PERAN MUAWIYYAH BIN ABU SUFYAN SEBAGAI ARSITEK BANI UMAYYAH DAN
JASA JASANYA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Sholikin, M. Ag
Disusun Oleh:
PBA 5A
Achmad Yasir 113211015
Agus
Aji Abdurrahman 113211016
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Pembahasan
sejarah perkembangan peradaban islam yang sangat panjang dan luas itu tidak
bisa dilepaskan dari pembahasan sejarah perkembangan politiknya. Bukan saja
kerana persoalan-persoalan politik sangat menentukan perkembangan
aspek-aspek peradaban tertentu, seperti
yang akan terlihat dalam pembahasan makalah ini, tetapi terutama karena sistem
politik dan pemerintahan itu sendiri merupakan salah satu aspek penting dari
peradaban. Karena itulah uraian sejarah politik islam dalam makalah ini sangat
dominan, sementara aspek-aspek lain tampak hanya terikat di dalamnya, seperti
sistem pemerintahan, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan seni
bangunan.Maka dalam makalah ini kami akan membahas mengenai DINASTI BANI
UMAYAH.
Sepeninggal Ali
bin Abu Thalib, gubernur Syam tampil sebagai penguasa Islam yang kuat. Masa
kekuasaannya merupakan awal kedaulatan Bani Umayah. Keberhasilan Muawiyah dalam
meraih jabatan khalifah dan membangun pemerintahan Bani Umayah bukan hanya
akibat dari kemenangan diplomasi di Shiffin dan terbunuhnya Khalifah Ali saja,
melainkan merupakan hasil akhir dari peristiwa-peristiwa politik yang
dihadapinya dan karir politiknya yang cukup cemerlang. Untuk lebih jelasnya,
mari kita bahas bersama-sama mengenai DINASTI BANI UMAYAH.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimanakah sejarah
berdirinya dinasti bani umayyah ?
2.
Bagaimanakah peran Muawiyah sebagai arsitek dari dinasti bani umayyah ?
3.
Apa saja jasa-jasa
muawiyah dimasa kekhalifahannya ?
III.
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Dinasti bani Umayyah mengambil nama keturunan dari Umayyah Ibn Abdi Syam Ibn Abdi Manaf, yang
merupakan salah satu pemimpin dari kabilah Qurays di zaman Jahiliyah. Semasa
hidup umayyah sering bersaing dengan pamannya yang bernama Hasyim bin Abdi
Manaf. Umayyah dan Hasyim berebut
pengaruh dalam proses-proses sosial politik pada zaman jahiliyyah, namun
Umayyah lebih dominan. Hal ini disebabkan karena ia merupakan pengusaha yang
kaya dan memiliki banyak harta yang berlimpah. padahal harta dan kekayaan menjadi
faktor dominan untuk merebut hati dikalangan suku Qurays, sehingga Hasyim tidak
dapat mengimbangi keponakannya tersebut. [1]
Awal pendirian dinasti ini berawal dari masalah Tahkim yang
menyebabkan perpecahan dikalang pengikut Ali Bn Abi Bthalib yang berakhir
dengat kematiannya.[2]
Sebagian umat islam sebenarnya telah membai’at Hasan bin Ali, putra beliau.
Namun, Hasan menyadari kelemahan dirinya sehingga setelah beberapa bulan saja
menjabat sebagai pengganti ayahnya, hasan memilih berdamai dengan Muawiyah dan
menyerahkan kepemimpinan umat islam kepadanya. Muawiyah pun menerima
kekhalifahan di khufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:
a.
Agar
Muawiyyah tiada menaruh dendam terhadap seorangpun penduduk Irak
b.
Menjamin
keamanan dan memaafkan kesalahan kesalahan mereka.
c.
Agar
pajak tanah negri Ahwaz diperuntukkan kepadanya dan diberikan tiap tahun.
d.
Agar
muawiyyah membayar kepada saudaranya yaitu Husain sebesar dua juta dirham.
e.
Pemberian
kepada bani Hasyim harus lebih banyak dari pemberian kepada bani Abdi Syams.[3]
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai ‘amul jama’ah, atau tahun
persatuan umat islam. Sejak saat itu Muawiyah resmi menjadi khalifah baru umat
islam yang berpusat di damaskus. Muawiyah sebagai khalifah pertama dinasti ini
dianggap sebagai pendiri dan pembina dari dinasti umayyah.[4]
Pemerintahan Bani Umayyah berdiri setelah berakhirnya khilafah
Rosyidah yang ditandai dengan terbunuhnya Ali Bin Abi Thalib karromaallohu
wajhah pada tahun 40 h/ 661 M. Pemerintahan mereka dihitung sejak Hasan Bin
Ali menyerahkan kekuassaan pada Muawiyah Bin Abi Sufyan pada tanggal 25 rabiul
awwal 41H /661 M.
Pemerintahan ini barakhir dengan kekalahan khalifah Marwan Bn
Muhammad diperang zab pada bulan jumadil ula tahun 132H/ 749 M. Dengan demikian
pemerintahan bani umayyah ini berlangsung selama 91 tahun.
Pemerintahan dinasti umayyah dipimpin oleh empat belas orang
kihalifah yaitu sebagai berikut:
1.
Muawiyyah
bin abu sufyan (41 - 60 H /661-679 M)
2.
Yazid
bin muawiyyah (60-64H/ 679-683
M)
3.
Muawiyah
bin yazid (64H/683M hanya 40 hari saja)
4.
Marwan
bin hakam (64-65H/ 683-684 M)
5.
Abdul
malik bin marwan bn hakam (65-86H/ 684-705M)
6.
Walid
bin abdul malik (86-96H/ 705-714 M)
7.
Sulaiman
bin abdul malik (96-99 H/714-717M)
8.
Umar
bin abdul aziz bn marwan (99-101H/ 717- 719M)
9.
Yazid
bin abdul malik (101-105H/ 719-723M)
10.
Hisyam
bin abdul malik 105-125H/ 723-742M)
11.
Walid
bin yazid bin abdul malik (125 126H/ 742-743M)
12.
Yazid
bin walid bin abdul malik (126H/ 743M)
13.
Ibrahim
bin walid bin abdul malik (126-127H /743-744M)
2.
Muawiyah Sebagai Arsitek Dari Dinasti Bani Umayyah
Muawiyah bin abu sufyan bin
Harb bin Umayyah adalah bapak pendiri sekaligus khalifah pertama dinasti
umayyah. Ia merupakan pembangun yang besar. Sehingga namanya disejajarkan
dengan khulafa’ ar-rosyidin karena kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan.
Muawiyyah mendapatkan kursi ke khalifahan setelah hasan bin Ali bin abi thalib
berdammai dengannya pada tahun 41H.
Muawiyah dilahirkan dua tahun sebelum nabi muhammad diangkat menjadi
rasul atau 15 tahun sebelum hijrah[6].
Ia masuk islam pada tahun 8 H/ 629 M
saat terjadinya peristiwa fathu makkah dimana orang-orang qurays
beramai-ramai masuk islam. Setelah masuk islam muawiyah kemudian mendapat
kepercayaan dari Rasul untuk menulis alqur’an dan pernah meriwayatkan
sedikitnya 163 hadits dari beliau. [7]
Muawiyah memiliki kepribadian yang luhur, sehingga ditempatkan pada
kedudukan yang terhormat baik pada masa rasulullah maupun khulafaurrasyidin. Beliau
merupakan seorang pemimpin yang bijaksana. meskipun sedang menghadapi tekanan
tekanan yang berat, ia dapat menguasai diri dan mengambil keputusan (tindakan)
secra bijaksanan.[8]
Melihat sikap dan prestasi politiknya yang menakjubkan, muawiyyah
merupakan seorang pribadi yang paripurna
dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul sikap-sikap
penguasa, politikus, dan administrator. Keberhasilan muawiyyah mendirikan
dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di shiffin dan
terbunuhnya khalifah Ali saja, melainkan sejak semula gubernur suriah itu
memiliki “basis rasional ” yang solid
bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.
Pertama, adalah
dukungan yang kuat dari rakyah suriyah dan dari keluarga bani Umayyah. Penduduk
suriyah yang lama di pimpin oleh muawiyah mempunyai kekuatan yang kokoh,
terlatih, dan disiplin di garis depan dalam peperangan melawan romawi. Mereka
bersama dengan kelompok bangsawan kaya makkah dari keturunan bani umayyah
berada sepenuhnya di belakang muawiyah memasok sumber-sumber kekuatan yang
tiada habis-habisnya. Baik moral, tenaga manusia maupun kekayaan.
Kedua, sebagai
seorang administrator, muawiyah sangat bijaksana dalam menempatkan para
pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Muawiyah mempunyai tiga orang
pembantu, dianta6ranya : ‘amr ibn ‘ash, mughiroh ibn syu’bah dan ziyad ibn
abihi. Ketiga pembantu ini bersama muawiyah merupakan empat politikus yang
sangat mengagumkan dikalangan muslim arab.
Ketiga, muawiyah
memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkan mencapai tingkat
hilm sifat tertinggi yang dimiliki oleh pembesar makkah zaman dulu.[9]
Setelah muawiyah menjadi khalifah umat islam,ia mulai
menata pemerintahannya. Kebijakan ini dilakukan untuk mengantisipasi tindakan-
tindakan yang timbul dari reaksi pembentukan kekuasaanya. Khususnya dari
kelompok yang tidak menyukainya.
Langkah awal yang diambilnya adalah memindahkan pusat pemerintahan
dari madinah ke damaskus. Hal ini dapat dimaklumi karena jika dianalissa
setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan muawiyah memindahkan pusat
pemerintahan dari madinah ke damaskus, yaitu karena madinah sebagai pusat
pemerintahan khulafaurrasyidin sebelumnya masih terdapat sisa-sisa kelompok
yang anti pati terhadapnya. Ini akan mengganggu stabilitas kekuatannya , selain
itu di Madinah sia kurang memiliki pengikut yang kuat dan fanatik. Sedangkan di
Damaskus pengaruhnya telah menciptakan nilai simpatik masyarakat, basis
kekuatannya pun cukup kuat.
Berikutnya, muawiyah melakukan pergantian sistem ke khalifahan
kepada sistem kerajaan. Sistem yang
dilakukan berbias baik secara sengaja maupun tidak kepada nilai kesukuan dan
kekeluargaan. Hal ini desebabkan dengan diberlakukannya sistem dinasti yang
berarti bahwa pemerintahan akan bersifat monarchi dengan pergantian kepemimpinan
ditentukan berdasarkan garis keturunan dan bukan atas demokrasi sebagaimana
yang terjadi di zaman sebelumnya.[10]
3.
Jasa-Jasa Muawiyah Dimasa Kekhalifahannya
Adapun jasa-jasanya yaitu:
1.
Mengadakan
dinas pos kilat dengan mengadakan kuda yang selalu siap disetiap pos.
2.
Mendirikan
kantor cap (percetakan mata uang dll.)[11]
3.
Mendirikan suatu departemen pencatatan
(diwanul kahatam), jadi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus
disalin di dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan dikirimkan
ke alamat yang dituju[12].
4.
Mengadaka
perluasan ke wilayah barat.
Wilayah romawi (turki) ketika iyu selalu dilakukan pengintaian dan
ekspedisi kesana. Maksud dan tujuannya adalah meaklukkan konstantinopel. Kota
itu dikepung pada tahun 50H/ 670 M kemudian pada tahun 53-61H/ 672-680 M namun
tidak nberasil ditaklukkan.
Muawiyyah membentuk pasukan laut yang besar serta siaga dilaut
tengah dengan kekuatan 1700 kapal. Dengan kekuatan itu, dia berhasil memetik
berbagai kemenangan. Dia berhasil menaklukkan pulau Jarba di Tunisia pada tahun
49H/ 669M, kepulauan rhodesia pada tahun 53H/673M, kepulauan kreta pada tahun
55H /624M, keulauan ijih dekat konstantinopel pada itahun 57H/68IM
Di afrika. Benzarat berhasil di taklukkan pada tahun 41 H/661M,
Qamuniyah (dekat Qayrawan) ditaklukkan pada tahun 45h/ 665m,maghrib tegah
(al-jazair). Uqbah bin nafi’ adalah komandan paling terkenal dikawasan ini.
5.
Mengadakan
perluasan wilayah di wilayah timur.
Kawasan timur, negeri-negeri asia tengah meliputi kawasan yang
berada di antara sungai sayhun dan jahyun. Diantara kerajaan yang terpenting
adalah thakaristan dengan ibu kota balkh, shafaniyah dengan ibu kota
syawman,shaghad dengan ibu kota jahandah, khawarizm dengan ibukotanya
jurjaniyah, asyrusanah dengan ibukota banjakat, syasy dengan ibukota bankats.
Pasukan islam menyerang wilayah asia tengah pada tahun 41 H /661 M.
pada tahun 43H/663 mereka mampu menaklukkan sajistan dan menaklukkan sebagian
wilayah thakharistanpada tahun 45H/664M. mereka sampai wilayah Quhistan. Pada tahun
44H/66 M Abdullah bin ziyad tiba dipegunungan bukhari.
Pada tahun 44H /664M pasukan islam juga menyerang wilayah shind dan
india. Penduduk wilayah itu selalu melakukan peberontakan sehingga membuat
kawasan itu tidak selamanya stabil kecuali dimasa walid bin abdul Malik.[13]
IV. KESIMPULAN
Awal pendirian dinasti ini berawal dari masalah Tahkim yang
menyebabkan perpecahan dikalang pengikut Ali Bn Abi Bthalib yang berakhir
dengat kematiannya. Sebagian umat islam sebenarnya telah membai’at Hasan bin
Ali, putra beliau. Namun, Hasan menyadari kelemahan dirinya sehingga setelah
beberapa bulan saja menjabat sebagai pengganti ayahnya, hasan memilih berdamai
dengan Muawiyah dan menyerahkan kepemimpinan umat islam kepadanya.
Muawiyyah
merupakan seorang pribadi yang paripurna
dan pemimpin besar yang berbakat. Di dalam dirinya terkumpul sikap-sikap
penguasa, politikus, dan administrator. Keberhasilan muawiyyah mendirikan
dinasti Umayyah bukan hanya akibat dari kemenangan diplomasi di shiffin dan
terbunuhnya khalifah Ali saja, melainkan sejak semula gubernur suriah itu
memiliki “basis rasional ” yang solid
bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan.
Adapun jasa-jasan Muawiyah yaitu:
1.
Mengadakan
dinas pos kilat dengan mengadakan kuda yang selalu siap disetiap pos.
2.
Mendirikan
kantor cap (percetakan mata uang dll.)
3.
Mendirikan suatu departemen pencatatan
(diwanul kahatam), jadi setiap peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah harus
disalin di dalam suatu register, kemudian yang asli harus disegel dan
dikirimkan ke alamat yang dituju.
4.
Mengadaka
perluasan ke wilayah barat.
5.
Mengadakan
perluasan wilayah di wilayah timur.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah
Islam, Jakarta: Akbar Media 2003.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2010.
Fuadi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta:
Teras 2011.
Karim, Abdul, Sejarah Pemikiran Peradaban Islam, Yogyakarta
:Pustaka Book Publisher 2007.
Nasir, Mahmud, Islam konsep dan sejarahnya,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Syaefudin, Machfud, Dinamika
Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar