PENGERTIAN EVALUASI
MAKALAH
Disusun
guna memenuhi tugas
Mata
kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen
pengampu: Naifah, M.S.I.
Disusun
Oleh:
Achmad
Zuhri 113211001
Ahmad
Basuki 113211002
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah program, program
melibatkan sejumlah komponen yang bekerja sama dalam sebuah proses untuk
mencapai tujuan yang diprogramkan. Sebagai sebuah program, pendidikan merupakan
aktivitas sadar dan sengaja yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan.
Untuk mengetahui apakah penyelenggaraan program dapat
mencapai tujuannya secara efektif dan efisien, maka dilakukan evaluasi. Untuk
itu evaluasi dilakukan atas komponen-komponen dan proses kerjanya sehingga
apabila terjadi kegagalan dalam mencapai tujuan, maka dapat ditelusuri komponen
dan proses yang menjadi sumber kegagalan.
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa
disadari sebenarnya kita sering membuat suatu kegiatan evaluasi dan selalu
menggunakan prinsip mengukur dan menilai. Namun, banyak orang belum memahami
secara tepat arti kata evaluasi, pengukuran, penilaian, dan tes bahkan masih banyak orang yang lebih
cenderung mengartikannya dengan suatu pengertian yang sama. Maka dalam
makalah ini akan membahas pengertian dan perbedaan antara evaluasi, pengukuran,
penilaian, dan tes.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian evaluasi, dan pengukuran dalam pendidikan?
B.
Apa pengertian penilaian, dan tes dalam pendidikan?
C.
Apa perbedaan evaluasi, pengukuran, penilaian dan tes?
III. PEMBAHASAN
Sebagai
gambaran awal, kita dapat memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan
penilaian melalui contoh berikut:
Apabila
ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran ,yang
satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya, maka
otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa lebih
lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih
sebaliknya.
Peristiwa
jual-beli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di pasar, sering
kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum membelinya.
Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun tampak tangkai
yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah yang baik.
Dari
hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3
ukuran, yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran
tidak baku (depa, jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni
berdasarkan pengalaman.
Langkah-langkah
mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah yang
dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat
mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.[1]
Berdasarkan
contoh diatas,
pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi sebagai berikut:
Pengukuran
adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat
kuantitatif.
Penilaian
adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu berdasarkan
kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif.
Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan yang
meliputi pengukuran dan penilaian.
Tes adalah serangkaian
pertanyaan atau atau alat lain yang digunakan untuk mengukur dan menilai
A. Pengertian Evaluasi, dan
Pengukuran dalam Pendidikan
1.
Evaluasi dalam Pendidikan
Secara
harafiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of
delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,
dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif
keputusan.
Evaluasi
menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan
melalui kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi
adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan
dengan pengertian tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa
evaluasi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik
yang menggunakan instrumen tes maupun non tes.
Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap
kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Dengan demikian, Evaluasi
merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan
sampai sejauhmana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa (Purwanto,
2002).
Arikunto
(2003) mengungkapkan bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
untuk mengukur keberhasilan program pendidikan. Tayibnapis (2000) dalam hal ini
lebih meninjau pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai
proses menilai sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Dalam
beberapa hal evaluasi lebih luas, karena dalam evaluasi juga termasuk penilaian
formal dan penilaian intuitif mengenai kemajuan peserta didik. Evaluasi juga
mencakup penilaian tentang apa yang baik dan apa yang diharapkan.
Dengan
demikian hasil pengukuran yang benar merupakan dasar yang kokoh untuk melakukan
evaluasi. Secara garis besar evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif (istilah ini pertama kali digunakan oleh Scriven
(1967) dalam artikelnya berjudul “The Methodology of evaluation”).[2]
Evaluasi
formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu proses
pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat
berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.
2.
Pengukuran dalam Pendidikan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat
diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti
tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran
adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk
merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena
antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut
Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir
prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan
indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut
Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu:
1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula
tertentu.
Measurement
(pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance siswa dengan
menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa sehingga
sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang
menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut
atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu
yang mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi
tersebut harus disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution,
2001).[3]
Dengan
demikian, pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta
didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan
pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan
pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal
dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.
Pengukuran
(measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka
kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal,
atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Pengukuran
yang dalam bahasa Inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa Arabnya
adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk
“mengukur” sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu
dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Misalnya mengukur suhu badan dengan
ukuran berupa thermometer: hasilnya: 360 celcius, 380 celcius, 390 celcius dan
seterusnya. Contoh lain: dari 100 butir yang diajuakan dalam tes, ahmad
menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal.
Dari
contoh tersebut dapat kita dipahami bahwa pengukuran itu sifatnya kuantitatif.
Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu, dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu : 1. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu; misalnya ;
pengukuran yang dilakukan oleh penjahit pakaian mengenai panjang lengan,
panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggan dan sebagainya. 2. Pengukuran yang
dilakukan untuk menguji sesuatu : misalnya ; pengukuran untuk menguji daya
tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan
lampu pijar, dan sebagainya. 3. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan
jalan menguji sesuatu ; misalnya : mengukur kemajuan belajar peserta didik
dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji mereka dalam
bentuk tes hasil belajar.
Pengukuran
jenis ketiga inilah yang biasa dikenal dalam dunia pendidkan. Penialian”
berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil
keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada
ukuran baik atau buruk, sehat atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya.
Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam contoh di atas tadi,
seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk orang yang normal
kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan sehat badannya.
Dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul oleh Ahmad; dengan demikan
dapat ditentukan Ahmad termasuk anak yang pandai.
B.
Pengertian Penilaian dan Tes dalam Pendidikan
1.
Penilaian dalam Pendidikan
Penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan
hasil pengukuran dan kriteria tertentu. Pengambilan keputusan belum dapat dilakukan
hanya atas dasar hasil pengukuran. Hasil pengukuran baru mempunyai maknadan
dapat digunakan untuk mengambil keputusan setelah dibandingkan dengan kriteria
tertentu[4].
Kriteria diperlukan untuk menjadi penentu agar hasil
pengukuran berarti, misalnya lima orang siswa diukur hasil belajarnyadalam mata
pelajaran Bahasa Arab dan memberikan hasil pengukuran sebagai berikut: 5, 10, 7,
4, dan 8, hasil pengukuran itu belum mempunyai makna dan keputusanbelum dapat
dibuat, hasil pengukuran itu baru dapat digunakan untuk mengambil keputusan
setelah dibandingkan dengan kriteria tertentu, sebagai sebuah contoh
kriterianya adalah “siswa hanya dapat dinyatakan lulus apabila memperoleh skor
hasil pengukuran minimal 6,00”, maka dengan adanya kriteria tersebut baru dapat
diambil sebuah keputusan.[5]
Penilaian (assessment) adalah
penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh
informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian
kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan
tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai
kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa
angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai
kuantitatif tersebut.
Penilaian hasil belajar pada
dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui
hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana
pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau
sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat
dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Penilaian (assessment) merupakan
istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui
keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta
didik atau kelompok. Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan
beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang
sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian
kompetensi peserta didik.
Proses penilaian ini bertujuan untuk
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta
didik. Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari
Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik penilaian proses dan
hasil belajar. Hal ini dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil
belajar peserta didik.
2.
Tes
Istilah tes diambil dari kata testum, suatu
pengertian dalam bahasa Prancis kuno
yang berarti piring untuk menyisihkan logam logam
mulia. [6]
Beberapa pendapat mengenai definisi tes, menurut
Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat
lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan atau
bakat yang dimiiki oleh individu atau kelompok. Cronbach mendefinisikan tes
sebagai ” a systematic procedure for observing person’s behavior and
describing it with the aid of a numerical scale or category system”
(Azwar,1988:3)[7].
Prosedur sistematis untuk mengamati prilaku seseorang
dan menggambarkannya dengan bantuan skala numeric atau kategori system. Dari
batasan tersebut dapat diambil kesimpulan; pertama, tes merupakan
prosedur sistematik, butir-butir tes disusun menurut cara dan aturan, kedua,
tes berisi sampel prilaku, keseluruhan butir itu mustahil dapat seluruhnya
tercakup dalam tes. Ketiga, tes mengukur prilaku, butir-butir tes
menghendaki siswa agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari
siswa dengan cara menjawab butir-butir atau mengerjakan tugas yang dikehendaki
oleh tes.
Tes merupakan instrument alat ukur untuk pengumpulan
data dimana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrument, peserta
didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya, peserta tes diminta untuk
mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya dalam memberikan respons atas
pertanyaan dalam tes. Penampilan maksimum yang ditunjukkan memberikan kesimpulan
mengenai kemampuan atau penguasaan yang dimiliki.
C.
Perbedaan Evaluasi, Penilaian, Pengukuran dan Tes
Sebenarnya
proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan pengujian merupakan suatu kegiatan
atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan secara berurutan
dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan
terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran
yang dilanjutkan dengan kegiatan penilaian.
Agar
lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing :
1. Evaluasi
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
2. Penilaian
dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi
secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
3. Pengukuran
atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif,
bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia pendidikan,
yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21) adalah
proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
4. Tes
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
kemampuan siswa dengan cara dan aturan yang telah ditentukan.
Sedangkan
Evaluasi adalah mencangkup kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu
mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses
untuk menilai sesuatu. Untuk dapat menentukan nilai dari sesuatu yang sedang
dinilai itu, dilakukanlah pengukuran, dan wujud dari pengukuran itu adalah
pengujian, dan pengujian inilah yang dalam dunia kependidikan dikenal dengan
istilah tes.
Sebagai
contoh dapat dikemukakan disini, misalnya keterangan-keterangan mengenai
hal-hal yang disukai siswa, informasi yang datang dari orang tua siswa,
pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang kesemuanya itu tidak
bersifat kuantitaif melainkan kualitatif. Lebih lanjut masroen menegaskan bahwa
penilaian (setidak-tidaknya dalam bidang psikologi dan pendidikan) mempunyai
arti yang lebih luas ketimbang istilah pengukuran, sebab pengukuran itu
sebenarnya hanyalah merupakan suatu langkah atau tindakan yang kiranya perlu
diambil dalam rangka pelaksanaan evaluasi. [8]
Baik
buruknya evaluasi akan banyak bergantung pada hasil-hasil pengukuran yang
mendahuluinya. Hasil pengukuran yang Kurang cermat akan memberikan hasil
evaluasi yang kurang cermat pula, sebaliknya teknik pengukuran yang tepat akan
memberikan landasan yang kokoh untuk mengadakan evaluasi yang tepat. Kenyataan
inilah yang acapkali menimbulkan adanya kerancuan dan tumpang tindih, antara
istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran.
IV. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pengertian di atas dapat
kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan
dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar
baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil
tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan
menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan
keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Evaluasi adalah mencangkup kegiatan
yang telah dikemukakan terdahulu, yaitu mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”.
Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai sesuatu. Untuk dapat
menentukan nilai dari sesuatu yang sedang dinilai itu, dilakukanlah pengukuran,
dan wujud dari pengukuran itu adalah pengujian, dan pengujian inilah yang dalam
dunia kependidikan dikenal dengan istilah tes.
B.
Penutup
Demikianlah
makalah yang kami sampaikan, dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan
makalah kami yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah,
et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta: Ministry of
Education and Culture.
Arikunto,
S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi,
J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Kumano,
Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice.
Japan: Shizuoka University.
Lehmann,
H. (1990). The Systems Approach to Education. Special Presentation Conveyed in
The International Seminar on Educational Innovation and Technology Manila.
Innotech Publications-Vol 20 No. 05.
Stiggins,
R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan
College Publishing Company
Tayibnapis,
F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta
Zainul
& Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti.
TAMBAHAN
Fungsi Evaluasi:
- Selektif (menyeleksi)
- Diagnotif (menentukan)
- Formatif (memebentuk)
- Sumatif (menjumlahkan)
Ruang Lingkup:
- The outcomes
- The instructional program
- The educational product used in the program
- The goal
Langkah-langkah evaluasi
1.
Focusing
2.
Designing
3.
Collecting information
4.
Analyzing and interpreting
5.
Reporting information
6.
Managing evaluation
7.
Evaluating evaluation
[1] Kumano,
Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and Practice.
Japan: Shizuoka University. Hlm 13
[2] Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered
Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company hlm 20
[3] Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered
Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing Company. Hlm 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar