جملة إسمية
(المبتداء مع خبره)
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Nahwu I
Dosen
Pengampu: Ahmad Zuhrudin,
M.Ag.
Disusun oleh:
Laely Zulfa 113211007
M. Ulil Abshor 113211008
FAKULTAS
TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Bahasa Arab adalah
bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Umat Islam tidak akan bisa menggali, mengetahui,
dan memahami ajaran Islam yang sesungguhnya tanpa memiliki kemampuan menggali,
mengetahui, memahami, dan menguasai bahasa Arab. Ilmu Nahwu adalah ilmu yang
membahas tentang kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengetahui hukum kalimat
berbahasa Arab.
Karena kaum
muslimin wajib mempelajari ilmu agama, maka dengan sendirinya dituntut untuk
sedikit banyak mengerti bahasa Arab. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa Arab,
umat Islam akan buta terhadap agamanya sendirinya.
Salah satu problem
yang dirasakan umat Islam non Arab, termasuk Indonesia adalah kesulitan
mempelajari bahasa Arab. Jumlah para sarjana dan kaum intelektual juga masih
banyak yang belum mampu membaca kitab kuning. Padahal kitab kuning adalah kitab
standar dan rujukan dalam mempelajari dan memahami ajaran agama Islam.
Dalam makalah ini
akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu Nahwu, yaitu hal-hal yang berkaitan
dengan jumlah ismiyah (mubtada’ dan khobar).
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian jumlah ismiyah?
B.
Apa pengertian mubtada’?
C.
Apa saja macam-macam mubtada’?
D.
Apa pengertian khobar?
E.
Apa saja macam-macam khobar?
F.
Apa saja hal-hal yang memperbolehkan membuat mubtada’
berupa isim nakiroh?
III.
PEMBAHASAN
A.
Definisi Jumlah Ismiyah
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’
dan khobar.
B.
Definisi Mubtada’
المبتداء هو الإسم العارى عن العوامل اللّفظيّة
Mubtada’ ialah isim yang dibaca rofa’ yang bebas dari
amil lafdzi.[1]
Contohnya: الطّالب ماهر، الطّالبان ماهران، الطّلاّب ماهرون
C.
Pembagian Mubtada’
Mubtada’ dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Mubtada’ lahul khobar
Adalah
mubtada’ yang mempunyai khobar.
Seperti: زيد عاذر Zaid adalah orang yang memaafkan.
2.
Mubtada’ lahul fa’il sadda masaddal khobar
Adalah
mubtda’ yang hanya mempunyai fa’il yang menduduki tempatnya khobar.
D.
Definisi Khobar
الخبر هو الإسم المرفوع المسند إلى المبتداء
Khobar
ialah isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan kepada mubtada’.
الخبر هو الجزء المتمّ الفائدة
Khobar
ialah juz (bagian) yang menyempurnakan faidah bersama-sama mubtada’.[3]
Contohnya: الرّجل صالح، الرّجلان صالحان، الرّجال صالحون
E.
Pembagian Khobar
Khobar
dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Khobar mufrod
Yaitu
khobar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula menyerupai jumlah.[4]
Contoh:
المسلم حاظر، المسلمان حاظران، المسلمون حاظرون
Khobar
mufrod dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Khobar mufrod jamid
Yaitu
khobar yang tidak berupa lafadz-lafadz yang musytaq. Khobar mufrod yang
lafadznya sepi dari dhomir yang kembali kepada mubtada’.[5]
Seperti: محمّد صديقك
b.
Khobar mufrod musytaq
Yaitu
khobar yang berupa lafadz-lafadz yang tercetak dari mashdar, seperti isim
fa’il, isim maf’ul, dll. Khobar mufrod ini wajib mengandung dhomir yang ruju’
pada mubtada’ (robith) yang wajib disimpan.[6]
Seperti: محمّد عالم taqdirnya محمّد عالم هو
2.
Khobar ghairu mufrod
Khobar
ghairu mufrod yaitu khobar yang terdiri dari jumlah.
Khobar
ghairu mufrod dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Khobar jumlah
Khobar
jumlah dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Jumlah ismiyah
Khobar
ini terdiri dari mubtada’ dan khobar.
Contoh:
حسن أمّه مدرّسة
2)
Jumlah fi’liyah
Khobar
ini terdiri dari fi’il dan fa’il.
Contoh:
حسن تدرس أمّه
b.
Khobar syibh jumlah
Khobar
syibh jumlah dibagi menjadi dua, yaitu:
1)
Jar dan majrur
Khobar
ini terdiri dari amil jar dan yang di-jar-kan.
Contoh:
الأستاذ في الجامعة
2)
Dhorof
Khobar
ini bisa berupa dhorof makan atau dhorof zaman.
a)
dhorof makan: keterangan tempat.
Contoh: السّيّارة امام البيت
b)
dhorof zaman: keterangan waktu.
Contoh: الهلال كلّ ليلة
F.
Mubtada’ yang berupa Isim Nakiroh
Pada
hukum asalnya, membuat mubtada’ berupa isim nakiroh itu tidak diperbolehkan,
selama tidak memberikan faidah. Sedangkan jika berfaidah, maka diperbolehkan.
Hal-hal
yang memperbolehkan membuat mubtada’ berupa isim nakiroh antara lain:
1.
Mubtada’nya didahului oleh khobar yang berupa dhorof atau
jar majrur.
Contoh: عند زيد كتاب
2.
Isim nakirohnya didahului istifham.
Contoh:
هل فتى فيكم
3.
Isim nakirohnya didahului nafi.
Contoh: ما إمرأة في هذا المعهد
4.
Isim nakirohnya disifati.
Contoh: رجل من الكرام عندنا
5.
Isim nakirohnya beramal.
Contoh: أمر بالمعروف صدقة
6.
Isim nakirohnya diidhofahkan.
Contoh: عمل برّ يزين
الصّبر
وعن أبي مالك الحارث بن عاصم الأشعري رضي الله عنه قال: قال
رسول الله صلّى الله عليه وسلّم: الطّهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان
وسبحان الله والحمد لله تملأن أو تملأ ما بين السّماوات والأرض والصّلاة نور والصّدقة
برهان والصّبر ضياء والقرأن حجّة لك أو عليك. كلّ النّاس يغدو فبائع نفسه فمعتقها
أو موبقها. رواه مسلم
وعن أبي سعيد سعد بن مالك بن سنان الخدري رضي الله عنهما:
أنّ ناسا من الأنصار سألو رسول الله صلّى الله عليه وسلّم فأعطاهم ثمّ سألوه
فأعطاهم حتّى نفد ما عنده فقال لهم حين أنفق كلّ شيئ بيده: ما يكن عندي من خير فلن
أدخره عنكم ومن يستعفف يعفه الله ومن يستغن يغنه الله ومن يتصبّر يصبّره الله. وما
أعطي أحد عطاء خيرا وأوسع من الصّبر. متّفق عليه. (رياض الصالحين)
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Jumlah ismiyah adalah jumlah yang terdiri dari mubtada’
dan khobar.
2.
Mubtada’ adalah isim yang dibaca rofa’ yang bebas dari
amil lafdzi.
3.
Mubtada’ dibagi menjadi dua, yaitu:
4.
Khobar adalah isim yang dibaca rofa’ yang disandarkan
kepada mubtada’.
5.
Khobar dibagi menjadi dua, yaitu:
a.
Khobar mufrod
b.
Khobar ghairu mufrod
6.
Mubtada’ boleh berupa isim nakiroh jika:
a.
Mubtda’nya didahului khobar yang berupa dhorof atau jar
majrur.
b.
Isim nakirohnya didahului istifham.
c.
Isim nakirohnya didahului nafi.
d.
Isim nakirohnya disifati.
e.
Isim nakirohnya beramal.
f.
Isim nakirohnya diidhofahkan.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch., Ilmu Nahwu, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1995.
Dahlan, Sayyid Ahmad bin Zaini, Syarah Mukhtashor
Jiddan ‘ala Matn al-Ajurumiyyah, Indonesia: Daru Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah,
t.th.
Sholihuddin, M., Pengantar Memahami Alfiyyah ibnu
Malik, Jombang: Darul Hikmah, 2005.
‘Aqil, Bahaud bin Abdullah ibn, Alfiyyah Syarah ibnu
‘Aqil, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2006.
[1] Sayyid Ahmad
bn Zaini Dahlan, Syarah Mukhtashor Jiddan ‘ala Matn al-Ajurumiyyah, (Indonesia:
Daru Ihya’ al-Kutub al-Arabiyyah, t.th.), hlm. 15.
[2] Bahaud bin Abdullah ibn ‘Aqil, Alfiyyah Syarah ibnu ‘Aqil, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2006), hlm. 124-125.
[3] M.
Sholihuddin, Pengantar Memahami Alfiyyah ibnu Malik, (Jombang: Darul
Hikmah, 2005), hlm. 127.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar