Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Senin, 17 Maret 2014

Tanwin

TANWIN
 Tanwin

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Nahwu
Dosen Pengampu: Ahmad Zuhrudin, M. Ag


  

Oleh:
Muh. Eka Syafiul Umam     113211029
Miftachul Ichwan                  113211031



FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012



Tanwin
I.                   Pendahuluan
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bentuk memakai bahasa arab. Belajar bahasa arab memag suatu hal yang memang perlu dilakukan, karena seperti yang kita ketahui bahwa bahasa arab merupakan bahasa internasional ke dua, maka dari itu kita harus mendalami dan lebih memahami mengenai penerapan dan juga penggunaan bahasa arab dengan baik dan benar.
 Tidak menutup kemungkinan bahwa disetiap lafadz Al-Qur’an mengandung unsur nahwu, shorof dan balaghoh. Untuk mengetahui hal itu, kita perlu terlebih dahulu mendalami tentang ilmu nahwu dan shorof tersebut, seperti halnya pada sub bagian ilmu nahwu yang menggagas mengenai tanwin, yang insyaallah akan kita bahas pada pertemuan kali ini, dan pemakalah akan mencoba menyimpulkan berbagai pengertian-pengertian yang mungkin masih sulit untuk kita tangkap.
II.                Rumusan Masalah
A.    Apakah pengertian dari tanwin?
B.     Apa sajakah macam-macam tanwin?
III.             Pembahasan
A.    Pengertian tanwin
Tanwin menurut bahasa adalah bersuara, sedangkan tanwin menurut istilah adalah nun za’idah (tambahan) lagi mati yang berada di akhir kalimat isim dari segi ucapan tidak dalam tulisan.[1]
B.     Macam-macam tanwin
1.      Tanwin Tamkin : yaitu tanwin yang terdapat pada isim mu’rab selain jama’ muanats salim atau isim mu’tal akhir yang ghairu munshorif atau disebut juga tanwin standar yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim yang Mu’rab selain Jamak Mu’annats Salim dan Isim yang seperti lafadz جوار dan غواش (ada pembagian khusus).
Contoh: زيد dan رجل di dalam contoh :
جَاءَ زَيْدٌ هُوَ رَجُلٌ (Zaid telah datang dia seorang laki-laki)
2.      Tanwin Tankir: yaitu Tanwin penakirah yang pantas disematkan kepada Kalimat-kalimat Isim Mabni sebagai pembeda antara Ma’rifahnya dan Nakirahnya. Seperti Sibawaeh sang Imam Nahwu (yang Makrifah) dengan Sibawaeh yang lain (yang Nakirah). Contoh: مَرَرْتُ بِسِبَوَيْهِ وَبِسِبَوَيْهٍ آخَرَ
(Aku telah berjumpa dengan Sibawaeh (yang Imam Nahwu) dan Sibawaeh yang lain).[2]
3.      Tanwin Muqabalah: yaitu Tanwin hadapan yang pantas disematkan kepada Isim Jamak Mu’annats Salim (Jamak Salim untuk perempuan). Karena statusnya sebagai hadapan Nun dari Jamak Mudzakkar Salimnya (Jamak Salim untuk laki-laki).
Contoh: أفْلَحَ مُسْلِمُوْنَ وَمُسْلِمَاتٌ (Muslimin dan Muslimat telah beruntung)
4.      Tanwin ‘Iwadh: atau Tanwin Pengganti, ada tiga macam:[3]
a.       Tanwin Pengganti Jumlah : yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz إذ sebagai pengganti dari Jumlah sesudahnya.
Contoh Firman Allah:
وَأنْتُمْ حِيْنَئِذٍ تَنْظًرُوْنَ (Kalian ketika itu sedang melihat)
Maksudnya ketika nyawa sampai di kerongkongan. Jumlah kalimat ini dihilangkan dengan mendatangkan Tanwin sebagai penggantinya.
b.      Tanwin Pengganti Kalimah Isim: yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada Lafadz كل dan بعض sebagai pengganti dari Mudhaf Ilaihnya. Contoh:
كَلٌّ قَائِمٌ (Semua dapat berdiri)
Maksudnya Semua manusia dapat berdiri. Kata manusia sebagai Mudhaf Iliahnya dihilangkan dan didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
c.       Tanwin Pengganti Huruf : yaitu Tanwin yang pantas disematkan kepada lafadz جوار dan غواش dan lain-lain sejenisnya, pada keadaan I’rab Rafa’ dan Jarrnya.
Contoh:
هَؤُلاَءِ جَوَارٍ. وَمَرَرْتُ بِجَوَارٍ
(Mereka itu anak-anak muda. Aku berjumpa dengan anak-anak muda)
Pada kedua  lafadz جوار asal bentuknya جواري kemudian Huruf Ya’ nya dibuang didatangkanlah Tanwin sebagai penggantinya.
Pembagian macam-macam Tanwin yang telah disebutkan di atas, merupakan Tanwin yang khusus untuk tanda Kalimat Isim. Itulah yang dimaksudkan dari kata Tanwin dalam Bait tsb, yaitu Tanwin Tamkin, Tanwin Tankir, Tanwin Muqabalah dan Tanwin ‘Iwadh.
5.      Tanwin ziyadah (tambahan) seperti ayat سَلَا سِلًا وَأَهْلًا menurut qira’ah sebagian ulama membaca ‘salasila’ dengan memakai tanwin. Kalimat ‘salasila’ yang ditambahi tanwin tersebut untuk menyesuaikan dengan kalimat ‘aghlalan’ sesudahnya.[4]
6.      Tanwin taranum, yaitu tanwin yang bertemu qafiyah muthlaqoh (hidup), seperti ungkapan penyair:
أَقِلِّي اللَّوْمَ عَاذِلَ وَالْعِتَابَنْ # وَقُوْلِي إِنْ أَصَبْتُ لَقَدْ أَصَابَنْ
Sedikitkan wahai perempuan mencela dan menyalahkan kepada Adzil dan katakanlah jika aku benar berarti ia juga benar.
7.      Tanwin hikayat, seperti ungkapan orang Arab: قَالَتْ عَاقِلَةٌ dibaca tanwin, yang asalnya adalah nama seorang perempuan. Oleh karena itu, sebenarnya ia adalah isim ghairu munsharif dengan ‘ilat ‘alamiyyah dan ta’nits, yang dijadikan sebagai hikayat dengan menggunakan sebuah ungkapan sebelum menjadi isim ‘alam
8.      Tanwin dharurat, seperti ungkapan penyair:
سَلَامُ اللهِ يَا مَطَرٌ عَلَيْهَا # وَلَيْسَ عَلَيْكَ يَا مَطَر السّلَامِ
 Wahai Mathar, kesejahteraan Allah semoga menaungi kekasih. Dan wahai Mathar, tidak ada kesejahteraan bagimu.
Pada syair di atas, penyair membaca tanwin pada lafazh ‘Mathar’ pada bagian syatar  awal, sementara seharusnya ia dibaca mabni dhammah tanpa  tanwin, karena isim ghairu munsharif.
9.      Tanwin ghali, yaitu tanwin yang bertemu dengan qafiyah qayyadah (mati), seperti ungkapan penyair:
قَالَتْ بَنَاتُ الْعَمِّ يَا سَلْمَى وَإِنِنْ # كَانَ فَقِيْرًا مُعْدِمًا وَإِنِنْ
Anak-anak perempuan paman berkata: wahai salma, jika ia seorang fakir miskin. Salma berkata: sekalipun fakir miskin
10.  Tanwin syadz, seperti ungkapan orang Arab: هَؤُلَاءٍ قَوْمَكَ dengan dibaca tanwin lafazh ‘haula’i’ sebagai bacaan syadz (cacat).[5]
y7ù=Ï? ã@ߍ9$# $oYù=žÒsù öNßgŸÒ÷èt/ 4n?tã ­­­­<Ù÷èt/ ¢ Nßg÷YÏiB `¨B zN¯=x. ª!$# ( yìsùuur óOßgŸÒ÷èt/ ;M»y_uyŠ 4 $oY÷s?#uäur Ó|¤ŠÏã tûøó$# zOtƒötB ÏM»uZÉit7ø9$# çm»tRô­ƒr&ur ÇyrãÎ/ Ĩßà)ø9$# 3 öqs9ur uä!$x© ª!$# $tB Ÿ@tGtGø%$# tûïÏ%©!$# .`ÏB NÏdÏ÷èt/ .`ÏiB Ï÷èt/ $tB ÞOßgø?uä!%y` àM»oYÉit6ø9$# Ç`Å3»s9ur (#qàÿn=tG÷z$# Nåk÷]ÏJsù ô`¨B z`tB#uä Nåk÷]ÏBur `¨B txÿx. 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# $tB (#qè=tGtGø%$# £`Å3»s9ur ©!$# ã@yèøÿtƒ $tB ߃̍ムÇËÎÌÈ
IV.             Kesimpulan
A.    Bahwasanya tanwin adalah suara nun mati yang berada di akhir kalimat isim yang nampak dalam ucapan namun tidak nampak dalam tulisan.
B.     Tanwin dibagi menjadi dua, yaitu;
1.      Ashil:
a.       Tanwin tamkin
b.      Tanwin tankir
c.       Tanwin muqobalah
d.      Tanwin ‘iwadh
2.      Ghairu ashil
a.       Tanwin ziyadah (tanasub)
b.      Tanwin tarannum
c.       Tanwin hikayat
d.      Tanwin dharurat
e.       Tanwin ghaliy
f.       Tanwin syadz
V.                Penutup
Demikian adalah persembahan makalah atau persentasi makalah yang kami sajikan, semoga dari pebuatan kecil ini dapat menginspirasikan kita semua untuk terus berlomba dalam hal kebaikan, terus beramal dengan niat tulus dan ikhlas, karena dan untuk allah.
Kami tentunya menyadari masih ada banyak kekurangan dalam makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca atau peserta diskusi sangat kami nantikan demi terciptanya makalah yang lebih baik pada edisi makalah yang selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Mu’minin, Iman Saiful, Kamus Ilmu Nahwu Dan Sharaf,  Jakarta: AMZAH, 2008.
As-Suyuti, Jalalluddin, Syarah Ibnu ‘Aqil, Surabaya: Al-Hidayah,T.Th.Tegal Rejo, Pengurus Podok Pesantren, Sulam At-Tashil, Magelang:PP Tegal Rejo, 1993.
Ya’qub, Amil Badi’, Nahwu Wa Sharfu Wa I’rab, Rembang: Maktabah Anwariyah, 1988.













[1] Iman Saiful Mu’minin, Kamus Ilmu Nahwu Dan Sharaf,  (Jakarta: AMZAH, 2008), hlm. 61.
[2] Pengurus Podok Pesantren Tegal Rejo, Sulam At-Tashil, (Magelang:PP Tegal Rejo, 1993), hlm. 5.
[3] Jalalluddin As-Suyuti, Syarah Ibnu ‘Aqil, (Surabaya: Al-Hidayah,T.Th), hlm. 4.
[4] Amil Badi’ Ya’qub, Nahwu Wa Sharfu Wa I’rab, (Rembang: Maktabah Anwariyah, 1988), hlm.275.
[5] Iman Saiful Mu’min. Op. Cit. hlm, 62-63.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar