إنّ وأخواتها
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Nahwu II
Dosen
Pengampu: Ahmad Zuhrudin, M.Ag
Disusun oleh:
Nurul Khasanah 113211013
Agus Aji Abdurrahman 113211016
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Bahasa
Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Umat Islam tidak akan bisa menggali,
mengetahui, dan memahami ajaran Islam yang sesungguhnya tanpa memiliki
kemampuan menggali, mengetahui, memahami, dan menguasai bahasa Arab. Ilmu Nahwu
adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah yang digunakan untuk mengetahui
hukum kalimat berbahasa Arab.
Karena
kaum muslimin wajib mempelajari ilmu agama, maka dengan sendirinya dituntut
untuk sedikit banyak mengerti bahasa Arab. Tanpa memiliki kemampuan berbahasa
Arab, umat Islam akan buta terhadap agamanya sendirinya.
Salah
satu problem yang dirasakan umat Islam non Arab, termasuk Indonesia adalah
kesulitan mempelajari bahasa Arab. Jumlah para sarjana dan kaum intelektual
juga masih banyak yang belum mampu membaca kitab kuning. Padahal kitab kuning
adalah kitab standar dan rujukan dalam mempelajari dan memahami ajaran agama
Islam.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan sebagian kecil dari ilmu Nahwu, yaitu hal-hal yang
berkaitan dengan inna dan saudara-saudaranya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian إنّ وأخواتها?
B.
Apa saja macam-macamnya إنّ وأخواتها?
C.
Apa saja syarat-syaratnya إنّ وأخواتها?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian إنّ وأخواتها
إنّ وأخواتها adalah salah satu dari amil nawasib yang dapat merusak amalnya mubtada’ khobar. إنّ وأخواتها beramal الاسم و ترفع الخبر تنصب yaitu menashobkan isim dan merofakan khobar. [1]
Contoh: إنَّ زيدا قائمٌ
إنَّ زيدا قائمٌ asalnya زيدٌ
قائمٌ (susunan mubtada – khobar
tanpa إنَّ ) tetapi setelah
dimasuki inna, maka mubtada yang pada
awalnya rofa’ berubah menjadi nashab.
B. Macam-macam إنّ وأخواتها
1.
اِنَّ dan أن bermakna للتَّوْكِيْد yaitu
mengutkan kandungan hukum yang dimasuki.
2.
لَكِنَّ bermakna لِلْاسْتِدْ رَاك yaitu memberi keterangan
pada kalam sebelumnya
a.
menghilangkan perkara yang dianggap ada
contoh: زَيْدٌ عَالِمٌ لَكِنَّهُ غَيْرُ صَاِلحٍ
b.
perkara yang dianggap tidak
ada
contoh: زَيْدٌ جَاهِلٌ لَكِنّهُ صَالِحٌ
3.
لَيْتَ bermakna للتمنى yaitu:
a.
Mengharapkan sesuatu yang
tidak mungkin terjadi
Contoh: لَيْتَ الشَّبَابَ يَعُوْدُ يَوْمًا Semoga sifat muda kembali disuatu hari
b. Mengharapkan
sesuatu yang sulit terjadi
Contoh: لَيْتَنِى عَالِمٌ بِغَيْرِ اِجْتِهَاٍد فِى
التّعَلُّمِ Semoga saya pintar tanpa sungguh-sungguh dalam
belajar
4.
لَعَلّ : memiliki dua makna yaitu:
a.
لِلتَّرَجِّى, mengharapkan sesuatu yang disenangi.
Contoh: لَعَلَّ اْلحَبِيْبَ قَادِمٌ semoga sang kekasih datang.
b. لِلتَّوَقُّعْ, mengharapakan sesuatu yang tidak disenangi
Contoh: لَعَلَّ زَيْداً هَالِكٌ semoga zaid mati.
5.
كَانَ bermaknaلِلتّشْبِيْهِ , yaitu menyerupakan perkara satu dengan perkara yang lain dalam
sifat yang khusus.
C. Syarat- syarat إنّ وأخواتها
1.
Mubtada dan khobar tertib dalam satu ma’mul.
Syarat yang pertama إنّ
و أخواتها. Dapat beramal adalah
susunan mubtada (isim) dan khobar harus tertib dalam satu ma’mul, seperti pada
contoh : إنّ زيدًا قائمٌ. Maka tidak boleh mendahulukan khobarnya dengan mengucapkan
قائمٌ إنّ زيدًا , atau
memisah antara إنّ dan
isimnya dengan mengucapkan إنّ قائمٌ زيدًا.
Tetapi jika khobarnya
berbentuk ظرف / جار مجرور, khobar boleh didahulukan sebagai pemisah
antara إنّ dan
isimnya.
Contoh:
إنَّ عندك زيدًا (khobar berbentuk ظرف)
إنّ في الدار زيدًا (khobar bentuk جار مجرور)
Adapun jika khobar berbentuk ظرف
/ جار مجرور ini mendahului inna maka
tetap tidak diperbolehkan. Seperti dalam contoh: عندك إنَّ عندك زيدًا / في الدار إنّ زيدًا [3]
2.
إنّ و أخواتها tidak dimasuki ما زائدة (tambahan)
Syarat yang kedua إنّ
و أخواتها dapat beramal adalah
tidak adanya ما زائدة yang masuk pada إنّ و أخواتها. Karena jika terdapat ما yang menempel pada إنّ maka amal dari inna beserta akwatnya
menjadi batal.
Contoh:
إنّما زيدٌ قا ئم (amal إنّ
dibatalkan)
لعلّما اللهُ يرحمنا (amal لعّل
dibatalkan)
كأنّما العلمُ نورٌ (amal كأنّ
dibatalkan)
علمتُ أنّما ولدُك عالمٌ (amal أنّ
dibatalkan)
Contoh:
ليتما الشبابُ يعود يوما (amal ليت
dibatalkan) atau
ليتما
الشبابَ يعود يوما
(amal ليت ditetapkan)
3.
Lafadz إنّ , أنّ , لكنّ, dan كأنّ bisa di takhfif dengan
cara membuang nun yang kedua dan dibaca إنْ , أنْ, لكنْ , dan كأنْ. Dengan ketentuan
sebagai berikut :
a.
إنّ jika di takhfif maka
amalnya boleh ditetapkan dan boleh juga dibatalkan dengan syarat khobarnya
harus di tambahkan لام
Contoh:
إنْ اباك طبيبٌ
(amalnya ditetapkan dengan menashabkan اباك)
إنْ ابوك لطبيب
(amalnya dibatalkan dengan menambahkan لام
pada khobarnya)
b.
أنّ,
jika di takhfif maka
khobarnya harus berupa jumlah
Contoh:
علمت انْ العطلةُ
قريبة (amalnya dibatalkan dan khobarnya berbentuk jumlah)
c.
Lafadz لكنّ, jika ditakhfif maka amalnya
wajib dibatalkan.
Contoh:
جاء زيدٌ لكنْ ابوه
مسافر (amalnya dibatalkan dan لكنْ
disebut huruf استدراك )
d.
Lafadz كأنّ jika di takhfif maka amalnya masih bisa ditetapkan dengan
syarat isimnya berupa ضمير شأن
Contoh: كأنْ ثدياه حُقا
(amalnya ditetapkan dan isimnya berupa ضمير شأن)
4.
Hamzah pada lafadz inna
Di dalam syarah ibnu aqil, dijelaskan bahwa imam sibawaih berpendapat
jika إنّ و أخواتها hanya ada lima huruf saja yaitu ; إنّ - كأنّ -لكنّ – ليت dan لعل tanpa mengikutsertakan أنّ sebagai huruf yang
keenam. Menurutnya أنّ dan إنّ itu sama sama bermakna
taukid, hanya harokat fathahnya saja yang berbeda.[5]
Adapun mengenai hamzah inna dapat di golongkan menjadi tiga bagian
yaitu ; wajib kasroh, wajib fathah, dan boleh mengkasrohkan ataupun
memfathahkan.
a.
Hamzah Inna yang wajib dibaca kasroh
1.
Menjadi permulaan kalam (kalimat)
Contoh : إنّكَ
مجتهدٌ
2.
Menjadi permulaan shilah
Contoh : جاء
الّذى إنّهُ مجتهدٌ
3.
Menjadi jawab qosam
Contoh : واللهِ
إنّ العلمَ نورٌ
4.
Menjadi maqulul qoul (mahkiyat qoul)
Contoh : قلتُ
إنّ اباك عالم
5.
Menjadi حا ل
Contoh : جئتُ
و إنّ الشمسَ تَغرُبُ
6.
Terletak sesudah lafadz dzonna dkk. Yang di takliq dengan lam
ibtida
Contoh : علمتُ
إنّك لمجتهد
7.
Sesudah amr
Contoh : أحسِنْ
إنّه مُحسنٌ
8.
Sesudah nida
Contoh : يا
عمر إنك مخلصٌ
9.
Sesudah nahi
Contoh : لا
تُصَلِّ إنّك محدث
10. Sesudah du’a
Contoh : ربِّ
اغفرلى إنّك غفور
11. Setelah hatta
Contoh : مرِض
ابوك حتى إنّهم لا يرجونه
12. Setelah lafadz
kalla
Contoh : زيد
يُبغِضُك كلاّ إنّه حسن خُلقه
13. Setelalh alaa
Contoh : الا
إنّهم هم المفسدون
14. Setelah haitsu
Contoh : اجلس
حيث إنّ العلمَ موجود
15. Setelah lafadz
lawla
Contoh : لولا
إنك كاذبٌ لا منتك
b.
Wajib dibaca fathah
Hamzah inna wajib dibacafathah apabila inna dan
lafadz setelahnya bisa ditakwil masdar seperti pada tempat-tempat berikut :
1.
Menjadi fail
Contoh : (بلغنى إجتهادك) بلغنى أنّك مجتهد
2.
Menjadi naibul fail
Contoh
: (علم إنصرافك)
عُلِم أنّك
منصرف
3.
Menjadi tabi dari isim yang terbaca rofak
Contoh : (وحسن الخلق)بلغنى إجتهادك و أنّك حسن الخلق
4.
Menjadi maful
Contoh
: (علمت إجتهادك)علمت أنّك مجتهد
5.
Menjadi khobar dari kaana dkk.
Contoh
: (اتباع الحق) كان يقينى أنك تتبع
الحَقّ
6.
Menjadi tabik dari ism yang dibaca nashob
Contoh
: (قيامك)علمت مجيئك وأنّك قائم
7.
Menjadi majrur
Contoh
: (إهما لك) عجبت من أنّك مهمِل
8.
Ikit pada isim yang dibaca jer
Contoh
: (قبل طلوعها) جئت قبل أنّ الشمس تطلع
c.
Boleh kasroh boleh fathah
1.
Terletak setelah إذا
فجا ئية
Contoh: خرجت
فإذا أنّ زيدا واقف atau خرجت فإذا إنّ زيدا واقف
2.
Setelah fa jawab
Contoh: إنْ
تجتهد فإنّك تكرم atau إنْ تجتهد فأ نّك تكرم
3.
Menjadi علة
Contoh: اكرم
اباك إنه مستحق الإكرام atau اكرم اباك أنه مستحق الإكرام
4.
Terletak setelah lafadz لا جرم
Contoh: لاجرم
إنك على الحق atau لاجرم أنك على الحق
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
إنّ وأخواتها
merupakan bagian dari
amil nawasikh yang dapat merusak susunan mubtada dan khobar. Amal dari إنّ وأخواتها adalah menashabkan isim dan merofa’kan khobar.
إنّ وأخواتها terdiri dari enam
huruf yaitu: إِنَّ
– أنَّ
– لكنّ
– لعلّ – ليت
– dan كإنّ . اِنَّ dan أن bermakna للتَّوْكِيْد, لَكِنَّ bermakna لِلْاسْتِدْ رَاك , لَيْتَ bermakna للتمنى, لَعَلّ bermakna لِلتَّرَجِّى /
لِلتَّوَقُّعْ dan كَانَ bermaknaلِلتّشْبِيْهِ
إنّ وأخواتها dapat beramal dengan syarat : 1. Mubtada –khobar tertib dalam
satu makmul, 2. Tidak terdapat ma zaidah,
3. إنّ وأخواتها dapat di takhfif
(diringankan) dengan cara membuang nun keduanya. 4. Hamzah pada inna bisa
dibaca fathah dan juga dibaca kasroh dengan ketentuan yang sudah disebutkan.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al Ghalayaini, Musthafa, Jami’ Durus Al Arabiyyah, Bairut:
Maktabah As Syuruqu Ad Dauliyyah, 1944.
Al Haramy, Umar
Bn Isa Bn Ismail, Al Muharror Annahwi Jilid 2, Kairo:Dar-Alsalam, 2008.
Ibn Aqil,
Bahauddin Abdullah, Syarah Ibn Aqi L
Juz 1, Kairo :Dar Altirots Tth.
Sholih, Muhammad Maftuhin, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah
Ibn Malik Juz 1, Surabaya:
Putera Jaya , Tth.
[2] Muhammad Maftuhin
Sholih, Awdohul Masalik Fi Tarjamati Alfiyah Ibn Malik Juz 1 (Surabaya:
Putera Jaya) Hlm. 214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar