Coretan-coretan sang Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang......

Kamis, 13 Maret 2014

Si Maniez

Maniez

Beberapa hari sejak kembali ke kampus, c’Maniez adalah hal paling penting yang membuatku kembali menemukan kebahagiaan di tempat ini. Gadis yang entah bagaimana caranya, sejak pertama kali bertemu beberapa tahun yang lalu, setiap kali berada di dekatnya atau menyebutkan namanya, membuatku deg-degan melulu.

Maniez, entah bagaimana nama sederhana itu menjadi begitu istimewa. Aku selalu suka namanya, sejak pertama kali mendengarnya.

Selama ini akulah pemuja rahasianya. Aku benar-benar menyukainya sejak lama, tetapi tak pernah berani mengungkapkannya. Ya, aku selalu ragu untuk melakukannya. Sebenarnya aku takut c’Maniez akan menolak cintaku. Aku takut berbalik membencinya jika hal itu terjadi. Lebih baik begini saja. Ya, begini lebih baik. Apalagi dengan keadaanku sekarang, aku merasa tak pantas untuk c’Maniez.

Demikianlah, rasanya tak apa-apa jika aku tak ingin menagih apa-apa dari cinta. Aku selalu menikmati sensasi gempa bumi pribadi setiap kali berdekatan dengannya, atau menyebutkan namanya. Aku senang kapanpun bisa merindukannya, meski dia tak mengetahuinya. Aku senang mengakrabi lengkung alis matanya, dari jauh…. Aku cukup bahagia mencintai c’Maniez dengan cara seperti ini,. Seperti seorang lelaki yang mencintai pagi dengan sepenuh hati, meski tak mungkin ia miliki.

Hari pertama kembali ke kampus, aku langsung mencarinya diantara kerumunan teman-teman perempuan. Ketika yang lain langsung melambaikan tangannya padaku, lalu berjalan menghampiriku, aku melihat c’Maniez diantara pundak c’lia dan c’Rina, tersenyum maniez dengan tatapan matanya yang puitis. Segala yang kucari dan kurindukan, seketika seolah-seolah terbayar mendapati dia ada dan baik-baik saja.
Ya, c’Maniez. Dia ada disana.


Kalau bisa mem-pause-nya, aku suka adegan ini dan ingin memutarnya berkali-kali dalam gerak lambat: c’Maniez tersenyum ke arahku sementara matahari pagi menerpa sebagian wajah bagian kanannya. Dibawah matahari pagi pukul delapan, wajahnya tampak anggun. Matanya bersih dengan retina hitam pekat di tengah-tengahnya. Senyumnya, ya senyumnya yang memperlihatkan barisan giginya yang rapi, mencerahkan dunia. Pipinya yang bersih. Kemeja kampusnya, jas kampusnya, semuanya.

Copas: From Fahd Djibran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar