslim )
Tafsir mufrodat hadits tentang anjuran menjaga ilmu
لا
يقبض العلم انتزاعا
: Allah tidak menarik kembali ilmu pengetahuan dengan mencabutnya dengan maksud
mencabutnya dari hati sanubari manusia
حتى
اذا لم يترك عالما
: sehingga Allah tidak menyisakan orang alim seorangpun, maksudnya orang yang
berilmu meninggal dan yang tersisa hanyalah orang-orang bodoh
فافتو
بغير علم
: mereka memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan
C.
Hadits tentang keutamaan menuntut
ilmu
ومَنْ سَلَكَ طَريقاً يَلتَمِسُ فِيه عِلماً ، سَهَّلَ الله
لَهُ بِهِ طَريقاً إلى الجَنَّةِ .......
Diriwayatkan
dari Abi Hurairah radiallahuanhu, Sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda
Barang siapa menempuh jalannya untuk mencari ilmu, maka Allah mempermudah
kepadanya jalan ke surga. (H.R.Muslim)
Tafsir Mufrodat hadits tentang keutamaan
menuntut ilmu
Kata
طَريقاً :diungkapkan dalam bentuk nakirah
(indefinit), begitu juga dengan kata ilmu yang berarati mencakup semua jalan
atau cara untuk mendapatkan ilmu agama, baik sedikit maupun banyak.
سَهَّلَ
الله لَهُ بِهِ طَريقاً :(Allah memudahkan baginya jalan). Yaitu
Allah memudahkan baginya jalan diakherat kelak, atau memudahkan baginya
jalan didunia dengan cara memberi hidayah kepadanya untuk melakukan perbuatan
yang baik yang dapat menghantarkan menuju surga. Hal ini mengandung kabar
gembira bagi orang yang menuntut ilmu, bahwa Allah memudahkan mereka untuk
mencari dan mendapatkannya, karena menuntut ilmu adalah salah satu jalan menuju
surga.
D.
Hadits tentang peran ilmu terhadap
pendidikan
عن
علي كرم الله وجهه .أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : أدبوا أولادكم على ثلاث
خصال، حب نبيكم، و حب اّل بيته، وتلاوة القراّن. فإن حملة القراّن في ظل عرش الله
يوم لا ظل إلا ظله مع أنبيائه و أصفيائه. ( رواه الطبراني )
Dari Ali karromallahu wajhah,bahwa sesungguhnya
nabi Muhammad SAW berkata : Didiklah anak-anak kalian semua dengan tiga
perangai : Cinta Nabi kalian, Cinta keluarga nabi, dan Membaca AlQur’an, maka
sesungguhnya orang yang belajar AlQur’an berada dalam perlindungan Allah,
Pada hari yang tiada pertolongan selain pertolongan Allah beserta para nabiNYA
dan kekasihNYA. (H.R Ath Thobroni)[1]
Tafsir Mufrodat hadits tentang peran ilmu terhadap
pendidikan
الأدب بمعنى التربية الفاضلة والخلق الحميد
yaitu Pendidikan yang mulya dan
Akhlak yang terpuji
أولادكم
: jamak dari kata الولد yang berarti anak laki-laki dan perempuan, adapun الابن khusus laki-laki
خصال
: jamak dari kata خصلة yang berarti perangai
القراّن
حملة : yang bermakna orang yang menghafal
AlQur’an, orang yang mengamalkannya, orang yang mendapatkan petunjuk dari
AlQur’an
.اّل بيته :
bermakna keluarga nabi, ada pendapat yang mengatakan bahwa Ahlul bait mempunyai
makna : keluarga nabi dan keturunannya, istri-istri nabi dan putra putrinya,
orang-orang mukmin.
أصفيائه
:jamak dari kata صفي yang berarti الحبيب المقرب yaitu
kekasih yang dekat atau kekasih tercinta.
- ASBABUL
WURUD
A.
Sabab wurudz tentang hukum menuntut
ilmu
Tidak ada
B.
Sabab wurudz hadits tentang anjuran
menjaga ilmu
Tidak ada
C.
Sabab wurudz hadits tentang
keutamaan menuntut ilmu
Tidak ada
D.
Sabab wurudz hadits tentang peran
ilmu terhadap pendidikan
Tidak ada
- PEMBAHASAN
A. Kandungan Hadits
1.
Hadits tentang hukum menuntut ilmu
Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan
tentang hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan,
yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadits tersebut diberi
tanda lemah oleh imam Syuyuti.[2]
Adapun
hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa
pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa
menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul
muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara
makhluk – makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3]
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits,
maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik
laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi
umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha
menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar.
Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw.
Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan
menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk
mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.[4]
Dalam hadits
lain juga telah disebutkan bahwa :
اطلب
العلم من المحد الى اللهد0 (رواه مسلم)
“Carilah ilmu dari buaian sampai liang
lahat” (H. R. Muslim)
2.
Hadits tentang anjuran menjaga ilmu
Rosulullah
mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan
oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi
bersabda : “Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”.
Arabi
berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda :
“Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)”
Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi
pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah
pemimpin yang benar – benar mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang
berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan
oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5]
Dalam hadits
lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya
yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim:
و
كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم: انظر ما كان من حديث رسول الله ص.م.
فاكتبه فانى خفت دروس العلم و ذهب العلمآء. و لا تقبل الا حديث النبي ص.م. و
التفشو العلم. و التجلس حتى يعلم من لا يعلم. فأن العلم لا يهلك حتى يكون سرا.
(متفق عليه)
Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm”
kumpulkan hadits – hadits Nabi yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan
hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal)janganlah engkau terima
selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu
yang tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi
rahasia (H.R. Bukhori-Muslim).[6]
3.
Hadits tentang keutamaan menuntut
ilmu
Adapun
munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu,
Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa
keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi).
Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm
itu dinilai sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat
ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan
mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid.
4.
Hadits tentang peran ilmu terhadap
pendidikan
Rosulullah
SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai :
a.
Cinta terhadap
Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap
kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan
dalam sebuah hadits :
عن
انس بن مالك رضى الله عنه انه قال . قال النبي صلى الله عليه وسلم : لا يؤمن احدكم
حتى اكون احب اليه من والده وولده والناس اجمعين. (رواه البخارى)
Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,”
Seseorang diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai
daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” ( H.R. Bukhori )[7]
b.
Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada
seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut
dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan
cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 :
انما
يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا
Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.
c.
Memberikan
pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah
yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat
yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari
sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW bersabda :
عن
عثمان بن عفان رضى الله عنه عن النبى صلى الله عليه وسلم قال ان افضلكم من تعلم
القراّن و علمه. (رواه البخارى)
Dari Ustman bin Affan
r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara kamu
adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)
B. Signfikasi dengan Kehidupan Sekarang
1.
Hadits tentang hukum menuntut ilmu
Hadits ini
berisi kesimpulan bahwa:
a. Menuntut ilmu agama adalah wajib
bagi setiap muslim
b. Jangan memberikan ilmu agama kepada orang
yang enggan menerima ilmu.
Islam
mewajibkan pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan,
mengetahui segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam,
dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang
lalu, baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan
dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang
memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan
dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar
setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa
kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu
hadits, ilmu bahasa 'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu
perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk
dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu
fardhu kifayah.
Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat
dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah
mempelajari ilmu fardhu 'ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu
'ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan
dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak dituntuti,
walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakka Ilmu yang diamalkan sesuai
dengan perintah-perintah syara'.
Hukum
wajibnya perintah menuntut ilmu itu adakalanya wajib 'ain dan adakalnya wajib
kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu
yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadits dan sebagainya.
Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan
'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui
untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti
shalat, puasa, zakat dan haji.
2.
Hadits tentang anjuran menjaga ilmu
Hadits ini
berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan
peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar-benar mengetahui dan larangan bagi
orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di
dunia, agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi
penghuni dunia ini dalam batas-batas yang diridhai Allah swt.
Dalam hadits tersebut Rasulullah saw menjelaskan bahwa
Allah akan memberikan berbagai kemudahan kepada para pencari ilmu, seperti
kemudahan bergaul, kemudahan mendapatkan pekerjaan, termasuk kemudahan untuk
menuju surga.
Aktivitas pencarian ilmu adalah aktivitas yang sangat
mulia, sehingga kepada para pencari ilmu semua makhluk Allah baik yang ada di
langit maupun di bumi bahkan ikan-ikan yang ada di dalam air akan memberikan
berbagai bantuan, mereka semua ikut mendoakan agar orang yang mencari ilmu
selalu mendapatkan ampunan dari Allah SWT.
Para ulama (orang yang berilmu dan selalu menjadi pencari
ilmu) adalah pewaris para Nabi, merekalah yang akan meneruskan para nabi dalam
menegakan kebenaran dan memerangi kezaliman dengan menyebarkan ilmu yang
diterimanya dari nabi kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua nabi tidaklah mewariskan harta
benda untuk umatnya melainkan mewariskan
ilmu untuk kemaslahatan ummatnya. Oleh karena itu siapapun yang berusaha
menuntut ilmu dan berhasil menguasainya, maka dia telah berhasil mendapatkan
bagian yangsangat besar sebagai modal untuk menghadap Allah swt.
3.
Hadits tentang keutamaan menuntut
ilmu
Bahwa
dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat.
Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang
menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan
Allah kepada orang yang mencari ilmu.[8]
Allah memberikan keuatamaan kepada para pencari ilmu
melebihi keutamaan yang diberikan kepada para ahli ibadah, ibarat cahaya bulan
purnama yang mampu mengalahkan cahaya seluruh bintang.
Dilihat dari segi ibadat, sungguh menuntut ilmu itu
sangat tinggi nilai dan pahalanya, Nabi Muhammad SAW bersabda ; Artinya :
"Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kakinya di waktu pagi (maupun
petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Quran), maka
pahalanya lebih baik daripada ibadat satu tahun.
Mengapa
menuntut ilmu itu sangat tinggi nilainya dilihat dari segi ibadat?. Karena amal
ibadat yang tidak dilandasi dengan ilmu yang berhubungan dengan itu, akan
sia-sialah amalnya. Syaikh
Ibnu Ruslan dalam hal ini menyatakan:
Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima".
Artinya : "Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadat) tanpa ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima".
4.
Hadits tentang peran ilmu dalam
pendidikan
Ilmu
mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan
adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek
intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan
pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi
penerus bangsa yang beradab dan bermartabat. Karena keberadaan pendidikan
menjadi Prasyarat kemajuan sebuah bangsa.
Dalam
Islam pendidikan sangatlah penting, terutama pendidikan terhadap anak. Oleh
karena itu Nabi Muhammad SAW memerintahkan kepada seluruh orang tua untuk
selalu memperhatikan pendidikan anak dan memberikan pengawasan terhadapnya,
dengan cara membiasakan dengan akhlak yang mulia, menanamkan benih-benih
keimanan dalam hatinya, mengawasi segala urusannya, karena seoarang anak jika
diabaikan maka akan rusak akhlak dan tabi’atnya, dan akan menjadi seorang yang
tidak beradab, tidak bermanfaat dalam kehidupannya,bahkan akan menjadi virus
bagi masyarakat.[9]
Langkah-langkah
dalam mendidik generasi bangsa yang beradab dan bermartabat sesuai Sabda
Rosulullah SAW, sebagai berikut :
a. Membiasakan anak untuk selalu taat
kepada perintah Allah.
b. Menanamkan kecintaan terhadap Rosul
lebih utama dari kecintaannya kepada orang tua, bahkan dirinya sendiri.
c. Menanamkan kecintaan terhadap Ahlul
Bait (Keluarga Nabi), dengan kecintaan terhadap Nabi maka akan melahirkan
kecintaan terhadap Keluarga Besar Nabi.
d.
Mengajarkan bacaan Al-Qur’an terhadap anak dengan lancar dan
fashih sesuai kaedah tajwid.
- PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan hadits – hadits
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Menuntut
ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama
kepada orang yang enggan menerima ilmu
2. Ilmu
akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin
yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling
menyesatkan satu sama lain
3. Bahwa
dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat.
Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang
menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan
Allah kepada orang yang mencari ilmu.
4. Ilmu
mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan
adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek
intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan
pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi
penerus bangsa yang beradab dan bermartabat.
B.
Penutup
Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan
kitab- kitab hadits sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi,
tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di
amalkan dengan segenap kemampuan.
Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari
kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi
meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-bukhori al-Jufri, Shohih
Bikhori.
Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib al-Nisa’i, Sunan
al-Nisa’i
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu
Daud.
Al Qur’an
Al Karim
Al-asqolani,
Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri
Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
As
Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar
Al Kutub Al Islamiyah.
Az-zarnuzi.
Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah
Ibn Hajar al-Asqolani, Bulungul Marom.
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah.
Jalaludin al-Suyuti, Al-Jam’ al-Shghor.
Muhammad
Zuhri, 1993. Terjemah Jawahirul Bukhari, Indonesia, Darul Ihya’
Muslim Bin al-Hijaj Abu al-husain al-Qusyairi
al-Naisaburi, Shohih Muslim.
memperluas pengetahuan tanpa kuliah itu juga bisa ya kak? :D Terimakasih infonya ^_^
BalasHapusya betul,, bagus tuh tulisan di blognya... :)
Hapusmaaf kak izin bertanya dari ketiga hadis diatas tidak dituliskan asbabul wurudnya apakah itu berarti hadisnya tidak memiliki asbabul wurud ? kemudian apakah boleh sebuah hadis boleh tidak memiliki asbabul wurud? kebetulan saya maba, semoga penulis berkenan menjawab, terima kasih
BalasHapusItu ada asbabul wurudnya cmn nggk saya cantumin... setiap hadis pasti ada asbabul wurud nya sbgaimana quran yg ada asbabul nuzul nya... alangkah baiknya dicari dulu asbabul wurudnya... biar tahu menyeluruh isi dari hadis tersebut...
BalasHapus