Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Sabtu, 08 Maret 2014

Metode Pendidikan dan Pengajaran

METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN

MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits
Dosen: Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M. A.



Oleh:
Achmad Zuhri                              113211001
Ahmad Basuki                              113211002
Desyanti Endah Ayu Ningsih      113211020

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH

2012

I.     PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju arah perbaikan, penguatan dan penyempurnaan potensi manusia. Pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. dalam mengajarkan Dinul Islam kepada para sahabat tidak terbatas melalui forum formal yang  saja. Pendidikan tidak dibatasi oleh tebalnya dinding tenbok majlis-majlis ta’lim, dan sempitnya waktu. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja serta dengan berbagai metode yang berfariasi.
Secara bahasa metode berarti suatu cara yang disusun sistematis dan umum. Atau bisa dikatakan suatu cara penyampaian bahan pelajaran tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami dan mengamalkan. Dengan kata lain ia telah mampu menguasai bahan pelajaran tersebut.
Dalam pengajarannya kepada para sahabat Rasulullah Saw.tidak hanya mengunakan satu metode saja. Tetapi juga melakukan berbagai fariasi dalam menyampaikaannya. Hal ini dimaksudkan agar para sahabat dapat memahami dengan baik dan tidak merasa jenuh dan monoton.
Sebagai mahasiswa yang menggali ilmu di Fakultas Tarbiyah yang nantinya akan menjadi seorang pendidik, haruslah mengetahui dengan baik bagaimana metode pengajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada para sahabatnya. Oleh karena itu dalam makalah ini kami mencoba untuk mengupas hadits-hadits yang terkait dengan hal ini.

II.     HADITS DAN TERJEMAH
A.  Hadits Anas bin Malik tentang membuat mudah, gembira dan kompak

عَنِ اَنَسٍ بَنِ مَلِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا (اخرجه البخارى في كتاب العلم(.[1]
Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw.beliau  bersabda: “Ringankanlah orang-Orang (dalam masalah-masalah agama),dan janganlah mempersulit mereka,berilah mereka kabar gembira, dan jangan membuat mereka melarikan diri (dari Islam”). (HR.Bukhori)

B. Hadits Aisyah tentang menyampaikan perkataan yang jelas dan terang
عَنْ عَاِشَةَ رَحِمَهَااللهُ قَالَتْ كَانَ  كلام رَسُوْل اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ كَلاَما فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه ابوداود فى كتاب الادب([2]
Dari Aisyah RA. Beliau Berkata:” perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarnya”. (HR. Abu Dawud)

C.  Hadits Abu Hurairah tentang metode cerita
عَنْ أَبِى هُريْرةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسولَ اللهِ صَلىَّ اللهُ علَيهِ وَسَلَّمْ قال بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدْ عَليهِ العَطَشُ فَنَزَل بِئْرًا فَشَرَبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاذَا هُو َبِكلْبٍ يَلْهَثُ يَأكلُ الشَّرَى مِنَ العَطُشِ فَقالَ لَقدْ بَلغَ هَذَا مِثْلُ اَّلذِي بَلغَ بيِ فَمَلَا خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسقىَ الْكلْبَ فَشكرَ اللهُ له فَغفرَ لَهُ قَالوا يَا رَسولُ اللهِ وَاِنَّ لَنَا في الْبَهَائِمِ أَجْرًا قال فِي كُلّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ (أخرجه البخاري في كتاب المشقات([3]
Dari Abu Hurairah r.a.,sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda:” Suatu ketika seorang lelaki yang melakukan perjalanan sangat kehausan, ia turun ke sebuah sumur, lalu minum air dari situ, pada saat ia keluar dari tempat itu, ia melihat seekor anjing yang menjilati lumpur, karena rasa haus. Laki-laki tu berkata:”(anjing) Ini sengsara karena persoalan yang sama denganku. Lalu ia (turun kembali ke dalam sumur), mengisi sepatunya dengan air, menggigitnya dengan giginya, dan memanjat dinding sumur, kemudian memberinya minum dengan air itu, Allah bererima kasih atas perbuatannya dan mengampuninya. Para sahabat bertanya:  “Apakah kami diberi pahala jika melayani hewan-hewan ?”, Nabi menjawab:”ya, melayani keperluan makhluk hidup memperoleh pahala”. (HR.Bukhori)


D.  Hadits Abu Hurairah tentang metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قالَ قالَ رَجُلٌ يَا رَسُولُ اللهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْناكَ أَدْناكَ (أخرجه مسلم في كتاب البر والصلة والادب(
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata:”seseorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw.:”wahai Rasulullah siapa orang yang paling berhak aku hormati? Beliau menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau menjawab: kemudian bapakmu, kemudian saudara terdekatmu. (HR. Muslim)

E. Hadits Anas bin Malik tentang metode diskusi
عَنْ أنَسٍ رَضيَ اللهُ عَنهُ قالَ قالَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عَليهِ وَسلَّمْ انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا قَالُوا يا رَسولَ اللهِ هَذا نَنْصُرُهُ مَظْلوُمًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قالَ تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ (أخرجه البخاري في كتاب الظالم والغصب([4]
Dari Anas ra, beliau berkata:Rasulullah Saw. telah bersabda: “tolonglah saudaramu yang dzalim dan yang didzalimi, dikatakan bagaimana jika menolong orang yang dzalim? Rasulullah menjawab: tahanlah (hentikanlah) dia dan kembalikanlah dari kedzalimannya, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan padanya”. (HR. Bukhari)

F.   Hadits Abu Hurairah tentang alat peraga
عَنْ أَبي هُرَيرةَ قالَ قالَ رَسولُ اللهِ صلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمْ كَافِلِ الْيَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ وَأَشَارَ مَاِلكٌ بِالسَّبَابَةِ وَالوْسْطَى ) أخرجه مسلم في الزهد والرقائق(َ.[5]
Dari abu Hurairah,beliau berkata: Rasulullah saw.telah  bersabda, orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya (Nabi) dan dia seperti dua orang yang tidak dapat dipisahkan dalam surga.” memberikan isyarah malik dengan jari tengah dan telunjuk. (HR. Muslim)

   III.     PEMBAHASAN
A.  Makna hadits dan penjelasannya
Dalam sub bab ini akan dibahas dan dijelaskan mengenai seperti apa makna dan penjelasan hadits-hadits yang digunakan sebagai contoh dari metode pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.
Hadits pertama, hadits ini berkenaan dengan bab perkara hukum. Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Islam mengajarkan kepada manusia dengan memberi kabar yang mengembirakan. Terutama bagi orang-orang yang diterima ketaqwaannya, dan amal ibadahnya. Maka ia akan mendapatkan maghfiroh dari Allah SWT. diterimalah taubatnya dan diampuni segala dosa-dosanya.
Kemudian kita dicegah untuk saling berpecah belah, maksud disini adalah jangan mengawatirkan mereka dengan peringatan yang dimubalaghohkan, sehingga menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan Memudahkan urusan mereka (muslimin).
 Konteks hadis ini ditujukan untuk mempermudah bagi orang yang baru masuk Islam, dari segi mencegah hal-hal yang dilarang, hendaknya dilakukan secara halus, dalam memberikan pengajaran kepadanya hendaknya dilakukan secara bertahap, karena suatu hal jika kesan awalnya mudah, maka seseorang akan cenderung menyukainya.[6]
Hadits kedua, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Perkataan dan penjelasan Nabi Muhammad Saw.dalam suatu perkara, selalu dengan perkataan yang jelas dan terang.[7] Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan orang-orang yang mendenganya.
Hadits ketiga, suatu ketika ketika Rasul sedang berkumpul dan menceritakan ada seorang laki-laki yang tidak disebutkan namanya, berjalan dari desa Qothani menuju Makkah. Sehingga ia merasa kehausan kemudian turun ke sumur untuk minum. Setelah keluar,  ia melihat ada seekor anjing yang menganga dengan menjulurkan lidahnya karena kehausan. Kemudian laki-laki itu mengatakan bahwa apa yang terjadi pada anjing itu sama dengan apa yang terjadi pada dirinya yaitu sama merasa kehausan.
Ibnu Hayyan menambahkan disisi lain dari riwayat Abi Sholih “kemudian laki-laki itu mengasihinya”, maka ia mengambil air dan memasukkan dalam sepatunya. Kemudian membawanya dengan menggunakan mulutnya untuk memudahkan ia mendaki keluar dari sumur tersebut.[8]
Setelah itu ia memberi minum anjing itu, sehingga Allah bersyukur atas apa yang telah ia lakukan pada anjing itu. Dengan menerima amal perbuatannya dan memberikan pahala, maka diampunilah segala dosa-dosanya. Dalam riwayat Abdullah bin Dinar, laki-laki tersebut dimasukkan ke dalam surga setelah ia diampuni dosa-dosanya.
Kemudian setelah Rasul selesai bercerita, para sahabat bertanya tentang bagaimana dengan kami yang memberikan minum kepada binatang ternak dan berbuat baik pada hewan-hewan itu?  Nabi pun menjawab bahwa  setiap orang yang memiliki hati yang penuh kasih sayang terhadap semua makhluk Allah dengan memberinya minum, maka ia akan mendapatkan pahala.
Dalam riwayat tersebut dimaknai untuk semua jenis hewan terdapat pahala bagi siapa saja yang berbuat baik padanya. Tetapi an-Nawawi mengartikan, keumuman dalam hadits tersebut menunjukkan kekhususan hanya pada hewan-hewan yang diharamkan dan yang tidak diperintahkan untuk membunuhnya. Mendapatkan pahala karena berbuat baik padanya dengan memberi minum dam makan.[9]
Hadits keempat, hadis ini berisi prosesi tanya jawab antara nabi dengan sahabat tentang siapa yang lebik berhak untuk dihormati, Rasul pun menjawab,orang tersebut tidak lain adalah ibu kita. Dalam hadits ini kata ibu disebutkan hingga tiga kali. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran seorang ibu bagi kita. Hal ini menunjukkan  besarnya peran seorang ibu bagi kita karena betapa sulitnya seorang ibu dalam menanggung beban ketika mengandung si bayi hingga melahirkannya di dunia, merawatnya, menyusuinya, dengan sabar membesarkan dan mendidiknya hingga ia dewasa.[10]
Berikutnya, baru dalam hadits tersebut ayah disebutkan setelah ibu dan hanya satu kali. Hal ini mengingat bahwa peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya lebih besar adalah  ibu, sedangkan ayah  hanya berkewajiban untuk memberikan nafkah, tidak mengandung dan melahirkan. Pengorbanan yang ayah lakukan tidak sampai mempertaruhkan nyawanya.
Kendati demikian kewajiban berbakti terhadap keduanya tetaplah sama. Karena lantaran keduanyalah kita dapat lahir ke dunia. Kita hendaknya bermuamalah yang baik terhadap keduanya, tidak berkata kasar, memaki, berkatalah yang sopan dan santun, karena hal itu lebih baik dan lebih utama. Selain itu kewajiba berbakti kepada orang tua dalam al-Qur’an pun diletakkan setelah kewajiban menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya.
Hadits kelima, hadits dari Abi Syibah ini menerangkan tentang perintah untuk menolong orang yang berbuat dholim dan juga orang yang terdholimi.  Maksud Rasul memerintahkan untuk menolong orang dholim adalah dengan mencegahnya dari berbuat dholim. Kemudian para sahabat bertanya-tanya bagaimana caranya menolong orang yang berbuat dholim. [11] Ketika mencegahnya melakukan kedholiman pun tidak cukup hanya dengan lisan saja. Dalam hadits tersebut Rasul Saw. mengatakan ambillah di atas tangannya maksud pernyataan ini adalah kita juga hendaknya mengingatkan orang yang berbuat dholim dengan perbuatan. Diibaratkan dengan isyarah yang lebih tinggi untuk menolongnya dengan kekuatan dan kekuasaan yang lebih kuat.
Sesungguhnya orang yang berbuat dholim tidak hanya mendholimi orang lain, tetapi hakikatnya adalah ia juga mendholimi dirinya sendiri. Maka dari itu kita sebagai sesama muslim berkewajiban untuk menolong sasama, baik orang yang berbuat dholim maupun yang didholimi.
Hadits keenam, Hadis ini menjelaskan bahwa menanggung anak yatim  meliputi nafkah sandang pangan dan juga pendidikannya, biaya penanggungan dapat diambil dari harta pribadi si penanggung atau harta anak yatim itu sendiri, tentunya dengan mengikuti prosedur perwalian[12]
Kata kahataini dalam hadis ini menunjukkan penggunaan jari telunjuk dan jari tengah sebagai alat peraga, agar apa yang disampaikan oleh rasulullah lebih mudah dipahami oleh para sahabat.
  
B.  Prinsip pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.
Pendidikan dalam Undang-Undang sistem pendidikan Nasional adalah suatu usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik. Mengajar pada umumnya merupakan suatu kegiatan yang bukan menyakut pada masalah penelitian. Disini lebih berfokus pada kajian transfer ilmu pengetahuan dan juga nilai untuk menbentuk masyarakat yang berpengetahuan dan berakhlak.
Dari hadits Anas bin Malik dijelaskan bahwa mengajar haruslah mengunakan cara-cara yang mudah dipahami oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran harus dibuat mudah dan  menyenangkan agar siswa tidak tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas. Serta apa yang diajarkan oleh gurunya. Dan satu pembelajaran harus menghunakan metode yang tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan, keadaan orang yang akan belajar.[13]
Dalam menempuh proses-proses pendidikan, sikap-sikap keras mempersulit hendaknya dihindari. Islam mengajarkan kelemah lembutan dalam metode pendidikan agar para peserta didik tidak kabur karena Allah sendiri menghendaki kepada kemudahan.
Dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia, termasuk di dalamnya penyelenggaraan pendidikan Islam, harus mendasarkan pada prinsip
1.        Mempermudah dan tidak mempersulit
2.        Menggembirakan an tidak menyusahkan
3.         Dalam memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan atau bahkan pertengkaran.[14]

Selain itu dalam penyampaiannya berdasarkan hadits ‘Aisyah disebutkan, seorang pendidik haruslah menggunakan bahasa dan perkataan yang jelas dan terang.[15] Dalam hal ini, pendidik mempunyai peran penting untuk memutuskan langkahnya demi terciptanya tujuan pendidikan. Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan terbatas pada suatu yang sifatnya lahiriyah. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkan peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan terang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan sebuah pendidikan, karena jika tidak demikian dikhawatirkan nantinya akan terjadi sebuah salah pengertian, ketika terjadi salah pengertian bukan tak mungkin justru si peserta didik akan melenceng dari yang diharapkan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan terang tersebut anak didik akan mampu menyerap dan memahami apa yang diharapkan pendidik.

C.  Metode pendidikan dan pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.
Hadits di atas menunjukkan bahwa metode pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. tidaklah terbatas dengan satu metode. Tetapi juga mengunakan berbagia cara yang beragam sehingga dapat lebih menumbuhkan semangat para sahabat untuk berperan aktif dalam proses pendidikan pengajaran yang dilakukan oloeh Rasulullah Saw. Berikut beberapa metode yang dignakan oleh Rasulullah Saw.:
1.    Metode Cerita
Metode cerita adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini banyak terdapat di dalam Al Qur’an[16]
Hadits di atas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang dilakukan Rasulullah. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan sahabatnya.
Disamping itu teknik bercerita adalah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan. Sebagai contoh aspek pembangunan insane lebih diminati dan dihayati apabila disampaikan dalam bentuk plot cerita atau drama, dibandingkan jika hanya disampaikan dalam brntuk fakta akademik. Bukti terbaik penggunaan teknik ini adalah bagaimana Al Qur’an banyak menggunakan teknik ini dalam penyampaian ajaranya, begitu juga Hadits Nabi yang turut menggunakan teknik ini.[17]

2.      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekuranga-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Karena disini guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid mampu mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah dijelaskan dan yang belum dijelaskan sama sekali.
Cara mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan ataupun bacaan yang telah mereka baca.Prinsip dasar metode ini juga terdapat dalam hadits tanya jawab antara Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad Saw.tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Selain itu ada juga hadits yang lainnya menggunakan model hadits Tanya jawab.
Metode tanya  jawab merupakan metode yang memungkinkan adanya  komunikasi langsung yang bersifat Two wag traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa, sehingga komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Adapun metode ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang siswa berfikir dan member kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum paham.[18]
Dalam konteks hadis ini ketika dikaitkan dengan metode tanya jawab, apabila pertanyaan berupa gradasi, maka sebaiknya jawaban yang diberikan adalah merupakan penegasan pada tingkatan yang lebih utama, tanpa menyampingkan tingkatan yang berada di bawahnya, dan dinyatakan secara sistematis.

3.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun   berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Anahlawi[19]menyebut metode ini dengan sebutan hiwar (dialog). Adapun tujuan diskusi itu sendiri adalah sebagai berikut:
a.    Untuk member motivasi kepada peserta didik agar dapat berkomunikasi dengan lisan.
b.    Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakn pengetahuan dan informasinya yang telah dimiliki.
c.    Mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang rasa terhadap keberagaman pendapat orang lain dalam rangka mengembangkan kecerdasan peserta didik.

4.      Metode Demonstrasi, dengan mengunakan alat peraga
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Metode menggunakan alat peraga dalam pengajaran, memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptaka proses belajar yang ditandai dengan beberapa unsur, terutama alat. Karena alat tersebut selain dapat digunakan untuk motivasi, tetapi dapat juga meningkatkan efektifitas hasil belajar.[20] Adapun Fungsi dan nilai alat peraga adalah sebagai berikut:
a.    Sebagai alat bantu untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif
b.    Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah satu unsure yang harus dikembangkan oleh guru.
c.    Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d.   Penggunaan alat peraga tidak hanya sekedar hiburan ataupun pelengkap, akan tetapi salah satu media untuk memudahkan pemahaman.[21]

   IV.     PENUTUP
A.  Kesimpulan
Mengajar pada umumnya adalah suatu kegiatan yang bukan menyakut pada masalah penelitia.Dari hadits Anas bin Malik dijelaskan bahwa mengajar haruslah mengunakan cara-cara yang mudah dipahami oleh peserta didik, membuatnya gembira dan kompak. Selain itu dalam penyampaiannya berdasarkan hadits ‘Aisyah disebutkan, seorang pendidik haruslah menggunakan bahasa dan perkataan yang jelas dan terang.
Metode pendidikan dan pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa metode pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.tidaklah terbatas dengan satu metode. Tetapi juga mengunakan berbagia fariasi dan cara yang beragam sehingga dapat lebih menumbuhkan semangat para sahabat untuk berperan aktif dal proses pendidikan pengajaran yang dilakukan oloeh Rasulullah Saw.mulai metode cerita,metode tanya jawab. metode diskusi, dan metode demonstrasi dengan mengunakan alat peraga.
B.  Saran
Demikian makalah yang telah kami susun.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunannya.Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah selanjutnya yang lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas tarbiyah.

DAFTAR PUSTAKA
Al- Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Fathu Al-Bari,Juz 1 Beirut: Daar al-Fikr, Tth.
Bathol, Ibnu. Syarah Shohih Bukhori, Kitabul ‘llmi, al-Maktabah al-syamillah.
-----. Kitabul Madhlum wal Qhodhobi, al-maktabah al-Syamillah.
-----. Kitabul Mi’ah, al-maktabah al-Syamillah
Daradjat,  Zakiyah. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Ismail, Strategi Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group, 2008.
Jasmi, Kamarul Azmi. Pendidikan Islam: Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, Malaysia: University Tegnology Malaysia, 2008. cet 1.
Muhsin, Abdul. Syarah Sunnah Abu Daud, al-maktabah al-Syamillah.
Muslim, Shohih Muslim, al-maktabah al-Syamillah.
An-Nawawi, Yahya bin Syarof . Syarah Nawawi, Juz.16. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah,1995.
-----. Juz.18. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah,1995.
Al- Qastholani, Syihabuddin, Irsadu as-Sari Syarah Bukhori,  Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996.
Sudiyono, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Sudjana, Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995.
Syamsyi, Abu Thoyyib Muhammad. ‘Aunul Ma’bud syarah Sunan Abu Dawud. Jus 13 Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1990.
Triprasetyo, Abu dan Joko. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. 2005.




[1] Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori, Kitabul ‘llmi, al-Maktabah al-syamillah, hlm. 143.
[2]Abdul Muhsin, Syarah Sunnah Abu Daud, al-maktabah al-Syamillah, hlm.61.
[3]Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori,Kitabul Mi’ah, al-maktabah al-Syamillah, hlm. 506.
[4]Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori, Kitabul Madhlum wal Qhodhobi, al-Maktabah al-Syamillah, hlm. 576.
[5] Imam Muslim, Shohih Muslim, al-Maktabah al-Syamillah, hlm. 647.
[6]Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqolani, Fathu Al-Bari,Juz 1 (Beirut: Daar Al-Fikr, Tth.), hlm.163
[7]Abu Thoyyib Muhammad Syamsyi, ‘Aunul Ma’bud syarah Sunan Abu Daud Jus 13, hlm. 126.
[8]Syihabuddin Al-Qostholani, Irsadu as-Sari Syarah Bukhori, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996), hlm. 355.
[9] Ibid, hlm. 356.
[10]Yahya bin Syarof An Nawawi, Syarah Nawawi, Juz.16 (Beirut: Daar AL-Kutub Al-Ilmiyah, 1995), hlm. 449.
[11] Syihabuddin Al-Qostholani, Irsadu as-Sari Syarah Bukhori, hlm. 451.
[12]Yahya bin Syarof An-Nawawi, Syarah Nawawi, Juz. 18 (Beirut: Daar AL-Kutub Al-Ilmiyah,1995), hlm. 88.
[13]Ismail, Strategi Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), hlm. 13.
[14]M. Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2009), hlm183.
[15] Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia. 2005),hlm.98
[16] Zakiyah Darajat. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam.( Jakarta: Bumi Aksara. 2010),hlm.56

[17] Kamarul Azmi Jasmi, Pendidikan Islam: Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, (Malaysia: University Tegnology Malaysia, 2008), cet 1, hlm. 50.
[18]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995), hlm. 78.
[19]Ibid,Hal. 89.
[20]Zakiah darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hlm. 226
[21]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, hlm.99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar