Maniez
Beberapa
hari sejak kembali ke kampus, c’Maniez adalah hal paling penting yang membuatku
kembali menemukan kebahagiaan di tempat ini. Gadis yang entah bagaimana
caranya, sejak pertama kali bertemu beberapa tahun yang lalu, setiap kali
berada di dekatnya atau menyebutkan namanya, membuatku deg-degan melulu.
Maniez,
entah bagaimana nama sederhana itu menjadi begitu istimewa. Aku selalu suka
namanya, sejak pertama kali mendengarnya.
Selama
ini akulah pemuja rahasianya. Aku benar-benar menyukainya sejak lama, tetapi
tak pernah berani mengungkapkannya. Ya, aku selalu ragu untuk melakukannya.
Sebenarnya aku takut c’Maniez akan menolak cintaku. Aku takut berbalik
membencinya jika hal itu terjadi. Lebih baik begini saja. Ya, begini lebih
baik. Apalagi dengan keadaanku sekarang, aku merasa tak pantas untuk c’Maniez.
Demikianlah,
rasanya tak apa-apa jika aku tak ingin menagih apa-apa dari cinta. Aku selalu
menikmati sensasi gempa bumi pribadi setiap kali berdekatan dengannya, atau
menyebutkan namanya. Aku senang kapanpun bisa merindukannya, meski dia tak
mengetahuinya. Aku senang mengakrabi lengkung alis matanya, dari jauh…. Aku
cukup bahagia mencintai c’Maniez dengan cara seperti ini,. Seperti seorang
lelaki yang mencintai pagi dengan sepenuh hati, meski tak mungkin ia miliki.
Hari
pertama kembali ke kampus, aku langsung mencarinya diantara kerumunan
teman-teman perempuan. Ketika yang lain langsung melambaikan tangannya padaku,
lalu berjalan menghampiriku, aku melihat c’Maniez diantara pundak c’lia dan
c’Rina, tersenyum maniez dengan tatapan matanya yang puitis. Segala yang kucari
dan kurindukan, seketika seolah-seolah terbayar mendapati dia ada dan baik-baik
saja.
Ya,
c’Maniez. Dia ada disana.
Kalau
bisa mem-pause-nya, aku suka adegan ini dan ingin memutarnya berkali-kali dalam
gerak lambat: c’Maniez tersenyum ke arahku sementara matahari pagi menerpa
sebagian wajah bagian kanannya. Dibawah matahari pagi pukul delapan, wajahnya
tampak anggun. Matanya bersih dengan retina hitam pekat di tengah-tengahnya.
Senyumnya, ya senyumnya yang memperlihatkan barisan giginya yang rapi,
mencerahkan dunia. Pipinya yang bersih. Kemeja kampusnya, jas kampusnya,
semuanya.
Copas: From Fahd Djibran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar