METODE PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Hadits
Dosen: Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M. A.
Oleh:
Achmad Zuhri 113211001
Ahmad Basuki 113211002
Desyanti Endah Ayu Ningsih 113211020
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
2012
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses
transformasi pengetahuan menuju arah perbaikan, penguatan dan penyempurnaan
potensi manusia. Pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, pendidikan yang
dilakukan oleh Rasulullah Saw. dalam mengajarkan Dinul Islam kepada para sahabat tidak terbatas melalui forum formal
yang saja. Pendidikan tidak dibatasi
oleh tebalnya dinding tenbok majlis-majlis ta’lim, dan sempitnya waktu. Pendidikan
berlangsung sepanjang hayat, bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja serta
dengan berbagai metode yang berfariasi.
Secara bahasa metode berarti suatu cara yang disusun
sistematis dan umum. Atau bisa dikatakan suatu cara penyampaian bahan pelajaran
tertentu dari suatu mata pelajaran agar siswa dapat mengetahui, memahami dan
mengamalkan. Dengan kata lain ia telah mampu menguasai bahan pelajaran
tersebut.
Dalam pengajarannya kepada para sahabat Rasulullah
Saw.tidak hanya mengunakan satu metode saja. Tetapi juga melakukan berbagai
fariasi dalam menyampaikaannya. Hal ini dimaksudkan agar para sahabat dapat
memahami dengan baik dan tidak merasa jenuh dan monoton.
Sebagai mahasiswa yang menggali
ilmu di Fakultas Tarbiyah yang nantinya akan menjadi seorang pendidik, haruslah
mengetahui dengan baik bagaimana metode pengajaran yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad Saw. kepada para sahabatnya. Oleh karena itu dalam makalah ini kami mencoba untuk mengupas hadits-hadits
yang terkait dengan hal ini.
II.
HADITS DAN TERJEMAH
A. Hadits Anas bin Malik tentang membuat mudah, gembira dan
kompak
عَنِ
اَنَسٍ بَنِ مَلِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ قَالَ
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا (اخرجه البخارى في
كتاب العلم(.[1]
Dari Anas bin Malik, dari Nabi
saw.beliau bersabda: “Ringankanlah
orang-Orang (dalam masalah-masalah agama),dan janganlah mempersulit
mereka,berilah mereka kabar gembira, dan jangan membuat mereka melarikan diri
(dari Islam”). (HR.Bukhori)
B. Hadits Aisyah
tentang menyampaikan perkataan yang jelas dan terang
عَنْ عَاِشَةَ رَحِمَهَااللهُ قَالَتْ كَانَ كلام رَسُوْل اللهِ صَلىَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمْ كَلاَما فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (اخرجه ابوداود
فى كتاب الادب([2]
Dari Aisyah RA. Beliau Berkata:”
perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan
orang yang mendengarnya”. (HR. Abu Dawud)
C. Hadits Abu Hurairah
tentang metode cerita
عَنْ
أَبِى هُريْرةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسولَ اللهِ صَلىَّ اللهُ علَيهِ
وَسَلَّمْ قال بَيْنَا رَجُلٌ يَمْشِي فَاشْتَدْ عَليهِ العَطَشُ فَنَزَل بِئْرًا
فَشَرَبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاذَا هُو َبِكلْبٍ يَلْهَثُ يَأكلُ الشَّرَى مِنَ
العَطُشِ فَقالَ لَقدْ بَلغَ هَذَا مِثْلُ اَّلذِي بَلغَ بيِ فَمَلَا خُفَّهُ
ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسقىَ الْكلْبَ فَشكرَ اللهُ له فَغفرَ
لَهُ قَالوا يَا رَسولُ اللهِ وَاِنَّ لَنَا في الْبَهَائِمِ أَجْرًا قال فِي كُلّ
كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ (أخرجه البخاري في كتاب المشقات([3]
Dari Abu
Hurairah r.a.,sesungguhnya Rasulullah saw. telah bersabda:” Suatu ketika
seorang lelaki yang melakukan perjalanan sangat kehausan, ia turun ke sebuah
sumur, lalu minum air dari situ, pada saat ia keluar dari tempat itu, ia
melihat seekor anjing yang menjilati lumpur, karena rasa haus. Laki-laki tu
berkata:”(anjing) Ini sengsara karena persoalan yang sama denganku. Lalu ia
(turun kembali ke dalam sumur), mengisi sepatunya dengan air, menggigitnya
dengan giginya, dan memanjat dinding sumur, kemudian memberinya minum dengan
air itu, Allah bererima kasih atas perbuatannya dan mengampuninya. Para sahabat
bertanya: “Apakah kami diberi pahala
jika melayani hewan-hewan ?”, Nabi menjawab:”ya, melayani keperluan makhluk
hidup memperoleh pahala”. (HR.Bukhori)
D. Hadits Abu Hurairah
tentang metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قالَ قالَ رَجُلٌ يَا رَسُولُ اللهِ
مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ؟ قالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ
أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْناكَ أَدْناكَ (أخرجه مسلم في كتاب البر والصلة والادب(
Dari Abu Hurairah ra, beliau berkata:”seseorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah Saw.:”wahai
Rasulullah siapa orang yang paling berhak aku hormati? Beliau menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau
menjawab: Ibumu, ia berkata, kemudian siapa? Beliau menjawab: kemudian bapakmu,
kemudian saudara terdekatmu”. (HR.
Muslim)
E. Hadits Anas bin
Malik tentang metode diskusi
عَنْ
أنَسٍ رَضيَ اللهُ عَنهُ قالَ قالَ رَسُوْلُ اللهِ صلَّى اللهُ عَليهِ وَسلَّمْ
انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا قَالُوا يا رَسولَ اللهِ هَذا
نَنْصُرُهُ مَظْلوُمًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قالَ تَأْخُذُ فَوْقَ
يَدَيْهِ (أخرجه البخاري في كتاب الظالم والغصب([4]
Dari
Anas ra, beliau berkata:”Rasulullah
Saw. telah bersabda: “tolonglah saudaramu yang dzalim dan yang didzalimi,
dikatakan bagaimana jika menolong orang yang dzalim? Rasulullah menjawab:
tahanlah (hentikanlah) dia dan kembalikanlah dari kedzalimannya, karena sesungguhnya
itu merupakan pertolongan padanya”. (HR. Bukhari)
F.
Hadits Abu Hurairah tentang alat peraga
عَنْ
أَبي هُرَيرةَ قالَ قالَ رَسولُ اللهِ صلىَّ اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمْ كَافِلِ
الْيَتِيْمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ
وَأَشَارَ مَاِلكٌ بِالسَّبَابَةِ وَالوْسْطَى ) أخرجه مسلم في الزهد والرقائق(َ.[5]
Dari abu Hurairah,beliau berkata: Rasulullah saw.telah bersabda, orang yang menanggung hidup anak
yatim atau yang lainnya, maka saya (Nabi) dan dia seperti dua orang yang tidak
dapat dipisahkan dalam surga.” memberikan isyarah malik dengan jari tengah
dan telunjuk. (HR. Muslim)
III. PEMBAHASAN
A. Makna hadits dan penjelasannya
Dalam sub bab ini akan dibahas dan dijelaskan
mengenai seperti apa makna dan penjelasan hadits-hadits yang digunakan sebagai
contoh dari metode pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah
Saw.
Hadits pertama, hadits ini berkenaan dengan bab perkara hukum.
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Islam mengajarkan kepada manusia dengan
memberi kabar yang mengembirakan. Terutama bagi orang-orang yang diterima
ketaqwaannya, dan amal ibadahnya. Maka ia akan mendapatkan maghfiroh
dari Allah SWT. diterimalah taubatnya dan diampuni segala dosa-dosanya.
Kemudian kita dicegah untuk saling berpecah belah,
maksud disini adalah jangan mengawatirkan mereka dengan peringatan yang dimubalaghohkan,
sehingga menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan Memudahkan urusan mereka
(muslimin).
Konteks
hadis ini ditujukan untuk mempermudah bagi orang yang baru masuk Islam, dari
segi mencegah hal-hal yang dilarang, hendaknya dilakukan secara halus, dalam
memberikan pengajaran kepadanya hendaknya dilakukan secara bertahap, karena
suatu hal jika kesan awalnya mudah, maka seseorang akan cenderung menyukainya.[6]
Hadits
kedua, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Perkataan dan penjelasan Nabi Muhammad Saw.dalam suatu perkara, selalu dengan perkataan yang jelas dan terang.[7] Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan orang-orang
yang mendenganya.
Hadits ketiga, suatu ketika ketika Rasul sedang berkumpul dan
menceritakan ada seorang laki-laki yang tidak disebutkan namanya, berjalan dari
desa Qothani menuju Makkah. Sehingga ia merasa kehausan kemudian turun ke sumur
untuk minum. Setelah keluar, ia melihat
ada seekor anjing yang menganga dengan menjulurkan lidahnya karena kehausan.
Kemudian laki-laki itu mengatakan bahwa apa yang terjadi pada anjing itu sama
dengan apa yang terjadi pada dirinya yaitu sama merasa kehausan.
Ibnu Hayyan menambahkan disisi lain dari riwayat Abi
Sholih “kemudian laki-laki itu mengasihinya”, maka ia mengambil air dan memasukkan
dalam sepatunya. Kemudian membawanya dengan menggunakan mulutnya untuk
memudahkan ia mendaki keluar dari sumur tersebut.[8]
Setelah itu ia memberi minum anjing itu, sehingga
Allah bersyukur atas apa yang telah ia lakukan pada anjing itu. Dengan menerima
amal perbuatannya dan memberikan pahala, maka diampunilah segala dosa-dosanya.
Dalam riwayat Abdullah bin Dinar, laki-laki tersebut dimasukkan ke dalam surga
setelah ia diampuni dosa-dosanya.
Kemudian setelah Rasul selesai bercerita, para
sahabat bertanya tentang bagaimana dengan kami yang memberikan minum kepada
binatang ternak dan berbuat baik pada hewan-hewan itu? Nabi pun menjawab bahwa setiap orang yang memiliki hati yang penuh
kasih sayang terhadap semua makhluk Allah dengan memberinya minum, maka ia akan
mendapatkan pahala.
Dalam riwayat tersebut dimaknai untuk semua jenis
hewan terdapat pahala bagi siapa saja yang berbuat baik padanya. Tetapi
an-Nawawi mengartikan, keumuman dalam hadits tersebut menunjukkan kekhususan
hanya pada hewan-hewan yang diharamkan dan yang tidak diperintahkan untuk
membunuhnya. Mendapatkan pahala karena berbuat baik padanya dengan memberi
minum dam makan.[9]
Hadits keempat, hadis
ini berisi prosesi tanya jawab antara nabi dengan sahabat tentang siapa yang
lebik berhak untuk dihormati, Rasul pun menjawab,orang tersebut tidak lain adalah ibu kita. Dalam hadits ini kata ibu
disebutkan hingga tiga kali. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran seorang
ibu bagi kita. Hal ini menunjukkan besarnya peran
seorang ibu bagi kita karena betapa
sulitnya seorang ibu dalam menanggung beban ketika mengandung si bayi hingga
melahirkannya di dunia, merawatnya, menyusuinya, dengan sabar membesarkan dan mendidiknya
hingga ia dewasa.[10]
Berikutnya, baru dalam hadits tersebut ayah
disebutkan setelah ibu dan hanya satu kali. Hal ini mengingat bahwa peranan
orang tua dalam mendidik anak-anaknya lebih besar adalah ibu, sedangkan ayah hanya berkewajiban untuk memberikan nafkah,
tidak mengandung dan melahirkan. Pengorbanan yang ayah lakukan tidak sampai
mempertaruhkan nyawanya.
Kendati demikian kewajiban berbakti terhadap
keduanya tetaplah sama. Karena lantaran keduanyalah kita dapat lahir ke dunia. Kita
hendaknya bermuamalah yang baik terhadap keduanya, tidak berkata kasar, memaki,
berkatalah yang sopan dan santun, karena hal itu lebih baik dan lebih utama. Selain
itu kewajiba berbakti kepada orang tua dalam al-Qur’an pun diletakkan setelah
kewajiban menyembah Allah tanpa menyekutukan-Nya.
Hadits kelima, hadits dari Abi Syibah ini menerangkan tentang
perintah untuk menolong orang yang berbuat dholim dan juga orang yang
terdholimi. Maksud Rasul memerintahkan
untuk menolong orang dholim adalah dengan mencegahnya dari berbuat dholim. Kemudian
para sahabat bertanya-tanya bagaimana caranya menolong orang yang berbuat
dholim. [11]
Ketika mencegahnya melakukan kedholiman pun tidak cukup hanya dengan lisan
saja. Dalam hadits tersebut Rasul Saw. mengatakan ambillah di atas tangannya maksud pernyataan ini adalah kita juga hendaknya mengingatkan orang
yang berbuat dholim dengan perbuatan. Diibaratkan dengan isyarah yang lebih
tinggi untuk menolongnya dengan kekuatan dan kekuasaan yang lebih kuat.
Sesungguhnya orang yang berbuat dholim
tidak hanya mendholimi orang lain, tetapi hakikatnya adalah ia juga mendholimi
dirinya sendiri. Maka dari itu kita sebagai sesama muslim berkewajiban untuk
menolong sasama, baik orang yang berbuat dholim maupun yang didholimi.
Hadits keenam, Hadis ini menjelaskan bahwa menanggung
anak yatim meliputi nafkah sandang
pangan dan juga pendidikannya, biaya penanggungan dapat diambil dari harta
pribadi si penanggung atau harta anak yatim itu sendiri, tentunya
dengan mengikuti prosedur perwalian[12]
Kata kahataini
dalam hadis ini menunjukkan penggunaan jari telunjuk dan jari tengah sebagai
alat peraga, agar apa yang disampaikan oleh rasulullah lebih mudah dipahami
oleh para sahabat.
B. Prinsip pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.
Pendidikan dalam
Undang-Undang sistem pendidikan Nasional adalah suatu usaha sadar terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik. Mengajar pada umumnya merupakan
suatu kegiatan yang bukan menyakut pada masalah penelitian. Disini lebih
berfokus pada kajian transfer ilmu pengetahuan dan juga nilai untuk menbentuk
masyarakat yang berpengetahuan dan berakhlak.
Dari hadits
Anas bin Malik dijelaskan bahwa mengajar haruslah mengunakan cara-cara yang mudah
dipahami oleh peserta didik. Dalam proses pembelajaran harus dibuat
mudah dan menyenangkan agar siswa tidak
tertekan secara psikologis dan merasa bosan terhadap suasana di kelas. Serta apa yang
diajarkan oleh gurunya. Dan satu pembelajaran harus menghunakan metode yang
tepat disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan mempertimbangkan,
keadaan orang yang akan belajar.[13]
Dalam
menempuh proses-proses pendidikan, sikap-sikap keras mempersulit hendaknya
dihindari. Islam mengajarkan kelemah lembutan dalam metode pendidikan agar para
peserta didik tidak kabur karena Allah sendiri menghendaki kepada kemudahan.
Dari hadis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
menyelenggarakan kegiatan untuk kesejahteraan hidup manusia, termasuk di dalamnya
penyelenggaraan pendidikan Islam, harus mendasarkan pada prinsip
1.
Mempermudah dan
tidak mempersulit
2.
Menggembirakan
an tidak menyusahkan
3.
Dalam
memutuskan sesuatu hendaknya selalu memiliki kesatuan pandangan dan
tidak berselisih paham yang dapat membawa pertentangan atau bahkan
pertengkaran.[14]
Selain itu dalam penyampaiannya berdasarkan hadits ‘Aisyah
disebutkan, seorang pendidik haruslah menggunakan bahasa dan perkataan yang
jelas dan terang.[15] Dalam hal ini, pendidik mempunyai
peran penting untuk memutuskan langkahnya demi terciptanya tujuan pendidikan.
Perkataan yang jelas dalam hal ini bukan terbatas pada suatu yang sifatnya
lahiriyah. Namun lebih dari itu “jelas” disini adalah mampu memahamkan peserta
didik yang dihadapinya.
Perkataan
yang jelas dan terang akan menjadi salah satu faktor keberhasilan sebuah
pendidikan, karena jika tidak demikian dikhawatirkan nantinya akan terjadi
sebuah salah pengertian, ketika terjadi salah pengertian bukan tak mungkin
justru si peserta didik akan melenceng dari yang diharapkan. Diharapkan dengan
adanya perkataan yang jelas dan terang tersebut anak didik akan mampu menyerap
dan memahami apa yang diharapkan pendidik.
C. Metode pendidikan
dan pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.
Hadits di atas menunjukkan bahwa metode pengajaran
yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. tidaklah terbatas dengan satu metode.
Tetapi juga mengunakan berbagia cara yang beragam sehingga dapat lebih
menumbuhkan semangat para sahabat untuk berperan aktif dalam proses pendidikan
pengajaran yang dilakukan oloeh Rasulullah Saw. Berikut beberapa metode yang
dignakan oleh Rasulullah Saw.:
1.
Metode Cerita
Metode
cerita adalah cara penyampaian inforemasi melalui penuturan secara lisan oleh
pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar metode ini banyak terdapat di
dalam Al Qur’an[16]
Hadits di atas menjelaskan bahwa
pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak
didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk berbuat yang baik dan
menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan metode yang menarik yang
dilakukan Rasulullah. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah menarik
sehingga menimbulkan minat dikalangan sahabatnya.
Disamping itu teknik bercerita
adalah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek pembangunan insan. Sebagai
contoh aspek pembangunan insane lebih diminati dan dihayati apabila disampaikan
dalam bentuk plot cerita atau drama, dibandingkan jika hanya disampaikan dalam
brntuk fakta akademik. Bukti terbaik penggunaan teknik ini adalah bagaimana Al
Qur’an banyak menggunakan teknik ini dalam penyampaian ajaranya, begitu juga
Hadits Nabi yang turut menggunakan teknik ini.[17]
2.
Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar
yang dapat membantu kekuranga-kekurangan yang terdapat pada metode
ceramah. Karena disini guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid mampu
mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah dijelaskan dan yang belum
dijelaskan sama sekali.
Cara
mengajar dimana seorang guru mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid
tentang bahan pelajaran yang telah diajarkan ataupun bacaan yang telah mereka
baca.Prinsip dasar metode ini juga terdapat dalam hadits tanya jawab antara
Malaikat Jibril dan Nabi Muhammad Saw.tentang Iman, Islam, dan Ihsan. Selain
itu ada juga hadits yang lainnya menggunakan model hadits Tanya jawab.
Metode
tanya jawab merupakan metode yang memungkinkan adanya komunikasi
langsung yang bersifat Two wag traffic sebab pada saat yang sama terjadi
dialog antara guru
dan siswa, sehingga komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik antara
guru dan siswa. Adapun metode ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa, untuk merangsang siswa
berfikir dan member kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum
paham.[18]
Dalam konteks
hadis ini ketika dikaitkan dengan metode tanya jawab, apabila pertanyaan berupa
gradasi, maka sebaiknya jawaban yang diberikan adalah merupakan penegasan pada
tingkatan yang lebih utama, tanpa menyampingkan tingkatan yang berada di
bawahnya, dan dinyatakan secara sistematis.
3.
Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara penyajian/ penyampaian bahan pelajaran dimana
pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik/ membicarakan dan
menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau
menyusun berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman
Anahlawi[19]menyebut
metode ini dengan sebutan
hiwar (dialog). Adapun tujuan diskusi itu sendiri
adalah sebagai berikut:
a.
Untuk member motivasi kepada peserta didik agar dapat
berkomunikasi dengan lisan.
b.
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menggunakn
pengetahuan dan informasinya yang telah dimiliki.
c.
Mengembangkan sikap saling hormat menghormati dan tenggang
rasa terhadap keberagaman pendapat orang lain dalam rangka mengembangkan
kecerdasan peserta didik.
4.
Metode Demonstrasi, dengan mengunakan alat peraga
Metode
demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru mempertunjukan tentang proses
sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan murid memperhatikannya.
Metode menggunakan alat peraga dalam
pengajaran, memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptaka proses belajar
yang ditandai dengan beberapa unsur, terutama alat. Karena alat tersebut selain
dapat digunakan untuk motivasi, tetapi dapat juga meningkatkan efektifitas
hasil belajar.[20] Adapun Fungsi dan nilai alat peraga
adalah sebagai berikut:
a.
Sebagai alat bantu untuk mewujudkan proses belajar mengajar
yang efektif
b.
Penggunaan alat peraga merupakan bagian yang integral dari
keseluruhan situasi mengajar. Ini berarti bahwa alat peraga merupakan salah
satu unsure yang harus dikembangkan oleh guru.
c.
Alat peraga dalam pengajaran penggunaanya integral dengan
tujuan dan isi pelajaran.
d.
Penggunaan alat peraga tidak hanya sekedar hiburan ataupun
pelengkap, akan tetapi salah satu media untuk memudahkan pemahaman.[21]
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengajar pada umumnya adalah suatu kegiatan yang bukan menyakut pada
masalah penelitia.Dari hadits Anas bin Malik dijelaskan bahwa mengajar haruslah
mengunakan cara-cara yang mudah dipahami oleh peserta didik, membuatnya gembira
dan kompak. Selain itu dalam
penyampaiannya berdasarkan hadits ‘Aisyah disebutkan, seorang pendidik haruslah
menggunakan bahasa dan perkataan yang jelas dan terang.
Metode pendidikan dan pengajaran berdasarkan Hadits Nabi Saw.Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa metode
pengajaran yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.tidaklah terbatas dengan satu
metode. Tetapi juga mengunakan berbagia fariasi dan cara yang beragam sehingga
dapat lebih menumbuhkan semangat para sahabat untuk berperan aktif dal proses
pendidikan pengajaran yang dilakukan oloeh Rasulullah Saw.mulai metode cerita,metode
tanya jawab. metode diskusi, dan metode demonstrasi
dengan mengunakan alat peraga.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun.Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunannya.Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah selanjutnya yang
lebih baik.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa,
khususnya mahasiswa fakultas tarbiyah.
DAFTAR
PUSTAKA
Al- Asqolani, Ahmad bin Ali bin Hajar. Fathu Al-Bari,Juz 1
Beirut: Daar al-Fikr, Tth.
Bathol, Ibnu.
Syarah Shohih Bukhori, Kitabul
‘llmi, al-Maktabah al-syamillah.
-----.
Kitabul Madhlum wal
Qhodhobi, al-maktabah
al-Syamillah.
-----.
Kitabul Mi’ah,
al-maktabah al-Syamillah
Daradjat, Zakiyah. Metode
Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.
Ismail,
Strategi Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: Rasail Media Group,
2008.
Jasmi, Kamarul Azmi. Pendidikan Islam: Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, Malaysia: University Tegnology Malaysia,
2008. cet 1.
Muhsin, Abdul. Syarah Sunnah
Abu Daud, al-maktabah al-Syamillah.
Muslim, Shohih Muslim, al-maktabah
al-Syamillah.
An-Nawawi, Yahya bin Syarof . Syarah Nawawi, Juz.16. Beirut: Daar
al-Kutub al-Ilmiyah,1995.
-----.
Juz.18. Beirut: Daar al-Kutub al-Ilmiyah,1995.
Al- Qastholani, Syihabuddin, Irsadu
as-Sari Syarah Bukhori, Bairut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah, 1996.
Sudiyono,
M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Sudjana,
Nana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1995.
Syamsyi, Abu Thoyyib Muhammad. ‘Aunul
Ma’bud syarah Sunan Abu Dawud. Jus 13 Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1990.
Triprasetyo, Abu dan Joko. Strategi Belajar Mengajar.
Bandung: Pustaka Setia. 2005.
[1] Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori, Kitabul ‘llmi, al-Maktabah al-syamillah, hlm.
143.
[3]Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori,Kitabul
Mi’ah, al-maktabah al-Syamillah, hlm.
506.
[4]Ibnu Bathol, Syarah Shohih Bukhori, Kitabul
Madhlum wal Qhodhobi, al-Maktabah al-Syamillah,
hlm. 576.
[5] Imam Muslim, Shohih Muslim, al-Maktabah al-Syamillah, hlm. 647.
[8]Syihabuddin Al-Qostholani, Irsadu
as-Sari Syarah Bukhori, (Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1996), hlm. 355.
[9] Ibid, hlm. 356.
[10]Yahya bin Syarof
An Nawawi, Syarah Nawawi, Juz.16 (Beirut: Daar AL-Kutub Al-Ilmiyah, 1995),
hlm. 449.
[11] Syihabuddin Al-Qostholani, Irsadu
as-Sari Syarah Bukhori, hlm. 451.
[12]Yahya bin Syarof
An-Nawawi, Syarah Nawawi, Juz. 18
(Beirut: Daar AL-Kutub Al-Ilmiyah,1995), hlm. 88.
[14]M.
Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2009),
hlm183.
[15] Ahmadi, Abu dan
Joko Triprasetyo. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: Pustaka Setia. 2005),hlm.98
[17] Kamarul
Azmi Jasmi, Pendidikan Islam: Kaidah Pengajaran dan Pembelajaran, (Malaysia:
University Tegnology Malaysia, 2008), cet 1, hlm. 50.
[18]Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1995), hlm. 78.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar