Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Minggu, 23 Maret 2014

Peran Yazid Bin Abdul Malik pada Dinasti Umayyah

PERAN YAZID BIN ABDUL MALIK PADA DINASTI UMAYYAH


MAKALAH
Disusun guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Mat Solikhin Nur, M. Ag





Disusun Oleh:
Samirotul Azizah                (113211040)
Zoraya Rachmawati           (113211041)



FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013

       I.            PENDAHULUAN
Perkembangan dan peradaban Islam dari zaman tidak lepas dari sejarah Nabi dan para Khulafaur Rasyidin yang mulia. Pada masa itu Islam lahir dan berkembang pesat. Tidak heran bila wasrisan dan penulisan sejarah pada masa itu begitu lengkap, terperinci dan penuh pesona.
Begitu era Khulafaur Rasyidin berakhir dan digantikan oleh Daulah Bani Umayyah, mulailah bau tidak enak tercium dari hidung umat Islam. Permusuhan, peperangan, intrik politik, ambisi kekuasaan dan aliran-aliran di bidang akidah bermunculan. Tetapi kita tidak boleh lupa selain hal-hal di atas, ada hal-hal positif yang perlu diacungi jempol. Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang sepak terjang salah satu khalifah daulah Bani Umayyah yaitu khalifah ke-9, Yazid bin Abdul Malik selama masa pemerintahannya.

    II.            RUMUSAN MASALAH
1.         Bagaimana biografi Yazid bin Abdul Malik?
2.         Bagaimana peran Yazid bin Abdul Malik pada dinasti Umayyah?
3.         Apa saja penyebab jatuhnya masa kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Biografi Yazid bin Abdul Malik
Yazid bin Abdul Malik adalah khalifah ke-9 pada dinasti Bani Umayyah atau lebih dikenal dengan Yazid II anak ketiga Abdul Malik.[1] Dia bernama Yazid bin Abdul Malik bin Marwan. Tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja membuatnya tidak merasakan nilai harga kekuasaan. Sebab, dia mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih payahnya. Dia menjadi penguasa setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan dari saudaranya yang bernama Sulaiman.[2] Yazid bin Abdul Malik menjabat khalifah kesembilan Daulah Umayyah pada usia 36 tahun. Ia lahir pada tahun 71 H. Ia menjabat khalifah atas wasiat saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia dilantik pada bulan Rajab 101 H dan berkuasa antara 720 M sampai kematiannya pada 724 M. Berarti ia berkuasa selama kurang lebih empat tahun.
Yazid sibuk mengurusi dua wanita yang sangat dia senangi daripada mengurusi masalah pemerintahan. Wanita itu bernama Hababah dan Salamah. Disebutkan bahwa dia meninggal karena dukanya yang sangat dalam atas kematian hababah, sebagaimana banyak dilansir para sejarawan.[3]

B.     Peran Yazid bin Abdul Malik Pada Dinasti Umayyah
1.      Penaklukan-penaklukan di masa pemerintahannya
Armenia dan Lan diserang kembali. Namun, kaum muslimin mengalami kekalahan dan mundur ke sebelah selatan prancis pada tahun 102H/720M. Penyerangan juga dilakukan ke Sisilia dan Shaghad pada tahun 104H/722M.

2.      Peristiwa-peristiwa penting pada masa pemerintahannya
Pada masa pemerintahannya kembali orang-orang Khawarij melancarkan gerakannya di bawah komando Syawdzab. Mereka mampu mengalahkan pasukan Umayyah dalam beberapa kali peperangan hingga akhirnya mereka dihancurkan terutama sekali panglimanya, Syawdzab. Di antara peristiwa paling penting di zamannya adalah pemberontakan Yazid bin Muhallab bin Abi Shafrag yang terjadi di Irak. Yazid bin Abdul Malik berhasil memenangkan pertempuran dan berhasil membunuh Yazid bin Muhallab.[4]
Yazid bin Muhallab menghimpun kekuatan besar di Basrah dari kabilahnya sendiri dan kabilah-kabilah yang bersahabat, dan juga memperoleh dukungan dari beberapa propinsi Persia yang bertetangga. Sampai sejauh ini keadaannya tampak seperti pertikaian suatu keluarga dari kabilah Arab. Tetapi dia melanjutkan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa dia menyeru orang-orang untuk mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasul serta untuk ambil bagian dalam jihad, dengan demikian menuduh bahwa golongan Umayyah dan tentara Suriah mereka adalah kaum kafir. Mendengar ini Hasan al-Bisri yang saleh dan sangat dihormati menyanggah pernyataannya, dan belakangan beberapa pengikutnya mencelanya karena beberapa aspek dari tindakannya tidak sesuai dengan pernyataannya yang mulia itu.[5] Meskipun Yazid bin Muhallab didukung oleh orang-orang suku dari semua kabilah, orang-orang sesukunya sendiri yakni suku Azd justru menentangnya.[6] Begitu tentara khalifah mencapai Irak bagian selatan, hampir tidak ditemui kesulitan dalam menumpas para pemberontak. Pemimpin pemberontak tewas dalam pertempuran.[7]

C.    Penyebab Jatuhnya Masa Kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik
Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekuasaan Bani Umayyah berada dibawah khalifah Yazid ibn Abdul Malik (720-724M). Penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. Dengan latar belakang dan kepentingan etnis politis, masyarakat menyatakan konfrontasi terhadap pemerintahan Yazid bin Abdul Malik. Kerusuhan masih berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya, Hisyam ibn Abdul Malik (724-743M).[8]
Pemerintahan yazid yang singkat dan memalukan itu hanya mempercepat proses kehancuran imperium Umayyah. Pada waktu pemerintahan inilah propaganda dari keturunan Bani abbasiyah mulai dilancarkan secara aktif.[9] Sebagai pemguasa Yazid II sangat lemah dan tidak ada kemampuan untuk memerintah. Begitu ia naik tahta seluruh negeri meledak kobaran api pemberontakan. Konflik antarsuku dan ras yang paling nenonjol pada masanya yang menyebabkan Dinasti Umayyah sudah di ambang pintu kehancuran dan gerakan Abbasiyah sudah dimana-mana. Akhirnya dalam kondisi kacau Yazid II wafat (742 H).[10]

 IV.            PENUTUP
A.    Kesimpulan
Yazid bin Abdul Malik/Yazid II adalh khalifah ke-sembilan dari dinasti Umayyah yang berkuasa selama empat tahun (720-724M). Adapun peran Yazid II pada Dinasti Umayyah sebagai berikut:
1.        Penaklukan/perluasan wilayah Islam di beberapa Negara: Armenia, Lan, Silsilia, dan Shaghad.
2.        Menumpas pemberontakan yang di pelopori oleh Yazid bin Muhallab.
Namun karena penguasa yang satu ini terlalu gandrung kepada kemewahan dan kurang memperhatikan kehidupan rakyat. Masyarakat yang sebelumnya hidup dalam ketentraman dan kedamaian, pada zamannya berubah menjadi kacau. kerusuhan masih berlanjut hingga masa pemerintahan khalifah berikutnya

B.     Penutup
Demikian makalah yang telah penulis susun, semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis sendiri. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna memperbaiki makalah ini dan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007).
Mahmudunnasir, Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005).
Shaban, M. A., Sejarah Islam: Penafsiran Baru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993). 
al-‘Usairy, Ahmad, Sejarah Islam, (Jakarta:  Akbar Media Eka Sarana, 2003).
Watt , W. Montgomery, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990).
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000).



[1] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), hlm., 195.
[2] Ahmad Al-‘usairy, Sejarah Islam, (Jakarta:  Akbar Media Eka Sarana, 2003), hlm., 206.
[3] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hlm., 196.
[4] Ahmad Al-‘usairy, Sejarah Islam, hlm., 207.
[5] W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), hlm., 27.
[6] M. A. Shaban, Sejarah Islam: Penafsiran Baru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), hlm., 202.
[7] W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, hlm., 27.
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), hlm., 47.
[9] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, hlm. 196.
[10] M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), hlm., 136.

2 komentar: