AMMA WAMA YATA’ALLAQU BIHA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Nahwu
Dosen Pengampu: Ahmad Zuhrudin, M. Ag.
Disusun Oleh:
Miftahuddin 113211032
Mochamad Fathoni 113211033
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.
PENDAHULUAN
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an
terdapat banyak sekali ayat yang diawali dengan kata amma dan sesuatu yang
berhubungan dengannya. kita sebagai seorang muslim harus selalu berupaya untuk
memahami Al-Qur’an sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya karena Al-Qur’an
adalah pedoman yang paling pokok dalam menjalani kehidupan didunia ini. Untuk
itu, kita perlu mengetahui maksud dan tujuan dicantumkannya amma dan sesuatu
yang berhubungan dengannya. Maka dari itu, dalam makalah ini kami mencoba
membahas amma dan sesuatu yang berhubungan dengan amma.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa pengertian Amma?
B.
Apa saja hukum-hukum yang terdapat pada Amma dan sesuatu yang
berhubungan dengan amma?
III.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian amma
أَمَّاكَمَهْمَايَكُ مِنْ شَيْءٍ,وَفَا # لِتِلْوِتِلْوِهَا
وُجُوْبًا أُلِفَا
Amma seperti mahmaa yaku min syai-in, dan fa wajib diikutkan kepada
lafadz yang terletak sesudah lafadz yang mengikutinya.
Amma adalah huruf yang
menunjukan makna tafshil (rincian) yang
menduduki tempat adat syarat dan fi’il syarat. Karena itu imam sibawaih
menafsirkannya menjadi:
مَهْمَا يَكُنْ مِنْ شَيْءٍApapun yang akan terjadi
Lafadz
yang terletak sesudah ammaberkedudukan sebagai jawab syarat, karena itu harus
disertai dengan fa seperti dalam contoh:
أَمَّا زَيْدٌ فَمُنْطَلِقٌ adapun zaid maka ia tetap
berangkat
Bentuk asalnya adalah:
مَهْمَا يَكُنْ مِنْ شَيْءٍ فَزَيْدٌ مُنْطَلِقٌapapun yang akan terjadi maka
zaid tetap berangkat.[1]
Sedangkan dalam kitab Mughni Labib, amma ialah huruf
syarat, tafshil dan taukid, dinamakan huruf syarat karena amma sebagai ganti
dari syarat dan menyimpan makna syarat.
Memiliki makna taukid maksudnya ialah penekanan terhadap isi pada
kalimat tersebut, lafadz زَيْدٌ ذَاهِبٌ ketika kita menginginkan
untuk memperkuat dan menegaskan bahwa zaid benar-benar orang yang bepergian
maka diucapkan أَمَّازَيْدٌ فَذَاهِبٌ. Namun sedikit ulama yang menyebutkan amma memiliki makna taukid dan
menurut pengarang kitab Mughni, bahwa beliau belum menemukan ulama yang
menyertai dalam kitab syarahnya amma memiliki makna taukid selain imam
Zamakhsyari.[2]
Maksud tafhsil seperti yang tertera dalam kitab
nahwu al-wafa ialah:تَبْيِيْنُ الْأُمُوْرِوَالْأَفْرَادِالْمُجْتَمِعَةِ تَحْتَ
لَفْظٍ وَاحِدٍ يَتَضَمَّنُهَا إِجْمَالًا yang intinya menjelaskan sesuatu yang terkumpul dalam satu
lafadz yang umum.[3]
Ada dua hal dimana amma tidak
sesuai dengan hokum-hukumnya,yaitu:
1.
Amma yang tersusun dari مأ dan م yang diidghamkan menurut orang
yang menuliskannya secara tersambung (متصل), namun hal ini tidak dianggap baik. contoh: أَسَقَيْتَ الْحَقْلَ
أَمَّاذَا؟
B.
Hukum-hukum yang terdapat pada amma dan sesuatu
yang berhubungan dengan amma
Ada empat hukum yang ada pada
amma dan sesuatu yang berhubungan dengannya, yaitu:
1.
Bahwasannya amma ialah adat syarat disebabkan
amma menempati tempatnya isim syarat yang berupa مهما dan jumlah yang menjadi fi’il
syarat dari مهما tersebut. Maka
seakan-akan amma menempati tempatnya مهما يكن من شيء atau مهما يكن شيء. Oleh karena itu, amma bisa dibuang dan diletakkan مهما يكن من شيء atau مهما يكن شيء pada tempat amma tersebut tanpa merusak makna dan juga
susunannya.
2.
Wajib mempertemukan jawabnya amma dengan fa jawab yang terletak setelah
amma sebagai penjelas dari kata sebelumnya. Namun, jika pada kalam natsar
(bukan sya’ir) maka dalam pembuangan fa jawab ini banyak terjadi bilamana
pembuangannya itu disertai dengan membuang lafadz al-Qaul, seperti yang terkandung
dalam firman Allah SWT:
فَأَمَّا الَّذِيْنَ اسْوَدَّتْ وُجُوْهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيْمَانِك
Artinya: Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya
(kepada mereka dikatakan): "Kenapa kalian kafir sesudah kalian
beriman”.
(Ali
’Imran: 106)
Bentuk
asalnya adalah:
فَيُقَالُ لَهُمْ : أَكَفَرْتُمْ
بَعْدَ إِيْمَانِكُمْ
Maka dikatakan kepada mereka: "Kenapa kalian kafir sesudah kalian
beriman”.
Dan juga fa jawab bisa dibuang dalam kalam sya’ir
dikarenakan dalam keadaan dharurat. Dua hal diatas yang memperbolehkan
pembuangan fa jawab tidak bisa diqiyaskan dalam keadaan biasa atau normal.
3.
Boleh membuang amma karena ada fa yang tidak
lain kecuali menjadi jawabnya amma. Seperti dalam firman Allah SWT:
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ, وَثِيَابَكَ
فَطَهِّرْ, وَالرُّجْزَفَهْجُرْ
4.
Antara amma dan jawabnya wajib dipisah. Dengan
syarat adanya pemisah ialah salah satu dari hal-hal berikut:
نحو
|
الفاصل
|
النمرة
|
فَأَمَّاالَّذِيْنَ
أَمَنُوْا فَيَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ الْحَقِّ مِنْ رَبِّهِمْ
|
مبتد
|
ا
|
أَمَّا كَرِيْمٌ
فَالْعَرَبِيُّ أَوْ أَمَّا فِيْ الدَّارِ فَمُحَمَّدٌ
|
خبر
|
ب
|
فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ فَرَوْحٌ وَ رَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيْمٍ
|
الجملة
الشرطية وحدها دون جوابها
|
ح
|
فَأَمَّا
الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ أَوْ أَمَّا السَّائِلَ فَلَاتَنْهَرْ
|
الأسم
المنصوب لفظااومحلابجوابها
|
د
|
أَمَّا فِيْ
الْقِتَالِ فَاالسِّلَاحُ اْلعلْمُ
|
شبه
الجملةالمعمول لأما إذالم يوجد عامل غيرها
|
ه
|
أَمَّا اْلآن
حَفِيْظُكَ اللهُ فَأَنَا مُفَاسِرٌ
|
الجملة
الدعائية بشرط أن يسبقها شبه جملة
|
و
|
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Penutup
Demikianlah
makalah yang dapat kami susun, Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kami sendiri dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar, Bahrun, Terjemah Alfiyah Syarah Ibnu
‘Aqil, 2009. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar