Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Sabtu, 15 Maret 2014

Inna Wa Akhwatuha

إنّ وأخواتها

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Nahwu II
Dosen Pengampu: Ahmad Zuhrudin, M.Ag




Disusun oleh:
Nurul Khasanah                113211013
Agus Aji Abdurrahman    113211016

                                                                          

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013



I.        PENDAHULUAN
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Umat Islam tidak akan bisa menggali, mengetahui, dan memahami ajaran Islam yang sesungguhnya tanpa memiliki kemampuan menggali, mengetahui, memahami, dan menguasai bahasa Arab. Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengetahui hukum kalimat berbahasa Arab.
Karena kaum muslimin wajib mempelajari ilmu agama, maka dengan sendirinya dituntut untuk sedikit banyak mengerti bahasa Arab. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa Arab, umat Islam akan buta terhadap agamanya sendirinya.
Salah satu problem yang dirasakan umat Islam non Arab, termasuk Indonesia adalah kesulitan mempelajari bahasa Arab. Jumlah para sarjana dan kaum intelektual juga masih banyak yang belum mampu membaca kitab kuning. Padahal kitab kuning adalah kitab standar dan rujukan dalam mempelajari dan memahami ajaran agama Islam.
Dalam makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu Nahwu, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan inna dan saudara-saudaranya.

II.     RUMUSAN MASALAH
A.       Apa pengertian إنّ وأخواتها?
B.       Apa saja macam-macamnya إنّ وأخواتها?
C.       Apa saja syarat-syaratnya إنّ وأخواتها?

III. PEMBAHASAN
A.       Pengertian إنّ وأخواتها
إنّ وأخواتها adalah salah satu dari amil nawasib  yang dapat merusak amalnya mubtada’ khobar. إنّ وأخواتها  beramal الاسم و ترفع الخبر تنصب  yaitu menashobkan isim dan merofakan khobar. [1]
Contoh:  إنَّ زيدا قائمٌ
إنَّ زيدا قائمٌ asalnya زيدٌ قائمٌ (susunan mubtada – khobar tanpa إنَّ ) tetapi setelah
dimasuki inna, maka mubtada yang pada awalnya rofa’ berubah menjadi nashab.

B.       Macam-macam إنّ وأخواتها
1.        اِنَّ dan  أن bermakna  للتَّوْكِيْد yaitu mengutkan kandungan hukum yang dimasuki.
2.        لَكِنَّ  bermakna لِلْاسْتِدْ رَاك  yaitu memberi keterangan pada kalam sebelumnya
a.       menghilangkan perkara yang dianggap ada
contoh: زَيْدٌ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيْرُ صَاِلحٍ
b.      perkara yang dianggap tidak ada
contoh: زَيْدٌ جَاهِلٌ لَكِنّهُ صَالِحٌ
3.        لَيْتَ bermakna للتمنى yaitu:
a.       Mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi
Contoh: لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا  Semoga sifat muda kembali disuatu hari
b.      Mengharapkan sesuatu yang sulit terjadi
Contoh: لَيْتَنِى عَالِمٌ بِغَيْرِ اِجْتِهَاٍد فِى التّعَلُّمِ Semoga saya pintar tanpa sungguh-sungguh dalam belajar
4.        لَعَلّ : memiliki dua makna yaitu:
a.       لِلتَّرَجِّى, mengharapkan sesuatu yang disenangi.
Contoh: لَعَلَّ اْلحَبِيْبَ قَادِمٌ   semoga sang kekasih datang.
b.      لِلتَّوَقُّعْ, mengharapakan sesuatu yang tidak disenangi
Contoh: لَعَلَّ زَيْداً هَالِكٌ    semoga zaid mati.
5.        كَانَ bermaknaلِلتّشْبِيْهِ , yaitu menyerupakan perkara satu dengan perkara yang lain dalam sifat yang khusus.
Contoh: كَانَ عَمْرًا اَسَدٌ  umar seakan-akan (seperti) singa[2]      

C.       Syarat- syarat   إنّ وأخواتها
1.      Mubtada dan khobar tertib dalam satu mamul.
Syarat yang pertama إنّ و أخواتها. Dapat beramal adalah susunan mubtada (isim) dan khobar harus tertib dalam satu ma’mul, seperti pada contoh :  إنّ زيدًا قائمٌ. Maka tidak boleh mendahulukan khobarnya dengan  mengucapkan  قائمٌ إنّ زيدًا  , atau memisah antara إنّ dan  isimnya dengan mengucapkan إنّ قائمٌ زيدًا.
Tetapi  jika khobarnya berbentuk ظرف / جار مجرور, khobar boleh didahulukan sebagai pemisah antara إنّ dan  isimnya.
Contoh:
 إنَّ عندك زيدًا (khobar berbentuk ظرف)
 إنّ في الدار زيدًا (khobar bentuk جار مجرور)
Adapun jika khobar berbentuk ظرف / جار مجرور ini mendahului inna maka tetap tidak diperbolehkan. Seperti dalam contoh:  عندك إنَّ عندك زيدًافي الدار إنّ زيدًا [3]

2.      إنّ و أخواتها tidak dimasuki ما زائدة (tambahan)
Syarat yang kedua إنّ و أخواتها dapat beramal adalah tidak adanya  ما زائدة yang masuk pada إنّ و أخواتها.  Karena jika terdapat ما yang menempel pada إنّ  maka amal dari inna beserta akwatnya menjadi batal.
Contoh:
إنّما زيدٌ قا ئم  (amal إنّ dibatalkan)
لعلّما اللهُ يرحمنا (amal لعّل dibatalkan)
كأنّما العلمُ نورٌ  (amal كأنّ dibatalkan)
علمتُ أنّما ولدُك عالمٌ (amal أنّ dibatalkan)
Sementara jika maa ini masuk pada ليت , maka boleh beramal dan boleh tidak.[4]
Contoh:
ليتما الشبابُ يعود يوما (amal ليت dibatalkan) atau
 ليتما الشبابَ يعود يوما (amal ليت ditetapkan)

3.      Lafadz  إنّأنّ , لكنّ, dan  كأنّ bisa di takhfif dengan cara membuang nun yang kedua dan dibaca إنْ , أنْلكنْ , dan  كأنْ. Dengan ketentuan sebagai berikut :
a.       إنّ jika di takhfif maka amalnya boleh ditetapkan dan boleh juga dibatalkan dengan syarat khobarnya harus di tambahkan لام
Contoh:
إنْ اباك طبيبٌ (amalnya ditetapkan dengan menashabkan  اباك)
إنْ ابوك لطبيب (amalnya dibatalkan dengan menambahkan لام pada khobarnya)
b.      أنّ, jika di takhfif maka khobarnya harus berupa jumlah
Contoh:
علمت انْ العطلةُ قريبة (amalnya dibatalkan dan khobarnya berbentuk jumlah)
c.       Lafadz لكنّ, jika ditakhfif maka amalnya wajib dibatalkan.
Contoh:
جاء زيدٌ لكنْ ابوه مسافر (amalnya dibatalkan dan لكنْ disebut huruf استدراك )
d.      Lafadz كأنّ jika di takhfif maka amalnya masih bisa ditetapkan dengan syarat isimnya berupa ضمير شأن
Contoh:  كأنْ ثدياه حُقا (amalnya ditetapkan dan isimnya berupa ضمير شأن)

4.      Hamzah pada lafadz inna
Di dalam syarah ibnu aqil, dijelaskan bahwa imam sibawaih berpendapat jika إنّ و أخواتها hanya ada lima huruf saja yaitu ; إنّ - كأنّ -لكنّ – ليت dan لعل tanpa mengikutsertakan أنّ sebagai huruf yang keenam. Menurutnya أنّ dan إنّ itu sama sama bermakna taukid, hanya harokat fathahnya saja yang berbeda.[5]
Adapun mengenai hamzah inna dapat di golongkan menjadi tiga bagian yaitu ; wajib kasroh, wajib fathah, dan boleh mengkasrohkan ataupun memfathahkan.
a.       Hamzah Inna yang wajib dibaca kasroh
1.      Menjadi permulaan kalam (kalimat)
Contoh : إنّكَ مجتهدٌ
2.      Menjadi permulaan shilah
Contoh : جاء الّذى إنّهُ مجتهدٌ
3.      Menjadi jawab qosam
Contoh : واللهِ إنّ العلمَ نورٌ
4.      Menjadi maqulul qoul (mahkiyat qoul)
Contoh : قلتُ إنّ اباك عالم
5.      Menjadi حا ل
Contoh : جئتُ و إنّ الشمسَ تَغرُبُ
6.      Terletak sesudah lafadz dzonna dkk. Yang di takliq dengan lam ibtida
Contoh : علمتُ إنّك لمجتهد
7.      Sesudah amr
Contoh : أحسِنْ إنّه مُحسنٌ
8.      Sesudah nida
Contoh : يا عمر إنك مخلصٌ
9.      Sesudah nahi
Contoh : لا تُصَلِّ إنّك محدث
10.   Sesudah du’a
Contoh : ربِّ اغفرلى إنّك غفور
11.  Setelah hatta
Contoh : مرِض ابوك حتى إنّهم لا يرجونه
12.  Setelah lafadz kalla
Contoh : زيد يُبغِضُك كلاّ إنّه حسن خُلقه
13.  Setelalh alaa
Contoh : الا إنّهم هم المفسدون
14.  Setelah haitsu
Contoh : اجلس حيث إنّ العلمَ موجود
15.  Setelah lafadz lawla
Contoh : لولا إنك كاذبٌ لا منتك

b.      Wajib dibaca fathah
Hamzah inna wajib dibacafathah apabila inna dan lafadz setelahnya bisa ditakwil masdar seperti pada tempat-tempat berikut :
1.      Menjadi fail
Contoh : (بلغنى إجتهادك) بلغنى أنّك مجتهد
2.      Menjadi naibul fail
Contoh :  (علم إنصرافك) عُلِم أنّك منصرف
3.      Menjadi tabi dari isim yang terbaca rofak
Contoh :  (وحسن الخلق)بلغنى إجتهادك و أنّك حسن الخلق
4.      Menjadi maful
Contoh : (علمت إجتهادك)علمت أنّك مجتهد
5.      Menjadi khobar dari kaana dkk.
Contoh : (اتباع الحق) كان يقينى أنك تتبع الحَقّ
6.      Menjadi tabik dari ism yang dibaca nashob
Contoh : (قيامك)علمت مجيئك وأنّك قائم
7.      Menjadi majrur
Contoh : (إهما لكعجبت من أنّك مهمِل
8.      Ikit pada isim yang dibaca jer
Contoh : (قبل طلوعهاجئت قبل أنّ الشمس تطلع



c.       Boleh kasroh boleh fathah
1.      Terletak setelah إذا فجا ئية
Contoh: خرجت فإذا أنّ زيدا واقف atau خرجت فإذا إنّ زيدا واقف
2.      Setelah fa jawab
Contoh: إنْ تجتهد فإنّك تكرم atau إنْ تجتهد فأ نّك تكرم
3.      Menjadi علة
Contoh: اكرم اباك إنه مستحق الإكرام atau اكرم اباك أنه مستحق الإكرام
4.      Terletak setelah lafadz لا جرم
Contoh: لاجرم إنك على الحق atau لاجرم أنك على الحق

IV. PENUTUP
A.    Kesimpulan
إنّ وأخواتها merupakan bagian dari amil nawasikh yang dapat merusak susunan mubtada dan khobar. Amal dari إنّ وأخواتها adalah menashabkan isim dan merofa’kan khobar.
إنّ وأخواتها terdiri dari enam huruf yaitu: إِنَّأنَّلكنّ لعلّليت – dan كإنّ . اِنَّ dan  أن bermakna  للتَّوْكِيْد, لَكِنَّ  bermakna لِلْاسْتِدْ رَاك  , لَيْتَ bermakna للتمنى, لَعَلّ bermakna لِلتَّرَجِّى / لِلتَّوَقُّعْ dan كَانَ bermaknaلِلتّشْبِيْهِ  
إنّ وأخواتها dapat beramal dengan syarat : 1. Mubtada –khobar tertib dalam satu makmul, 2. Tidak terdapat ma zaidah,  3. إنّ وأخواتها dapat di takhfif (diringankan) dengan cara membuang nun keduanya. 4. Hamzah pada inna bisa dibaca fathah dan juga dibaca kasroh dengan ketentuan yang sudah disebutkan.

B.     Penutup
Demikianlah makalah yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghalayaini, Musthafa, Jami’ Durus Al Arabiyyah, Bairut: Maktabah As Syuruqu Ad  Dauliyyah, 1944.
Al Haramy, Umar Bn Isa Bn Ismail, Al Muharror Annahwi Jilid 2, Kairo:Dar-Alsalam, 2008.
Ibn Aqil, Bahauddin Abdullah,  Syarah Ibn Aqi L Juz 1, Kairo :Dar Altirots Tth.
Sholih, Muhammad Maftuhin, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah Ibn Malik Juz 1, Surabaya: Putera Jaya , Tth.





[1] Bahauddin Abdullah Ibn Aqil,  Syarah Ibn Aqil Juz 1 (Kairo :Dar Altirots) Hlm. 97
[2] Muhammad Maftuhin Sholih, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah Ibn Malik Juz 1 (Surabaya: Putera Jaya) Hlm. 214
[3] Umar Bn Isa Bn Ismail Al Haramy, Al Muharror Annahwi Jilid 2, (Kairo:Dar-Alsalam, 2008) Hlm.604
[4] Bahauddin Abdullah Ibn Aqil,  Syarah Ibn Aqi L Juz 1 (Kairo :Dar Altirots) Hlm. 104
[5] Ibid. Hlm. 97

Tidak ada komentar:

Posting Komentar