JASA
DAN KIPRAH ABDUL MALIK BIN MARWAN DALAM KEBUDAYAAN ISLAM
Makalah
Disusun
guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Drs. H. Mat Solikhin, M.Ag
Disusun
Oleh:
Iip
Kasipul Qulub 113211025
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
JASA DAN KIPRAH ABDUL MALIK BIN MARWAN DALAM KEBUDAYAAN ISLAM
I.
PENDAHULUAN
Kekhalifahan
Umayyah merupakan dinasti (mulk) pertama dalam sejarah Islam.
Kekhalifahan Umayyah berlangsung dari 661-750 M. Dinasti Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan. Masa kekuasaan Dinasti Umayyah hampir satu abad,
tepatnya 90 tahun, dengan 14 orang khalifah. Khalifah yang pertama adalah
Muawiyah bin Abi Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin
Muhammad. Diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yang berjasa di berbagai
bidang sesuai dengan kehendak zamannya. Salah satu diantaranya adalah
Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ada
banyak jasa Abdul Malik bin Marwan dalam kiprahnya dalam kekhalifahan Umayyah. Oleh
karena itu, dalam kesempatan kali ini pemakalah akan membahas tentang Jasa dan
Kiprah Abdul Malik bin Marwan dalam kepemimpinannya dalam kebudayaan islam.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Seperti
apa biografi Khalifah Abdul Malik bin Marwan?
B.
Apa saja
peristiwa-peristiwa penting di masa pemerintahannya?
C.
Bagaimana
perkembangan peradaban islam pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan?
III.
PEMBAHASAN
A.
Biografi Khalifah Abdul Malik bin Marwan
Dia bernama Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin Umayyah.
Dia diangkat sebagai Gubernur Madinah oleh Muawiyah pada saat umurnya baru 16
tahun. Sebelum menjadi khalifah dia dikenal sebagai sosok yang zuhud dan fakih,
dan dianggap sebagai salah seorang ulama Madinah. Dia ikut terlibat dalam
penaklukan-penaklukan yang terjadi di Afrika pada tahun 41-45 H.
Abdul Malik menjadi khalifah setelah ayahnya Marwan bin Hakam
meninggal pada tahun 65 H/ 684 M. pada saat itu khalifah yang legal adalah
Abdullah ibnuz-Zubair. Kemudian dia berhasil mengambil Irak dari tangan
Abdullah ibnuz-Zubair dan menaklukan Hijaz secara keseluruhan. Setelah Abdullah
ibnuz-Zubair terbunuh, maka ia dibaiat oleh seluruh masyarakat muslim. Dia
menjadi khalifah sejak tahun 73 H/ 692 M. keadaan negara aman berada di
tangannya.[1]
Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan
khalifah Bani Umayyah yang disebut-sebut sebagai ‘Pendiri Kedua’ bagi
kedaulatan Umayyah. Ia dikenal sebagai seorang khalifah yang dalam ilmu
agamanya, terutama di bidang fiqih. Ia telah berhasil mengembalikan sepenuhnya
integritas wilayah dan wibawa kekuasaan keluarga Umayyah dari segala pengacau
negara yang merajalela pada masa-masa sebelumnya.
Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni 21 tahun
ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan menjadi
kepercayaaannya, seperti Al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang,
dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jabatan sebagai gubernur
Mesir.[2]
Pada awal kekuasaan dan selama dekade pertama sebagai khalifah,
Abdul Malik berada di tengah-tengah banyak musuh dan seperti pendahulunya yang
termasyhur, Muawiyah, dia harus mengahadapi musuh-musuh di berbagai front. Akan
tetapi, keberanian, keteguhan hati dan kebijaksanaannya memudahkan keberanian
dan perasaan dendam lawan-lawannya.[3]
Dia meninggal pada tahun 86 H/705 M. dengan demikian, dia memerintah secara
legal selama 13 tahun.[4]
B.
Peristiwa-peristiwa penting di masa pemerintahan Abdul Malik bin
Marwan
1.
Pemberontakan
Mukhtar ats-Tsaqafi (64-67 H/663-686 M)
Mukhtar adalah pengikut Abdullah bin Zubair di Mekah. Lalu, dia
membangkang dan melarikan diri ke Kufah. Dia mengaku bahwa dirinya adalah Imam
Mahdi dari kalangan Ahli Bait. Padahal, dia dikenal sebagai sosok yang
menyimpang dan sesat, mabuk kedudukan dan harta.
Kemudian Mukhtar berhasil menguasai Kufah dan Mosul serta melakukan
penyerangan ke Mekah. Abdul Malik segera memeranginya, namun Mukhtar berhasil
mengalahkan Abdul Malik. Dia membunuh semua orang yang pernah terlibat dalam
pembunuhan Husen sebagai usaha untuk membuat orang-orang Syiah suka dan
menyayanginya. Dia membunuh Ubaidillah bin Ziyad. Namun, akhirnya dia bisa
dibunuh oleh Mush’ab bin Zubair, Gubernur Bashrah yang tak lain adalah saudara
Abdullah bin Zubair sendiri pada tahun 67 H/786 M.
2.
Hajjaj
bin Yusuf ats-Tsaqafi (95 H/714 M)
Dia adalah orang yang paling terkenal diantara orang dekat Abdul
Malik dan sekaligus gubernur yang paling masyhur dalam sejarah. Dia dikenal
sebagai seorang yang sangat politis, cerdas, keras dan sekaligus kejam baik
saat ia berada dalam keadaan yang hak dan tidak hak. Dia termasuk salah seorang
pentolan yang memerangi Mush’ab bin Zubair yang kemudian menjadikan Irak berada
dibawah kekuasaan Bani Umayyah. Setelah itu dia diperintahkan oleh Abdul Malik
untuk memerangi Abdullah bin Zubair untuk menaklukan Hijaz. Dia berhasil
menaklukannya dan membunuh Abdulah bin Zubair. Sejak itulah dia menjadi
gubernur Hijaz.
Tatkala terjadi krisis di Irak. Maka Abdul Malik mengangkatnya
sebagai gubernur. Hajjaj menggunakan segala cara kekerasan dan kekejaman untuk
melawan orang-orang Irak hingga akhirnya Irak menjadi Stabil. Pengaruhnya
meliputi semua kawasan timur secara keseluruhan. Dia memiliki peran yang sangat
besar dalam melapangkan rintangan yang dihadapi oleh pemerintah Bani Umayyah.
Kekerasannya seakan menjadi suatu kepastian yang harus dia lakukan demi
tercapainya keamanan dan kedamaian.
3.
Pemberontakan
Abdur Rahman ibnul-Asy’ats (81-85 H/700-704 M)
Hajjaj yang saat itu menjadi gubernur Irak menugasi Abdur Rahman
untuk melakukan penyerangan ke negeri Turki pada tahun 81 H. dan dia berhasil
banyak mencapai kemenangan-kemenangan. Kemudian dia menyatakan pembangkangannya
kepada Hajjaj dan Abdul Malik
Lalu, dia memerangi Hajjaj dan berhasil menjadikan Irak dibawah
kekuasaannya. Setelah itu wilayah timur berhasil dibawah kekuasaannya kecuali
khurasan. Disana terjadi perang antara dia dan pendukung pemerintahan Umayyah.
Akhirnya dia kalah dan melarikan pada tahun 82 H lalu dibunuh pada
tahun 85 H/704 M. Hajjaj membunuh sekian banyak ulama yang mengikuti gerakan
Abdur Rahman ibnul-Asy’ats ini, diantaranya Said bin Jubair.
4.
Pemberontakan
Khawarij
Gerakan Khawarij mengalami kemajuan di Irak dan Jazirah Arabia.
Namun, panglima perang Bani Umayyah berhasil menaklukan mereka dan
menghancurkan sebagian besar dari mereka. Pemimpin-pemimpin Khawarij yang
terkenal di periode ini adalah Qathari ibnul-Fuj’ah dan Syabab ibnus-Syaibani.[5]
C.
Perkembangan peradaban islam pada masa Abdul Malik bin Marwan
Periode Abdul Malik mulai memasuki
periode keemasan Dinasti Umayyah. Ia mengadakan berbagai pembaruan,
diantaranya, sebelumnya para khalifah Umayyah maupun al-Khulafa al-Rasyidun tetap
memakai bahasa Kibti, Suryani dan Yunani dalam urusan negara. Abdul Malik
pertama menggunakan secara resmi Bahasa Arab sebagai Bahasa Negara. Ia juga
mencetak mata uang Arab dengan nama Dinar, Dirham dan Fals. Kemudian dia
mendirikan kas negara di Damaskus. Selain itu, pertama kali dalam sejarah
bahasa Arab menggunakan titik (.) dan koma (,) dan memperbarui qawa’id yang
sudah dimulai zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ditugaskan kepada Abu
al-Aswad al-Duwali.
Abdul malik juga meningkatkan pelayanan pos dan komunikasi, dimana
ia membangun kantor pos dan ditugasi kepada seorang dinas pos. para kepala
dinas pos segera mengirim berita penting untuk merangkap mengurusi surat-surat
biasa. Khalifah juga memperbarui perpajakan. Ia dengan tegas melarang bagi Arab
untuk membeli tanah-tanah mawali seperti diterapkan Umar I. bedanya Abdul Malik tetap mengambil Jizyah atau
kharaj dari mawali yang oleh Umar I menempatkan mereka sama dengan
muslim Arab.[6]
Dengan adanya kerjasama yang baik antara Abdul Malik dan al-Hajjaj
ini menghasilkan pemerintahan yang kuat yang ditandai dengan meningkatnya
anggaran pemerintahan untuk berbagai macam pekerjaan umum, diantaranya adalah
pembangunan prasarana dan mesjid-mesjid di berbagai propinsi, dan yang terbesar
ialah pembangunan Doem of the Rock (Qubbah al-Sahra) diatas Mesjid al-Aqsha di
Jerussalem. Dalam pada itu Hajjaj juga mengeluarkan dana yang cukup besar untuk
pembangunan beberapa irigasi antara sungai Tigris dan Euphrat untuk mengairi
lahan yang tak diolah di Irak waktu itu.
Upaya pembangunan prasarana diatas, menjadikan pertanian dapat berkembang
dengan pesat dengan hasil yang menonjol seperti gandum, padi, tebu, jeruk,
kapas dan sebagainya. Demikian juga, industri kulit dan tenun mengalami
kemajuan yang cukup bagus. Hasil pertanian dan perindustrian dipasarkan sampai
ke India dan Asia Tengah. Kota-kota penting seperti Damaskus, Baghdad dan
Mekah, menjadi pusat perdagangan yang sangat ramai.[7]
IV.
KESIMPULAN
Dia bernama Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin
Umayyah. Dia diangkat sebagai Gubernur Madinah oleh Muawiyah pada saat umurnya
baru 16 tahun. Sebelum menjadi khalifah dia dikenal sebagai sosok yang zuhud
dan fakih, dan dianggap sebagai salah seorang ulama Madinah. Abdul Malik
menjadi khalifah setelah ayahnya Marwan bin Hakam
meninggal pada tahun 65 H/ 684 M. pada saat itu khalifah yang legal adalah
Abdullah ibnuz-Zubair. Dia meninggal pada tahun 86 H/705 M. dengan demikian,
dia memerintah secara legal selama 13 tahun.
Peristiwa-peristiwa penting di masa pemerintahannya: Pemberontakan
Mukhtar ats-Tsaqafi (64-67 H/663-686 M), Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi (95 H/714
M), Pemberontakan
Abdur Rahman ibnul-Asy’ats (81-85 H/700-704 M), dan Pemberontakan Khawarij.
Perkembangan
peradaban islam di masa pemerintahannya: Bahasa Arab sebagai bahasa resmi
negara, mencetak mata uang Arab, memperbarui Qawaid, meningkatkan pelayanan pos
dan komunikasi, membangun Doem of the Rock (Qubbah al-Sahra) diatas Mesjid
al-Aqsha di Jerussalem, dan kemajuan di bidang pertanian dan industri.
V.
PENUTUP
Demikianlah Makalah yang telah kami susun. Kami menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga
Abad XX, Jakarta: Akbar Media, 2012.
Amin, Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah,
2010.
Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Teras,
2011.
Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta:
Pustaka Book Publisher, 2007.
Mahmudunnasir,
Syed, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005.
[1] Ahmad al-Usairy,
Sejarah Islam sejak zaman Nabi Adam hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar
Media, 2012), hal. 197.
[2] Samsul Munir Amin,
Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 124-125
[3] Syed Mahmudunnasir,
Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 181.
[4] Ahmad al-Usairy,
Op.Cit., hal. 199.
[5] Ahmad al-Usairy,
Op.Cit., hal. 195-199.
[6] M. Abdul Karim,
Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007), hal. 119-120.
[7] Imam Fu’adi, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hal. 80-81.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar