PERAN YAZID BIN ABDUL MALIK PADA
DINASTI UMAYYAH
MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Solikhin Nur, M. Ag
Disusun Oleh:
Samirotul Azizah (113211040)
Zoraya Rachmawati (113211041)
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Perkembangan dan peradaban Islam
dari zaman tidak lepas dari sejarah Nabi dan para Khulafaur Rasyidin yang
mulia. Pada masa itu Islam lahir dan berkembang pesat. Tidak heran bila
wasrisan dan penulisan sejarah pada masa itu begitu lengkap, terperinci dan
penuh pesona.
Begitu era Khulafaur Rasyidin
berakhir dan digantikan oleh Daulah Bani Umayyah, mulailah bau tidak enak
tercium dari hidung umat Islam. Permusuhan, peperangan, intrik politik, ambisi
kekuasaan dan aliran-aliran di bidang akidah bermunculan. Tetapi kita tidak
boleh lupa selain hal-hal di atas, ada hal-hal positif yang perlu diacungi
jempol. Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang sepak terjang salah satu
khalifah daulah Bani Umayyah yaitu khalifah ke-9, Yazid bin Abdul Malik selama
masa pemerintahannya.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
biografi Yazid bin Abdul Malik?
2.
Bagaimana
peran Yazid bin Abdul Malik pada dinasti Umayyah?
3.
Apa
saja penyebab jatuhnya masa kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Yazid bin Abdul Malik
Yazid bin Abdul Malik adalah khalifah ke-9 pada dinasti Bani Umayyah
atau lebih dikenal dengan Yazid II anak ketiga Abdul Malik.[1]
Dia bernama Yazid bin Abdul Malik bin Marwan. Tumbuh berkembang dalam kemewahan
dan manja membuatnya tidak merasakan nilai harga kekuasaan. Sebab, dia
mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih payahnya. Dia menjadi
penguasa setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan dari saudaranya yang
bernama Sulaiman.[2]
Yazid bin Abdul Malik menjabat khalifah
kesembilan Daulah Umayyah pada usia 36 tahun. Ia lahir pada tahun 71 H. Ia
menjabat khalifah atas wasiat saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia dilantik
pada bulan Rajab 101 H dan berkuasa antara 720 M sampai kematiannya
pada 724 M. Berarti ia berkuasa selama kurang lebih empat tahun.
Yazid sibuk mengurusi dua wanita yang sangat dia senangi daripada
mengurusi masalah pemerintahan. Wanita itu bernama Hababah dan Salamah.
Disebutkan bahwa dia meninggal karena dukanya yang sangat dalam atas kematian
hababah, sebagaimana banyak dilansir para sejarawan.[3]
B.
Peran Yazid bin Abdul Malik Pada Dinasti Umayyah
1.
Penaklukan-penaklukan
di masa pemerintahannya
Armenia dan Lan diserang kembali. Namun, kaum muslimin mengalami
kekalahan dan mundur ke sebelah selatan prancis pada tahun 102H/720M.
Penyerangan juga dilakukan ke Sisilia dan Shaghad pada tahun 104H/722M.
2.
Peristiwa-peristiwa
penting pada masa pemerintahannya
Pada masa pemerintahannya kembali orang-orang Khawarij melancarkan
gerakannya di bawah komando Syawdzab. Mereka mampu mengalahkan pasukan Umayyah
dalam beberapa kali peperangan hingga akhirnya mereka dihancurkan terutama
sekali panglimanya, Syawdzab. Di antara peristiwa paling penting di zamannya
adalah pemberontakan Yazid bin Muhallab bin Abi Shafrag yang terjadi di Irak. Yazid
bin Abdul Malik berhasil memenangkan pertempuran dan berhasil membunuh Yazid
bin Muhallab.[4]
Yazid bin Muhallab menghimpun kekuatan besar di Basrah dari
kabilahnya sendiri dan kabilah-kabilah yang bersahabat, dan juga memperoleh
dukungan dari beberapa propinsi Persia yang bertetangga. Sampai sejauh ini
keadaannya tampak seperti pertikaian suatu keluarga dari kabilah Arab. Tetapi
dia melanjutkan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa dia menyeru orang-orang
untuk mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasul serta untuk ambil bagian dalam
jihad, dengan demikian menuduh bahwa golongan Umayyah dan tentara Suriah mereka
adalah kaum kafir. Mendengar ini Hasan
al-Bisri yang saleh dan sangat dihormati menyanggah pernyataannya, dan
belakangan beberapa pengikutnya mencelanya karena beberapa aspek dari
tindakannya tidak sesuai dengan pernyataannya yang mulia itu.[5] Meskipun
Yazid bin Muhallab didukung oleh orang-orang suku dari semua kabilah,
orang-orang sesukunya sendiri yakni suku Azd justru menentangnya.[6] Begitu
tentara khalifah mencapai Irak bagian selatan, hampir tidak ditemui kesulitan
dalam menumpas para pemberontak. Pemimpin pemberontak tewas dalam pertempuran.[7]
C.
Penyebab Jatuhnya Masa Kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada
dibawah khalifah Yazid ibn Abdul Malik (720-724M). Penguasa yang satu ini
terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat
yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah
menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat
menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik. Kerusuhan
masih berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abdul
Malik (724-743M).[8]
Pemerintahan yazid yang singkat dan memalukan itu hanya mempercepat
proses kehancuran imperium Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah propaganda
dari keturunan Bani abbasiyah mulai dilancarkan secara aktif.[9] Sebagai
pemguasa Yazid II sangat lemah dan tidak ada kemampuan untuk memerintah. Begitu
ia naik tahta seluruh negeri meledak kobaran api pemberontakan. Konflik
antarsuku dan ras yang paling nenonjol pada masanya yang menyebabkan Dinasti
Umayyah sudah di ambang pintu kehancuran dan gerakan Abbasiyah sudah
dimana-mana. Akhirnya dalam kondisi kacau Yazid II wafat (742 H).[10]
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Yazid
bin Abdul Malik/Yazid II adalh khalifah ke-sembilan dari dinasti Umayyah yang
berkuasa selama empat tahun (720-724M). Adapun peran Yazid II pada Dinasti
Umayyah sebagai berikut:
1.
Penaklukan/perluasan
wilayah Islam di beberapa Negara: Armenia, Lan, Silsilia, dan Shaghad.
2.
Menumpas
pemberontakan yang di pelopori oleh Yazid bin Muhallab.
Namun karena penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada
kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya
hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau.
kerusuhan masih berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya
B. Penutup
Demikian makalah yang telah penulis susun, semoga bermanfaat bagi
pembaca dan penulis sendiri. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan guna memperbaiki makalah ini dan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Karim,
M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Book Publisher, 2007).
Mahmudunnasir,
Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005).
Shaban, M. A., Sejarah
Islam: Penafsiran Baru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993).
al-‘Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003).
Watt
, W. Montgomery, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2000).
[1] Syed
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm., 195.
[2] Ahmad
Al-‘usairy, Sejarah Islam, (Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm., 206.
[3]
Syed
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hlm., 196.
[4] Ahmad
Al-‘usairy, Sejarah Islam, hlm., 207.
[5] W. Montgomery
Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990), hlm., 27.
[6] M. A. Shaban, Sejarah
Islam: Penafsiran Baru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm.,
202.
[7] W. Montgomery
Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, hlm., 27.
[8] Badri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm., 47.
[9] Syed
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hlm. 196.
[10] M. Abdul
Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007), hlm., 136.
makasih, Bermanfaat bgt bang,
BalasHapussama-sama....
Hapus