Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Sabtu, 22 Maret 2014

Peran Muawiyyah bin Abu Sufyan

PERAN MUAWIYYAH BIN ABU SUFYAN SEBAGAI ARSITEK BANI UMAYYAH DAN JASA JASANYA


MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Sholikin, M. Ag


Disusun Oleh:
PBA 5A
Achmad Yasir                     113211015
Agus Aji Abdurrahman       113211016


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

      I.            PENDAHULUAN
 Pembahasan sejarah perkembangan peradaban islam yang sangat panjang dan luas itu tidak bisa dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Bukan saja kerana persoalan-persoalan politik sangat menentukan perkembangan aspek-aspek  peradaban tertentu, seperti yang akan terlihat dalam pembahasan makalah ini, tetapi terutama karena sistem politik dan pemerintahan itu sendiri merupakan salah satu aspek penting dari peradaban. Karena itulah uraian sejarah politik islam dalam makalah ini sangat dominan, sementara aspek-aspek lain tampak hanya terikat di dalamnya, seperti sistem pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan seni bangunan.Maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai DINASTI BANI UMAYAH.
Sepeninggal Ali bin Abu Thalib, gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa kekuasaannya merupakan awal kedaulatan Bani Umayah. Keberhasilan Muawiyah dalam meraih jabatan khalifah dan membangun pemerintahan Bani Umayah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di Shiffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja, melainkan merupakan hasil akhir dari peristiwa-peristiwa politik yang dihadapinya dan karir politiknya yang cukup cemerlang. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas bersama-sama mengenai DINASTI BANI UMAYAH.

   II.            RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimanakah sejarah berdirinya dinasti bani umayyah ?
2.      Bagaimanakah peran Muawiyah sebagai arsitek dari dinasti bani umayyah ?
3.      Apa saja jasa-jasa muawiyah dimasa kekhalifahannya ?

III.            PEMBAHASAN

1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Dinasti bani Umayyah mengambil nama keturunan dari  Umayyah Ibn Abdi Syam Ibn Abdi Manaf, yang merupakan salah satu pemimpin dari kabilah Qurays di zaman Jahiliyah. Semasa hidup umayyah sering bersaing dengan pamannya yang bernama Hasyim bin Abdi Manaf.  Umayyah dan Hasyim berebut pengaruh dalam proses-proses sosial politik pada zaman jahiliyyah, namun Umayyah lebih dominan. Hal ini disebabkan karena ia merupakan pengusaha yang kaya dan memiliki banyak harta yang berlimpah. padahal harta dan kekayaan menjadi faktor dominan untuk merebut hati dikalangan suku Qurays, sehingga Hasyim tidak dapat mengimbangi keponakannya tersebut. [1]
Awal pendirian dinasti ini berawal dari masalah Tahkim yang menyebabkan perpecahan dikalang pengikut Ali Bn Abi Bthalib yang berakhir dengat kematiannya.[2] Sebagian umat islam sebenarnya telah membai’at Hasan bin Ali, putra beliau. Namun, Hasan menyadari kelemahan dirinya sehingga setelah beberapa bulan saja menjabat sebagai pengganti ayahnya, hasan memilih berdamai dengan Muawiyah dan menyerahkan kepemimpinan umat islam kepadanya. Muawiyah pun menerima kekhalifahan di khufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:
a.       Agar Muawiyyah tiada menaruh dendam terhadap seorangpun penduduk Irak
b.      Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan kesalahan mereka.
c.       Agar pajak tanah negri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun.
d.      Agar muawiyyah membayar kepada saudaranya yaitu Husain sebesar dua juta dirham.
e.       Pemberian kepada bani Hasyim harus lebih banyak dari pemberian kepada bani Abdi Syams.[3]

Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai ‘amul jama’ah, atau tahun persatuan umat islam. Sejak saat itu Muawiyah resmi menjadi khalifah baru umat islam yang berpusat di damaskus. Muawiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini dianggap sebagai pendiri dan pembina dari dinasti umayyah.[4]
Pemerintahan Bani Umayyah berdiri setelah berakhirnya khilafah Rosyidah yang ditandai dengan terbunuhnya Ali Bin Abi Thalib karromaallohu wajhah pada tahun 40 h/ 661 M. Pemerintahan mereka dihitung sejak Hasan Bin Ali menyerahkan kekuassaan pada Muawiyah Bin Abi Sufyan pada tanggal 25 rabiul awwal 41H /661 M.
Pemerintahan ini barakhir dengan kekalahan khalifah Marwan Bn Muhammad diperang zab pada bulan jumadil ula tahun 132H/ 749 M. Dengan demikian pemerintahan bani umayyah ini berlangsung selama 91 tahun.
Pemerintahan dinasti umayyah dipimpin oleh empat belas orang kihalifah yaitu sebagai berikut:
1.      Muawiyyah bin abu sufyan (41 - 60 H /661-679 M)
2.      Yazid bin muawiyyah  (60-64H/ 679-683 M)
3.      Muawiyah bin yazid (64H/683M hanya 40 hari saja)
4.      Marwan bin hakam (64-65H/ 683-684 M)
5.      Abdul malik bin marwan bn hakam (65-86H/ 684-705M)
6.      Walid bin abdul malik (86-96H/ 705-714 M)
7.      Sulaiman bin abdul malik (96-99 H/714-717M)
8.      Umar bin abdul aziz bn marwan (99-101H/ 717- 719M)
9.      Yazid bin abdul malik (101-105H/ 719-723M)
10.  Hisyam bin abdul malik 105-125H/ 723-742M)
11.  Walid bin yazid bin abdul malik (125 126H/ 742-743M)
12.  Yazid bin walid bin abdul malik (126H/ 743M)
13.  Ibrahim bin walid bin abdul malik (126-127H /743-744M)
14.  Marwan bin muhammad bin marwan (127-132 H/ 744-749M)[5]

2.      Muawiyah Sebagai Arsitek Dari Dinasti Bani Umayyah
 Muawiyah bin abu sufyan bin Harb bin Umayyah adalah bapak pendiri sekaligus khalifah pertama dinasti umayyah. Ia merupakan pembangun yang besar. Sehingga namanya disejajarkan dengan khulafa ar-rosyidin karena kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyyah mendapatkan kursi ke khalifahan setelah hasan bin Ali bin abi thalib berdammai dengannya pada tahun 41H.
Muawiyah dilahirkan dua tahun sebelum nabi muhammad diangkat menjadi rasul atau 15 tahun sebelum hijrah[6]. Ia masuk islam pada tahun  8 H/ 629 M saat terjadinya peristiwa fathu makkah dimana orang-orang qurays beramai-ramai masuk islam. Setelah masuk islam muawiyah kemudian mendapat kepercayaan dari Rasul untuk menulis alqur’an dan pernah meriwayatkan sedikitnya 163 hadits dari beliau. [7]
Muawiyah memiliki kepribadian yang luhur, sehingga ditempatkan pada kedudukan yang terhormat baik pada masa rasulullah maupun khulafaurrasyidin. Beliau merupakan seorang pemimpin yang bijaksana. meskipun sedang menghadapi tekanan tekanan yang berat, ia dapat menguasai diri dan mengambil keputusan (tindakan) secra bijaksanan.[8]
Melihat sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan, muawiyyah merupakan seorang pribadi yang paripurna  dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul sikap-sikap penguasa, politikus, dan administrator. Keberhasilan muawiyyah mendirikan dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di shiffin dan terbunuhnya khalifah Ali saja, melainkan sejak semula gubernur suriah itu memiliki  “basis rasional ” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.
Pertama, adalah dukungan yang kuat dari rakyah suriyah dan dari keluarga bani Umayyah. Penduduk suriyah yang lama di pimpin oleh muawiyah mempunyai kekuatan yang kokoh, terlatih, dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan romawi. Mereka bersama dengan kelompok bangsawan kaya makkah dari keturunan bani umayyah berada sepenuhnya di belakang muawiyah memasok sumber-sumber kekuatan yang tiada habis-habisnya. Baik moral, tenaga manusia maupun kekayaan.
 Kedua, sebagai seorang administrator, muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Muawiyah mempunyai tiga orang pembantu, dianta6ranya : ‘amr ibn ‘ash, mughiroh ibn syu’bah dan ziyad ibn abihi. Ketiga pembantu ini bersama muawiyah merupakan empat politikus yang sangat mengagumkan dikalangan muslim arab.
Ketiga, muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh pembesar makkah zaman dulu.[9]
Setelah muawiyah menjadi khalifah umat islam,ia mulai menata pemerintahannya. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan- tindakan yang timbul dari reaksi pembentukan kekuasaanya. Khususnya dari kelompok yang tidak menyukainya.
Langkah awal yang diambilnya adalah memindahkan pusat pemerintahan dari madinah ke damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalissa setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan muawiyah memindahkan pusat pemerintahan dari madinah ke damaskus, yaitu karena madinah sebagai pusat pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya masih terdapat sisa-sisa kelompok yang anti pati terhadapnya. Ini akan mengganggu stabilitas kekuatannya , selain itu di Madinah sia kurang memiliki pengikut yang kuat dan fanatik. Sedangkan di Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis kekuatannya pun cukup kuat.
Berikutnya, muawiyah melakukan pergantian sistem ke khalifahan kepada sistem kerajaan. Sistem  yang dilakukan berbias baik secara sengaja maupun tidak kepada nilai kesukuan dan kekeluargaan. Hal ini desebabkan dengan diberlakukannya sistem dinasti yang berarti bahwa pemerintahan akan bersifat monarchi dengan pergantian kepemimpinan ditentukan berdasarkan garis keturunan dan bukan atas demokrasi sebagaimana yang terjadi di zaman sebelumnya.[10]

3.      Jasa-Jasa Muawiyah Dimasa Kekhalifahannya
 Adapun jasa-jasanya yaitu:
1.      Mengadakan dinas pos kilat dengan mengadakan kuda yang selalu siap disetiap pos.
2.      Mendirikan kantor cap (percetakan mata uang dll.)[11]
3.      Mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanul kahatam), jadi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin di dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke alamat yang dituju[12].
4.      Mengadaka perluasan ke wilayah barat.
Wilayah romawi (turki) ketika iyu selalu dilakukan pengintaian dan ekspedisi kesana. Maksud dan tujuannya adalah meaklukkan konstantinopel. Kota itu dikepung pada tahun 50H/ 670 M kemudian pada tahun 53-61H/ 672-680 M namun tidak nberasil ditaklukkan.
Muawiyyah membentuk pasukan laut yang besar serta siaga dilaut tengah dengan kekuatan 1700 kapal. Dengan kekuatan itu, dia berhasil memetik berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada tahun 49H/ 669M, kepulauan rhodesia pada tahun 53H/673M, kepulauan kreta pada tahun 55H /624M, keulauan ijih dekat konstantinopel pada itahun 57H/68IM
Di afrika. Benzarat berhasil di taklukkan pada tahun 41 H/661M, Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45h/ 665m,maghrib tegah (al-jazair). Uqbah bin nafi’ adalah komandan paling terkenal dikawasan ini.
5.      Mengadakan perluasan wilayah di wilayah timur.
Kawasan timur, negeri-negeri asia tengah meliputi kawasan yang berada di antara sungai sayhun dan jahyun. Diantara kerajaan yang terpenting adalah thakaristan dengan ibu kota balkh, shafaniyah dengan ibu kota syawman,shaghad dengan ibu kota jahandah, khawarizm dengan ibukotanya jurjaniyah, asyrusanah dengan ibukota banjakat, syasy dengan ibukota bankats.
Pasukan islam menyerang wilayah asia tengah pada tahun 41 H /661 M. pada tahun 43H/663 mereka mampu menaklukkan sajistan dan menaklukkan sebagian wilayah thakharistanpada tahun 45H/664M. mereka sampai wilayah Quhistan. Pada tahun 44H/66 M Abdullah bin ziyad tiba dipegunungan bukhari.
Pada tahun 44H /664M pasukan islam juga menyerang wilayah shind dan india. Penduduk wilayah itu selalu melakukan peberontakan sehingga membuat kawasan itu tidak selamanya stabil kecuali dimasa walid bin abdul Malik.[13]

IV.             KESIMPULAN
Awal pendirian dinasti ini berawal dari masalah Tahkim yang menyebabkan perpecahan dikalang pengikut Ali Bn Abi Bthalib yang berakhir dengat kematiannya. Sebagian umat islam sebenarnya telah membai’at Hasan bin Ali, putra beliau. Namun, Hasan menyadari kelemahan dirinya sehingga setelah beberapa bulan saja menjabat sebagai pengganti ayahnya, hasan memilih berdamai dengan Muawiyah dan menyerahkan kepemimpinan umat islam kepadanya.
Muawiyyah merupakan seorang pribadi yang paripurna  dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul sikap-sikap penguasa, politikus, dan administrator. Keberhasilan muawiyyah mendirikan dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di shiffin dan terbunuhnya khalifah Ali saja, melainkan sejak semula gubernur suriah itu memiliki  “basis rasional ” yang solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.
Adapun jasa-jasan Muawiyah yaitu:
1.      Mengadakan dinas pos kilat dengan mengadakan kuda yang selalu siap disetiap pos.
2.      Mendirikan kantor cap (percetakan mata uang dll.)
3.      Mendirikan suatu departemen pencatatan (diwanul kahatam), jadi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus disalin di dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan ke alamat yang dituju.
4.      Mengadaka perluasan ke wilayah barat.
5.      Mengadakan perluasan wilayah di wilayah timur.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, Jakarta: Akbar Media 2003.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010.
Fuadi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras 2011.
Karim,  Abdul, Sejarah Pemikiran Peradaban Islam, Yogyakarta :Pustaka Book Publisher 2007.
Nasir, Mahmud, Islam konsep dan sejarahnya, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Syaefudin, Machfud, Dinamika Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2013.
                                                       




[1] Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Peradaban Islam ( Yogyakarta :Pustaka Book Publisher 2007), hlm. 113
[2] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam  (Jakarta: AMZAH, 2010), hlm. 70
[3]  Machfud Syaefudin Dkk, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2013)hlm. 48
[4] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam  (Yogyakarta: Teras 2011) hlm. 71
[5] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam  (Jakarta: Akbar Media 2003) hlm. 184-185
              [6] Ibid. hlm. 70
[7] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran Peradaban Islam ( Yogyakarta :Pustaka Book Publisher 2007), hlm. 113
[8] Ibid. Hal. 72
[9] Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam  (Yogyakarta: Teras 2011) hlm. 48-49
[10] Ibid. hal. 72
[11] Machfud Syaefudin Dkk, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2013), hlm. 49.
[12] Mahmud Nasir, Islam konsep dan sejarahnya,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 175.
[13] Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam  (Jakarta: Akbar Media 2003), hlm. 188-189.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar