MODEL
PENGEMBANGAN SISTEM
DAN DESAIN INSTRUKSIONAL
MAKALAH
Disusun
guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Perencanaan Pembelajaran
Dosen
Pengampu: Mufidah, M.Ag
Disusun oleh:
Ely Herlina (113211006)
Laely Zulfa (113211007)
M. Ulil Abshor (113211008)
Siti Munadhiroh (113211011)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
MODEL
PENGEMBANGAN SISTEM
DAN DESAIN INSTRUKSIONAL
I.
PENDAHULUAN
Pengembangan
sistem pembelajaran instruksional merupakan salah satu bentuk pembaharuan
sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem
pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan
produktivitasdan efisiensi proses pembelajaran.
Namun
demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan
dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula.
Diantaranya pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan
program instruksional dan lain-lainnya. Tetapi istilah populer yang lazim
digunakan adalah pengembangan instruksional (pembelajaran).
Dalam
operasionalnya pengembangan sistem instruksional ini dapat dilaksanakan untuk
jangka pendek maupun jangka panjang, dapat dilaksanakan untuk satu topik
sajian, satu periode ltihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu
sitem yang lebih besar lagi.
Untuk mengetahui lebih
lanjut, maka dalam makalah ini akan membahas tentang model pengembangan dan
desain instruksional.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian model pengembangan sistem dan desain instruksional?
B.
Apa macam-macam model pengembangan sistem dan desain instruksional?
C.
Apa tujuan dan fungsi model pengembangan sistem dan desain instruksional?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pengembangan Sistem dan Desain Instruksional
Istilah
model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau
sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut
saran.
Suatu
model desain pembelajaran menyajikan bagaimana suatu pembelajaran dibangun atas
dasar teori-teori seperti belajar, pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem
dan sebagainya.[1]
Desain
instruksional adalah program pengajaran yang dibuat oleh guru secara
konvensional, desain instruksional dikenal sebagai persiapan mengajar guru.[2] Sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep:
system dan instruction. System diterjemahkan menjadi
sistem, yang menurut Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai “a set of
parts united by some form of interaction” (artinya: suatu perangkat dari
bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan
saling mempengaruhi). Sedangkan instruction diterjemahkan menjadi
“pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, yang
menurut Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum
(curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus instruction
merujuk pada “proses belajar mengajar (teaching-learning process).[3]
Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman
atau rujukan dalam melakukan suatu kegiatan.
2.
Sistem adalah seperangkat bagian-bagian atau komponen yang satu
sama lain berkaitan dan berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan.
3.
“Instruction” adalah proses pembelajaran yang merupakan bentuk
operasional pelaksanaan kurikulum.
4.
Sistem instruksional merupakan tatanan aktivitas belajar mengajar
yang mengandung dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar yang merujuk pada
langkah-langkah yang seyogyanya ditempuh dalam menetapkan tujuan, isi, proses,
dan evaluasi pengajaran.
Model pengembangan sistem dan desain
instruksional adalah cara dalam mencari pemecahan-pemecahan masalah
instruksioanal yang meliputi kegiatan perencanaan, pengembangan, dan evaluasi
terhadap komponen-komponen insrtukisonal dalam rangka menghasilkan sistem
instruksional yang efektif untuk memperbaiki situasi pengajaran dan pendidikan.
B.
Macam-macam Model
Pembelajaran
1. Model
Briggs
Model
yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan
sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang instruksional maupun tim pengembangan
instruksional yang susunan anggotanya meliputi dosen, administrator, ahli
bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional. Briggs
berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar-mengajar yang dapat
diterapkan untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu
dia berpendapat bahwa model ini juga sesuai untuk pengembangan program-program
latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis
saja. Di samping itu, model tersebut dirancang sebagai metodologi pemecahan
masalah instruksional.[4]
Langkah-langkah
yang harus dilakukan guru/dosen sebagai perancang kegiatan instruksional adalah
melaksanakan pemilihan media, merencanakan KBM, melaksanakan KBM dan melakukan
evaluasi. Berkaitan dengan evaluasi tersebut, guru/dosen melakukan pemantauan
pelaksanaan, uji coba, dan revisi soal serta melakukan evaluasi sumatif.
Sedangkan
tim pengembang instruksional melaksanakan kegiatan-kegiatan, menentukan
stimulus belajar, memilih media, menentukan kondisi belajar, merumuskan
strategi instruksional, mengembangkan media, melaksanakan evaluasi dan menyusun
pedoman pemanfaatan. Dari kedua tahapan yang dilakukan oleh dosen maupun tim
pengembang kemudian didiskusikan untuk mendapatkan model perencanaan
pembelajaran terbaik.[5]
2. Model
Bela H. Banathy
Banathy
mengembangkan rencana pembelajaran yang dimulai dari proses merumuskan tujuan.
Dari hasil rumusan tujuan tersebut kemudian digunakan untuk menganalisis
kegiatan belajar dan mengembangkan tes. Hasil analisis terhadap kegiatan
belajar kemudian digunakan untuk mendesain sistem instruksional. Dari hasil
desain sistem instruksional dan pengembangan tes, kemudian dilaksanakan
kegiatan evaluasi pembelajaran. Hasil dari evaluasi pembelajaran digunakan untuk
kegiatan perbaikan. Keseluruhan proses tersebut kemudian digunakan sebagai
umpan balik dalam merumuskan tujuan.[6]
3. Model
PPSI
Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) digunakan sebagai metode penyampaian
dalam rangka kurikulum 1975 untuk SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1976 untuk
sekolah-sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan sistem yang mengutamakan
adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI menggunakan
pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Langkah-langkah
pengembangan dan pelaksanaan dalam model PPSI mirip dengan langkah-langkah
pengembangan dalam model Banathy. Ada 5 langkah pokok dalam PPSI, yaitu:
a. Merumuskan tujuan instruksional, dalam
hal ini TIK (Tujuan Instruksional Khusus)
b. Menyusun alat evaluasi
c. Menentukan kegiatan belajar dan materi
pelajaran
d. Merencanakan program kegiatan
e. Melaksanakan program[7]
4. Model
Kemp
Model
pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut desain
instruksional, terdiri dari 8 langkah, yaitu:
a. Menentukan tujuan instruksional umum
(TIU).
b. Membuat analisis tentang karakteristik
siswa.
c. Menentukan tujuan instruksional secara
spesifik, operasional dan terukur.
d. Menentukan materi atau bahan pelajaran
yang sesuai dengan TIK.
e. Menetapkan penjagaan awal
(pre-assessment).
f. Menentukan strategi belajar-mengajar
yang sesuai.
g. Mengkoordinasikan sarana penunjang yang
diperlukan.
h. Mengadakan evaluasi.[8]
5. Model
Gerlach dan Ely
Model
yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman
perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini
melibatkan 10 unsur, di antaranya:
a. Merumuskan tujuan.
b. Menentukan isi materi.
c. Menurut kemampuan awal.
d. Menentukan teknik dan strategi.
e. Pengelompokan belajar.
f. Menentukan pembagian waktu.
g. Menentukan ruang.
h. Memilih media instruksional yang sesuai.
i.
Mengevaluasi
hasil belajar.
j.
Menganalisis
umpan balik.[9]
6. Model
IDI (Instructional Development Institute)
Model
ini dikembangkan oleh University Consortium for Instructional Development and
Technology (UCIDT) yang terdiri dari University of Southern California (USC),
International University di San Diego, Michigan State University (MSU),
Syracuse University, dan Indiana University.
Pengembangan
instruksional model IDI, sebagaimana model-model yang lain, menerapkan
prinsip-prinsip pendekatan sistem. Ada 3 tahapan besar pendekatan sistem,
yaitu:
a. Penentuan (define)
b. Pengembangan (develop)
c. Evaluasi (evaluate)
Ketiga tahapan tersebut
dihubungkan dengan umpan balik (feedback) untuk mengadakan revisi.[10]
C.
Tujuan dan Fungsi Model Pembelajara
Pada umumnya setiap kegiatan memiliki tujuan dan fungsi, demikian
pula pengembangan instruksional ini. Sesuai definisi dari pengembangan
instruksional, tujuan utama pengembangan instruksional adalah untuk
menghasilkan sistem instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan
pengajaran dan pendidikan.
Sedangkan
secara lebih khusus tujuan pengembangan instruksional adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan
mengorganisasi alat pemecahan masalah tersebut.
2.
Untuk menghasilkan stretegi belaJar mengajar yang efektif, dalam
rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
3.
Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam
rangka perbaikan pengasjaran dan pendidikan
4.
Untuk menghasilkan ealuasi belajar-mengajar yang efektif dalam
rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan
5.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
6.
Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok untuk sesuatu
tujuan instruksional tertentu dalam proses belajar-mengajar.
7.
Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajarn yang cocok,
agar belajar-mengajar dapat efektif.
Sedangkan
fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar-mengajar adalah:
1.
Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar,
dalam perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
2.
Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang
meliputi:
a.
Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.
b.
Menentukan tujuan instruksional.
c.
Menentukan strategi belajar-mengajar.
d.
Menentukan materi pelajaran
e.
Menentukan media dan alat peraga
f.
Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain
3.
Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan
instruksional dengan pelkasanaan belajar-mengajar
4.
Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan
pelaksanaan belajar-mengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi
pengajaran dan pendidikan.
Agar pengembangan instruksional mampu
mencapai tujuan dan fungsi secara baik, pengembangan instruksional hendaknya
memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) kualitas pengembangan, 2) efektivitas
pengembangan, 3) efesiensi pengembangan dan 4) relevansi pengembangan.[11]
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Model pengembangan sistem dan desain instruksional adalah cara
dalam mencari pemecahan-pemecahan masalah instruksioanal yang meliputi kegiatan
perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap komponen-komponen
insrtukisonal dalam rangka menghasilkan sistem instruksional yang efektif untuk
memperbaiki situasi pengajaran dan pendidikan.
2.
Macam-macam Model Pembelajaran
a.
Model Briggs
b.
Model Bela H. Banathy
c.
Model PPSI
d.
Model Kemp
e.
Model Gerlach dan Ely
f.
Model IDI (Instructional
Development Institute)
3.
Tujuan dan Fungsi Model Pembelajaran
Tujuan
pengembangan instruksional adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional dan
mengorganisasi alat pemecahan masalah tersebut.
b.
Untuk menghasilkan stretegi belaJar mengajar yang efektif, dalam
rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.
c.
Untuk menghasilkan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka
perbaikan pengasjaran dan pendidikan
d.
Untuk menghasilkan ealuasi belajar-mengajar yang efektif dalam
rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan
e.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
f.
Untuk mengidentifikasi alat dan media yang cocok untuk sesuatu
tujuan instruksional tertentu dalam proses belajar-mengajar.
g.
Untuk menentukan dan mengidentifikasi materi pengajarn yang cocok,
agar belajar-mengajar dapat efektif.
Sedangkan
fungsi dari pengembangan instruksional dalam belajar-mengajar adalah:
1.
Sebagai pedoman bagi guru dalam melkasanakan proses
belajr-mengajar, dalam perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
2.
Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang
meliputi:
a.
Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.
b.
Menentukan tujuan instruksional.
c.
Menentukan strategi belajar-mengajar.
d.
Menentukan materi pelajaran
e.
Menentukan media dan alat peraga
f.
Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain
3.
Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan
instruksional dengan pelkasanaan belajar-mengajar
4.
Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan
pelaksanaan belajar-mengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi
pengajaran dan pendidikan.
B.
Penutup
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan.
Tak lupa permohonan maaf kami haturkan atas kekhilafan-kekhilafan dalam makalah
ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini pada
khususnya, dan makalah selanjutnya pada umumnya. Semoga bermanfaat, Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Prawiradilaga,
Dewi Salma, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008
Dimyati,
dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009
Harjanto,
Perencanaan Pengajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008
Mudhoffir,
Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program
Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999
Prabowo,
Sugeng Listyo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: pada Bidang
Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan
Konseling, Malang: UIN-Maliki Press, 2010
[4] Mudhoffir, Teknologi
Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 30.
[5] Sugeng Listyo
Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan Pembelajaran: pada Bidang Studi,
Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan Hidup, Bimbingan dan Konseling, (Malang:
UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 10.
[6] Sugeng Listyo Prabowo dan Faridah Nurmaliyah, Perencanaan
Pembelajaran: pada Bidang Studi, Bidang Studi Tematik, Muatan Lokal, Kecakapan
Hidup, Bimbingan dan Konseling, hlm. 12.
[7] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan
dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 38-39.
[8] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan
dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 42-43.
[9] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan
dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 43-46.
[10] Mudhoffir, Teknologi Instruksional: sebagai Landasan Perencanaan
dan Penyusunan Program Pengajaran, hlm. 46.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar